21. Gubuk tua

518 60 1
                                    

(Namakamu) PoV

Keesokannya aku memilih untuk jalan-jalan menikmati udara segar disini. Memang kita disini hanya sekedar bermain dan berlibur. Kebanyakan murid kelas 10 yang memiliki banyak kegiatan seperti berlomba dengan tujuan menguatkan pertemanan mereka.

"Hai" aku menoleh ke belakang dan cukup membuatku terkejut.

"Lo-- lo ngapain disini?" tanyaku sedikit gugup

"Gausah takut gitu dong, gue kesini cuma mau ketemu iqbaal. Eh ngga jadi deh, kayaknya gue mau ketemu sama lo"

Aku hanya terdiam tak menanggapi nya. Tiba-tiba ada seseorang yang menyekapku dari belakang.

"Ehmm--mm"

Aku dibawa pergi oleh mereka berdua dan sampailah disini, disebuah gubuk tua. Mereka mendudukkan ku di sebuah kursi dan mengikatku.

"Mau apa kalian?" tanyaku

"Kalau kita pengen habisi nyawa lo gimana?"

"Bukannya lo sayang sama dia?"

"Iya, gue sayang, tapi dia udah bikin gue muak. Dia berani nolak gue dan gue benci penolakan. Lebih baik dia mati"

"Rel,zid, kalian keterlaluan tau ngga" lirihku dan tak terasa air mataku tumpah seketika.

"Kenapa nangis sih? Kita belum ngapa-ngapain lo"

'Iqbaal bantuin gue hikss'

"Gausah berharap iqbaal datang nyelametin lo, dia gabakal tau tempat ini"

"Sycho" gumamku

"Apa lo bilang?" karel mencekram rahangku kuat.

Tak lama zidny mengeluarkan pisau lipat nya dan mendekat ke arahku, karel melepaskan cengkraman nya dan digantikan oleh zidny yang membawa pisau itu ke arah pipiku.

"Gimana kalau gue rusakin pipi lo? Biar iqbaal ngga suka lagi sama lo? Atau lo mau dibagian lain? Dimana? Lengan? Kaki atau leher?"

Aku masih diam tak menjawab nya.

"Lo bisu? oke kalau gitu gue bakal main-main sama lo"

"Tunggu zid"

Aku menatap ke arah karel, kenapa ia menggantikan zidny.

"Kenapa?"

Karel melepaskan ikatan ku lalu menjatuhkan ku ke lantai.

Ctakk

"Awshh"

Ya, karel mencambukku di bagian punggung dengan sabuk miliknya.

"Itu akibat nya lo berani nolak gue"

Ctakk

Aku meringis menahan sakit itu.

"Itu akibat nya lo berani rebut iqbaal dari gue"

Ctakk

Ctakk

Ctakk

Tak hanya di punggung, mereka juga mencambuk dibagian kaki ku. Aku mencoba menahan sakit ku dan rasa perih ini. Hingga karel berjongkok di depan ku dan mencengkram kuat pipiku.

"Lo tau alesan gue marah sama lo selain lo nolak gue?"

Aku hanya menangis sesegukan lalu menggelengkan kepala.

"Lo inget 10 tahun yang lalu? Dimana lo ninggalin teman kecil lo saat diculik?"

Aku mencoba mengingatnya.

[6] Wakil Ketua Osis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang