Jangan menilai orang dari luarnya saja, karena kita nggak tau dengan cara apa Impostor bekerja!
***
Dor!
Satu kali tembakan ke udara membuat semuanya spontan menghambur untuk mencoba melarikan diri.
"Angkat tangan kalian, atau dengan terpaksa kami tembak!" seru sejumlah polisi yang sedari tadi sudah mengepung tempat pembekapan rahasia tersebut.
Anggara melengos lega ketika mendengar suara polisi dari arah luar.
Arga dan orang suruhannya segera menuruti perintah polisi. "Bangsat! Ada yang main belakang!" murka Arga dengan memberontak kesal. Kini para penjahat telah diborgol, tak terkecuali dengan Arga, ayah Anggara sendiri. "Rega bangsat!" gumam Arga dengan nada emosi. Mengingat dia adalah salah satu sahabat Anggara.
"Saudara Anggara, anda selamat," ujar seorang Polisi yang baru saja membuka ikatannya.
Anggara hanya mengangguk dan tersenyum. "T-terima kasih Pak,"
Perlahan Anggara bangkit dari duduknya dan mengembuskan nafas lega. "Ternyata masih ada orang baik yang mau nolongin gue," ucapnya bersyukur karena ada yang melaporkan ke polisi pelaku kejahatan Ayahnya tersebut.
Sebelum Anggara benar-benar pergi untuk menyelamatkan Zahra, dia menghampiri Ayahnya.
"Makasih, Pah. Udah ngajarin Gara bagaimana caranya bersabar dalam menerima cobaan," ucap Anggara. "Ini mungkin karma dari setiap perbuatan Papa ke Mama dulu, selamat yah Pah! Gara ijin mau nangkep anak Papa yang sangat Papa sayangi itu," lanjut Anggara dengan tawa mengejek.
"Semoga bahagia yah Pah, setelah berkumpul dengan keluarga asli Papa---di penjara," tambahnya seraya berlalu pergi.
Arga menatap tajam Anggara, sembari memberontak. "Anak kurang ajar!"
***
Sekarang tujuan pertama Anggara adalah menyelamatkan gadisnya. Iya... Zahra. Beberapa menit yang lalu dirinya sudah menyatakan perasaan yang sejak dulu dirinya pendam. Hanya Zahra yang selalu membuat dirinya uring-uringan dan tersenyum sendiri seperti orang gila ketika mengingat tingkah polos gadis itu. Sekarang, dia sudah lega. Karena sudah menyatakan semua segalanya.
Namun dimana Zahra dibekap?
Saat baru saja melangkah keluar dari tempat pembekapan tersebut. Dirinya melihat seseorang dengan pakaian serba hitam yang tengah melepas pakaian identitas itu. Saat melihat ke arah gelang yang dipakai, ternyata tebakannya memang benar. Perlahan senyum terbit dari bibirnya.
Karena ia yakin, dia adalah orang yang sengaja mengadu domba kejahatan Ayahnya dan kakak tirinya.
"Rega!" tepuk Anggara dari belakang.
Anggara segera memeluk Rega sebagai pertanda terima kasihnya. Namun Rega segera menepisnya. "Gue geli njir!" cetusnya cepat. Yang membuat Anggara sontak menyengir lebar.
"Gue bakal ceritain semuanya, kalo kasus ini udah kelar!" imbuh Rega saat melihat Anggara mengernyitkan dahinya, seperti meminta penjelasan.
"Dan kita harus segera selametin Zahra sebelum terlambat!" pungkas Rega dengan guratan emosi yang tercetak jelas diwajahnya. Rahang yang mengeras dan tangan yang mengepal. Ada apa dengan Rega?
"Dia di kawasan sebelah Villa yang kebakaran tadi," tambahnya lagi dan langsung dijawab anggukan Anggara.
***
"Zahra..."
"Turutin semua perkataan gue, atau gue lapor ke Papa untuk Angga dibunuh aja!" ancamnya yang membuat Zahra kembali meneteskan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
Genç Kurgu[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-marah. Siapa sih yang tidak mengenal seorang pemuda dengan pemilik nama lengkap Malik Anggara Devario. Bahkan seantero sekolah pun tau bagaim...