8. Amarah

509 136 114
                                    

Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri gaise💜

Thank you, baby

Happy Reading Lova<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading Lova<3

***

D'Company group

Bugh.

Seseorang lelaki paruh baya menonjok keras rahang Anggara tiba-tiba. Anggara yang tak tahu akan terkena serangan tiba-tiba akhirnya hanya bisa mengumpat dalam hati. "Kan, Papa udah bilang! Tepat waktu. T-E-P-A-T-W-A-K-T-U!!!" sungutnya penuh emosi dan menekan akhir katanya.

Lelaki paruh baya itu menendang asal meja kerjanya, lalu melirik tajam kearah Anggara. "Apa kamu nggak bisa baca pesan Papa?! Huh?!" Anggara pun sama, Ia ikut mengeraskan rahangnya kesal, ini memang salah dirinya. Tapi bukan sepenuhnya salahnya.

Arga Devario - Ayah Anggara yang juga terkenal keras kepala dan disiplin. Sifat Arga benar-benar menurun ke Anggara. Sama-sama kejam dan tak berperasaan.

Anggara menggeram emosi dan perlahan mengepalkan tangannya kuat. "Papa nggak tau situasi Anggara saat itu pah! Anggara juga manusia. Dan Anggara juga mengendarai mobil Pah. Jalan raya itu milik umum, bukan milik pribadi. Belum lagi tadi ada kendala, Anggara hampir nabrak orang Pah!" jawabnya penuh dengan alasan panjang lebar.

Arga berdecak pelan dan menatap Anggara sengit, "Seorang pengusaha yang bercita-cita untuk sukses itu nggak punya banyak alasan Anggara!" ujarnya sambil memijat pelipisnya frustasi.

Client bisnisnya membatalkan secara sepihak untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Karena saat waktu meeting tiba, Anggara selaku pewaris dari perusahaanya belum sama sekali terlihat tanda-tanda sampai dan mengikuti rapatnya.

"Sukses itu berawal dari disiplin Anggara. Terutama disiplin waktu! Dari dulu Papa selalu ngajarin kamu buat disiplin waktu. Tapi apa?!" Arga berdecih, "Bahkan sekarang kamu telat untuk datang meeting dengan client yang sangat penting! Kamu lelet dan tidak disiplin waktu. Apalagi, ditambah dengan alasan-alasan basi yang keluar dari mulutmu itu! Cih." Anggara lebih memilih diam tanpa mau menjawab setiap hinaan dari perkataan Ayahnya yang tergolong pedas itu. Bila Anggara menjawab, dan tak mau mengalah? Akan terjadi peperangan nanti disini.

Seperti ini lah sifat Ayahnya dari dulu. Disiplin waktu dan tak akan segan memarahi semua orang yang selalu terlambat datang.

"Pasti Anka yang telah menurunkan sifat itu ke kamu!" celetuk Arga dengan terkekeh sinis.

Mata Anggara mendelik kesal saat Ayahnya tiba-tiba membawa-bawa nama seseorang yang sangat ia sayang. Kini Anggara benar-benar sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi, bila sudah membawa nama orang itu. "Nggak usah bawa-bawa mama ke dalam urusan kita Pah!" ucap Anggara menekan kalimatnya emosi.

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang