15. Mimpi Indah

360 67 100
                                    

Wahai para silent readers, aku cingbta kalian😭

Tapi asal kalian tau, para bar-bar readers... aku sangat-sangat-sangat cingbta sama kalian😭😗♥

Alangkah lebih baiknya setelah membaca di vote dan comment-nya yah readersku tercingingbta

-Love all<3-

***

Karena sadar diri dan tau diri itu, penting!


***

"Please, gue lagi butuh uang. Ibu gue butuh uang itu untuk operasi," pinta seorang gadis dengan memohon.

Pemuda itu hanya tersenyum miring sebagai jawaban.

Dia menyilangkan tangannya di depan dadanya. "Oke, Gue bakal kasih uangnya. Tapi... seperti biasa--lo..."

Argh.

"Sakit han..." rintihnya menahan kesakitan, saat pemuda itu mencengkeram kuat rahangnya.

Bruk.

Argh.

Gadis itu meringis pelan lagi, saat dirinya didorong kuat hingga tersungkur ke lantai.

"Lemah banget lo jadi cewek!" cibir pemuda itu, lalu dirinya mendekat lagi dan kembali mencengkeram kuat rahang gadis itu.

"O--ke, gue ba--kal turutin se--mua kema--uan lo," ucap gadis itu dengan terbata-bata, menatap takut orang yang ternyata aslinya kejam di hadapannya.

Dia baik di hadapan semua orang, tapi aslinya dia jahat di belakangnya. Sampai sekarang gadis itu juga masih tak percaya dengan sifat aslinya.

Pemuda itu langsung melepaskan cengramannya dan menyeringai, "Bagus. Lo juga pasti udah tau 'kan, apa tugas yang lo harus lakuin buat ngelancarin rencana gue?" Gadis itu mengangguk lemah sebagai jawaban.

Di dalam hatinya, ada sebesit rasa kasihan bila dirinya menuruti semua kemauan dari pemuda kejam itu. Tapi disisi lain, Ibunya juga sangat membutuhkan.

Boleh jadi dirinya memang sangat pantas disebut penghianat, karena sudah bermain di belakang orang yang mungkin telah ia anggap sebagai bagian keluarganya sejak dulu.

"Tau 'kan?!" bentak pemuda itu, karena sama sekali tak mendapat balasan apapun dari gadis itu sejak tadi.

Gadis itu tersentak kaget, "I---Iya gue tau," jawabnya lirih seraya menundukkan kepalanya.

Pemuda itu kembali menyeringai, "Bagus, gue bakal transfer uang ke rekening lo sekarang juga," pungkas pemuda itu seraya menepuk pelan kepala gadis itu sejenak, dan melangkahkan kakinya pergi.

"M--aafin gue, Ra." lirih gadis itu pelan dan perlahan air matanya menetes.

"Gue sebenernya sayang sama lo, Almira." celetuknya. "Sayangnya, semua rasa sayang gue ke lo itu, dominan lebih banyak mengarah ke arah balas dendam daripada ke rasa sayang itu." kata Pemuda itu pelan di balik tembok pembatas basement-nya, dan menatap nyalang gadis yang sejak dulu dirinya sukai diam-diam.

***

"Ra..."

Gadis yang dipanggil 'Ra' itu menolehkan pandangannya ke arah sumber suara.

Zahra mengernyitkan dahinya, "Iya, kenapa Al?" jawab Zahra dengan pertanyaan. Namun tak mendapatkan balasan kembali.

"Almira? Hey... lo kenapa?" Almira tersadar dari lamunannya dan menggeleng pelan seraya tersenyum.

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang