17. Rejeki anak sholeh

475 57 0
                                    

(Namakamu) PoV

Aku cukup terkejut karna adanya iqbaal dan juga orang tuanya.

"(Namakamu), Ari, salim dulu sana" perintah papa

Aku hanya mengangguk lalu menyalimi tangan kedua orang tua iqbaal lalu duduk di hadapan iqbaal dan bang ari disebelahku.

"Kalian pasti bingung ya kenapa bisa ketemu gini?" tanya bunda iqbaal

"Iya tan" balasku sedikit gugup

"Eh, panggil bunda sama ayah ya nak ari sama (namakamu)"

"Iya bun" balas bang ari dan aku hanya tersenyum.

"Jadi, waktu mama ke rumah iqbaal, ternyata bunda nya iqbaal ini temen SMA nya mama dan kebetulan ayah nya iqbaal ini juga sahabat kecilnya papa kamu" jelas mama

"Wahh,, dunia bener-bener sempit ya. Pasti mama,papa,bunda sama ayah seneng banget bisa ketemu lagi gini" saut bang ari

"Ya tentu dong bang, siapa yang ngga kangen sama sahabat kecil papa ini hahaha" gurau papa

"Bisa aja kamu di. Tapi bener loh, dunia itu sempit. Aku bisa ketemu kamu lagi, padahal dulu kamu udah ninggalin indonesia, eh sekarang ada di indonesia" balas ayah

"Jodoh ku kan disini her, nih yang buat aku balik ke sini" ucap papa seraya menunjuk mama

"Uda ah kasihan itu ririn mukanya merah mas ardi" saut bunda

"Apaansih kalian,uda ah ayo makan semuanya"

Aku hanya tersenyum melihat kegembiraan mereka berempat yang bahagia ketika bertemu kembali. Berbeda dengan aku dan iqbaal yang sama-sama diam dan memilih menikmati makanan masing-masing.

"Oiya, ody ngga ikut?" tanya mama

"Ngga. Dia ada urusan sama adi, suaminya" balas bunda

"Lohh, udah nikah anak kamu itu?" tanya papa

"Kamu sih kelamaan di Belanda jadi gatau kan siapa aja anak aku, bahkan ody nikah kamu gatau. Makanya jangan gonta-ganti nomer hp. Kebanyakan gebetan sih" saut ayah heri yang mengundang tawa semua disini kecuali aku yang hanya tersenyum.

"Jangan buka kartu dong"

"Ngga deh ngga. Eh nak (namakamu)" aku menoleh ke arah ayah heri.

"Iya yah?"

"Ayah denger dari mama kamu, kamu itu wakil ketua osis, berarti pinter dong"

"Ah, iya yah. Kalau pinter ya ngga terlalu pinter juga kok yah"

"Bolehd dong kamu ajari iqbaal biar dia pinter lagi, biar ngga buat onar lagi"

"Uhukkk,,uhukk"

Aku melihat iqbaal yang tersedak lalu bunda memberinya minum.

"Hati-hati dong baal"

"Ayah" gumam iqbaal

"Bukannya aku nolak, tapi emang gamau pakai guru privat aja? Kayak di tempat bimbingan gitu?" tanya ku

"Gini, iqbaal ini pernah ayah masukin ke bimbingan belajar. Tapi dia selalu bolos dan keluar. Ayah juga capek lihat dia yang makin hari makin pemalas gitu. Karna kamu temen iqbaal juga, boleh kan ayah minta kamu ajarin iqbaal, bantu dia berubah"

Aku sedikit kebingungan dengan situasi ini.

"Emang iqbaal nakal ya? Setauku dia baik kok" saut papa

"Iya, dia baik di depan kalian. Coba tanya sama anaknya sendiri. Suka bolos,tawuran, bahkan balap motor"

Aku melihat iqbaal yang mendengus kesal. Aku menatap iqbaal lalu berkata--

[6] Wakil Ketua Osis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang