24. Pendonor darah rahasia

223 31 1
                                    

—Happy Reading—

"Om... kita cuman minta tolong om, apa om mau anak om meninggal karena om nggak mau mendonorkan darahnya?" Arga masih tetap pada posisinya. Ia kekeuh menolak untuk menjadi pendonor darah anaknya yang baru beberapa jam lalu memasukkan dirinya ke dalam penjara.

"Om," rengek Sekar lagi dengan berlinang air mata. Farhan mengelus punggung Sekar pelan dan ikut memandang Arga dengan pandangan sendu. Namun percuma, Arga sama sekali tidak peduli.

Arga bangkit berdiri dan kembali ke dalam sel tahanan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Ia tetap tidak peduli.

Sekar menoleh ke arah Farhan yang tengah menggeram, menahan emosinya. "H-han, gimana?"

Farhan menghembuskan napasnya gusar. "Gue yakin pasti Bang Aren bakal mau jadi pendonor darahnya!"

"T-tapi Anggara butuh banyak pendonor Han," ucap Sekar yang membuat Farhan kembali menatap lurus ke depan. Dia kembali berpikir keras, siapa lagi orang yang memiliki golongan darah sama dengan Anggara?

***

Ada sedikit rasa tidak tega mendengar anak bungsunya yang bengal itu masuk rumah sakit. Tapi disisi lain, ego kembali mengusainya.

Arga meninju tembok pagar tempat dia ditahan. "Argh!"

Perlahan darah segar mulai menetes. Dan mata Arga mulai berkabut. Dia lalu mengacak rambutnya kasar.

"Kenapa aku nggak bisa jadi orang tua yang sempurna buat anakku sendiri?!" ujarnya meruntuki dirinya sendiri.

"Bodoh!"

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

"Aku malah membenci anakku sendiri!"

"Aku malah memusuhi darah dagingku sendiri!"

"Aku nggak pernah sempurna menjadi seorang Ayah!"

"Aku selalu ngekang dia! Maksa dia! Buat dia selalu merasa... bahwa aku ini emang bener-bener orang paling jahat di matanya!"

"Arghhh!!!"

Arga terduduk lemah, tiba-tiba dadanya terasa sangat sesak, ia benar-benar menyesali perbuatannya. Perlahan bulir-bulir air mata menetes begitu saja dari pelupuk matanya. Membayangkan bagaimana kejamnya perbuatan dirinya sejak dulu. Hanya karena bisnis, keluarganya menjadi hancur.

Orang yang sama-sama satu tahanan dengannya menepuk pelan pundak Arga. Arga sontak menoleh ke arahnya.

"Nggak ada orang yang sempurna di dunia ini. Setidaknya kita bisa jadi orang baik, walaupun kita tidak sempurna." tutur laki-laki tersebut. Lalu ikut duduk di samping Arga.

"Manusia itu tempatnya salah dan dosa. Semua manusia yang hidup di bumi ini pasti pernah melakukan sebuah kesalahan, karena hal itu sangat manusiawi. Dan karena manusia juga bukanlah makhluk yang sempurna." Orang itu menjeda sejenak ucapannya.

"Kalau tidak mau menyesali perbuatanmu sampai seumur hidupmu, cepatlah berubah! Sebelum waktunya terlambat."

"Sebelum akhirnya semua orang akan benar-benar membenci dan tak bisa memaafkanmu."

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang