SELAMAT MEMBACA💜
***
Disini gadis itu sekarang, sedang tercengo menatap rumah bak istana seseorang yang sejak pulang sekolah tadi ia buntuti dengan motornya.
Gadis itu berdecak kagum, "Gila-gila! Ini rumah apa istana sih?"
Seorang saptam dengan kumis tebal menghampirinya. "Kenapa atuh neng?"
Gadis itu menyengir lebar, karena terciduk tengah menatap kemegahan rumah itu dari luar pagar. "Eng--- Itu rumah atau istana?" celetuknya polos.
"Ya rumah atuh," jawabnya dengan diakhiri tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah polos gadis dihadapannya. "Ada keperluan apa yah neng?" tanya Pak Saptam.
"Atau, neng ini temennya mas Anggara?" ujar Pak Satpam yang membuat gadis itu sontak melototkan matanya karena teringat tujuan utama dirinya membuntuti mobilnya sampai kesini.
"B---bukan Pak. Saya bukan temennya. Tapi---saya..." Zahra membungkamkan mulutnya ketika mendengar sahutan seseorang dari arah belakangnya.
"Pacarnya?" Zahra menoleh dan langsung terkagum menatap penampilan seorang wanita paruh baya yang mengenakan hijab dan tengah tersenyum lebar ke arahnya. Yang Zahra yakini wanita ini adalah Ibu dari Anggara.
"Ayo masuk, mau ketemu sama Anggara 'kan?" ujar wanita itu sambil menarik lengan Zahra. Zahra tersenyum lebar sebagai jawaban. Kok Ibunya kayak malaikat tapi anaknya kaya setan. pikir Zahra sambil terkikik geli.
"Saya Anita, Ibu tirinya Anggara." ujar wanita paruh baya itu memperkenalkan diri setelah sampai di ruang tamu. Ibu tiri? pantas saja. batin Zahra kaget.
Zahra tersenyum lebar, "Saya Zahra tante." Wanita paruh baya itu mengangguk pelan sebagai jawaban. Dilihat dari penampilan Ibu tiri Anggara, yang menurutnya auranya terlihat seperti orang baik membuat Zahra langsung saja menceritakan tentang kedatangannya kesini. Zahra berujar dalam hati, ternyata Ibu tiri Anggara baik juga. Nggak kayak kebanyakan Ibu tiri di sinetron.
"Ngapain lo disini!" seru seseorang dingin dengan jaket levis hitamnya yang sedang menuruni tangga.
Anita tersenyum menanggapi. "Eh, Angg---"
"Gue nggak nanya sama lo." sentak Anggara yang membuat Anita menutup mulutnya rapat-rapat. "Anggara. Sama orang tua itu nggak boleh bentak-bentak!" celetuk Zahra tiba-tiba.
Anggara menatap tajam mata Zahra. "Siapa lo! Ngatur-ngatur hidup gue."
Zahra terkekeh dan menyilangkan lengannya di depan dada, "Sombong amat lo, nggak tau nama gue! Bukannya kita udah berkali-kali ketemu." ucap Zahra sok kenal.
Anggara berdecih. "Ada keperluan apa lo kesini?!"
"Mau ngapelin lo---" ujar Zahra dengan wajah polosnya. Dahi Anggara mengernyit dan otaknya berpikir keras, memikirkan rencana apa lagi yang akan dilakukan gadis tolol dihadapannya ini. "Canda elah. Gue mau minta maaf---"
"Soal kejadian tadi di kantin. Gue mau minta maaf, please jangan keluarin gue dari sekolah." pintanya dengan raut wajah memohon. Lagi-lagi Anggara hanya mengernyitkan dahinya. Bukannya seharusnya gue yang minta maaf karena udah permaluin dia di hadapan semua orang. Kenapa dia yang minta maaf? pikir Anggara.
"Gue nggak peduli. Pergi lo dari sini!" bentak Anggara menghiraukan permintaan Zahra. Anggara sangat tak ingin Zahra mengetahui lebih dalam tentang kehidupan asli Anggara. "Please,"
"Pergi!" cetusnya sambil berlalu pergi. Zahra menghembuskan nafasnya pasrah, "Ya udahlah, Tante, Zahra pamit pulang yah..."
Anita menganggukan kepalanya, "Hati-hati di jalan yah, maafin tante. Tante nggak bisa bantu kamu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-marah. Siapa sih yang tidak mengenal seorang pemuda dengan pemilik nama lengkap Malik Anggara Devario. Bahkan seantero sekolah pun tau bagaim...