SELAMAT MEMBACA💜
***
"Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika... hmmmmhmm," senandung pelan gadis itu dengan mengangguk-anggukan kepalanya dan mengendarai motornya memasuki ke pekarangan rumahnya.
Tingkahnya bahkan terlihat seperti orang gila. Karena sesekali cekikikan entah menertawakan apa. "Kok udah pulang neng?" celetuk tetangganya yang sedang menyiram--bunga. Dahi Zahra mengernyit dan kepalanya mendongak ke atas mendeteksi keadaan cuaca di langit. Sesekali memberikan tatapan mengintimidasi ke tetangganya yang sedang menyiram tanaman bunga. Lah? Bukannya udah jam 12 siang? Matahari aja lagi terik-teriknya loh. Kok nyiram tanaman jam segini? Bukannya tumbuh segar, nanti malah mati, kali. Hmm, nggak beres ini. Pikir Zahra curiga dan tetap menghiraukan pertanyaan dari tetangganya itu.
Ekhemmm...
Tetangganya berdehem keras, dan berhasil membuat Zahra yang sedang membuka helmnya terlonjak kaget. "Batuk? Dikomik aja dong." cibir Zahra tanpa menoleh sembari menirukan iklan di televisi.
Lalu menoleh pada tetangganya yang tengah menatapnya garang. "Gue bolos sekolah, kenapa? Apa ada masalah sama udin anak lo? Nggak 'kan Ibu surtiiiii tetanggaku yang terhormat." ucap Zahra agak kesal. Kenapa sih, setiap dirinya melakukan sesuatu pasti ada saja tetangganya yang nyinyir.
Mata Bu Surti similikiti- Tetangganya yang tukang nyinyir dan punya mulut cabe itu melotot seketika seraya berkacak pinggang. "Heh! Jangan sama-samain anak gue sama lo! Bocah yang nggak tau diuntung." balas Bu Surti berapi-api dan menekan kata di akhir kalimatnya.
Zahra terkekeh pelan, "Yeee, santuy ae dong bu. Kok situ ngegas?" ucap Zahra memancing emosi. "Nggak tau diuntung bagemane? Situ kali yang buaya buntung. Haha,"
Surti similikiti mulai terpancing emosi dan sekarang sudah melempar selang yang digunakan untuk menyiram tanaman ke sembarang tempat dan sudah menggulung lengan pakaiannya sampai ke lengan atas. Bersiap mengajak Zahra tawur.
Zahra yang sadar melihat tetangganya akan bersiap memarahinya dan berlari menghampirinya untuk mengajak tawur, segera gadis itu berlari masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat-rapat. "Wlek, nggak bisa wlek.." ledek Zahra setelah sampai masuk ke rumah di kaca jendelanya dengan memeletkan lidahnya jahil.
Surti hanya bisa menggeram marah dan segera berlalu pergi sebelum macan penunggu rumah Zahra keluar. "Awas lu yah. Bocah gendeng!"
***
Sekarang senyumnya benar-benar tak berhenti ia kembangkan sejak baru saja keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya.
Anita---Ibu tiri Anggara yang melihat kedatangan Anggara dengan sikap yang tak seperti biasanya hanya bisa ikut tersenyum senang dalam hati. Setidaknya, Anggara sekarang mulai memunculkan senyumnya dan perlahan semoga dia bisa melupakan kejadian terdahulu yang terjadi di keluarganya. semoga saja yah,
"Anggara? Udah pulang nak?" celetuk Anita dengan senyum merekah yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu.
Anggara melirik sejenak ke arah sumber suara dan menenggelamkan senyumnya seketika. "Udah kaya bos aja." cibirnya sinis sambil berlalu masuk ke kamarnya. Anita yang dikatai seperti itu hanya bisa tersenyum miris, entah sampai kapan anak tirinya akan membenci dirinya dan menganggap dirinya ini adalah wanita matre yang hanya bisa memanfaatkan kekayaan suaminya.
Brak.
Gebrakan pintu yang berasal dari kamar Anggara membuat Anita mengusap dadanya sabar.
"Satu hari aja gue mau bahagia. Eh! Ada aja yang ngerusak situasinya. Bangsat banget kayaknya hidup gue." ucap Anggara sambil mengacak rambutnya frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-marah. Siapa sih yang tidak mengenal seorang pemuda dengan pemilik nama lengkap Malik Anggara Devario. Bahkan seantero sekolah pun tau bagaim...