Apologetics [✔]

CHAPTER -03 | K A N T I N

Pagi sekali Nakyung udah ada di sekolah. Tapi dia keduluan sama Renjun yang lagi masang muka kesemsem di bangkunya.

Nakyung udah tau pasti efek dari berduaan kemarin. Perempuan itu pun duduk di bangkunya lalu mengeluarkan bukunya.

"Kyung," Panggil Renjun.

"Apa?"

"Makasih ya buat kemarin, gue jadi ada kemajuan," Ucap Renjun. Nakyung hanya menanggapi dengan tertawa kecil lalu mengangguk.

"Apasih yang nggak buat sahabat? Yaudah gue belajar dulu," Ucap Nakyung. Ia baru ingat kalo nanti ada ulangan harian.

Tadinya sih dia ngeluarin buku cuman buat ngilangin bosen tapi pas inget ada ulangan dia langsung jadi serius.

Renjun yang mendengar kata 'gue belajar dulu' itu langsung menghela nafas. Dia gak suka sama ulangan harian, tapi dia gak bisa bolos karena dia pingin buktiin ke orang tuanya kalo dia itu juga pintar.

"Kyung, nanti gue kalo ada yang gak bisa minta jawaban ya," Ucap Renjun dengan nada memohon.

Nakyung yang mendengar itu langsung mengeluarkan buku tulisnya yang berisi rangkuman tentang ulangan harian hari ini.

"Nih baca aja terus pahamin, janji deh kalo semuanya keluar pas uh," Ucap Nakyung. Renjun melirik buku tulis itu lalu membukanya.

Ia menganggukkan kepalanya pertanda dia mengerti. Dia gak tau kalo baca ginian bisa nyantol.

Dulu sih dia pernah bikin rangkuman gini tapi ujung-ujungnya dia sendiri yang mumet belajarnya. Kalo gini sih dia baca rangkumannya Nakyung aja.

***

"Ini Renjun, selamat ya nilai kamu yang tertinggi ngalahin Nakyung, bangga saya sama kamu yang udah mau belajar," Ucap bu guru sambil memberikan kertas ulangan Renjun.

Anak sekelas yang mendengar itu auto melongo. Tadinya mereka mikir kalo Renjun nyontek tapi pas ditanyain, dari mereka gak ada yang jawab kalo mereka dimintain jawaban sama Renjun.

"Nilai Renjun berapa bu?"

"Alhamdulillah dia dapat 96," Ucap bu guru gak lupa senyum ke Renjun.

"Nakyung bu?"

"Selisih mereka cuma satu,"

Oke sekelas merinding. Mereka gak pernah liat nilai Renjun sempurna. Apalagi Renjun kalo waktunya uh selalu bolos kalo gak pasrah jawabnya ngasal.

Nakyung tos sama Renjun. Bangga lah apalagi sahabatnya ini pertama kali dapat nilai di atasnya.

"Gimana Ren? Seneng gak?" Tanya Nakyung. Renjun ngangguk ucul lalu masukin kertas ulangannya ke tas.

"Habis ini ngantin lah, gue traktir sebagai terima kasih udah ngajak gue belajar bareng," Ucap Renjun.

Waktu istirahat Renjun, Nakyung dan lainnya ke kantin. Mereka makan sambil diselingi canda tawa.

Gak lama mata Chenle menangkap sosok gak asing. Ia segera menunjuk lalu berbisik ke Renjun.

"Doi lo," Bisik Chenle. Mereka yang gak paham sama yang ditunjuk Chenle pun berbalik.

Ternyata Chenle nunjuk Shasha yang lagi jalan nyari tempat duduk.

"Sha!" Teriak Nakyung mengejutkan mereka semua. Pasalnya mereka gak ada nyuruh manggil Shasha.

Shasha noleh ke Nakyung. Nakyung pun melambaikan tangannya menyuruh Shasha untuk ikut duduk bareng mereka.

"Sini duduk samping gue," Ucap Nakyung menunjuk tempat duduk diantara dia dan Renjun.

Sontak Renjun kaget lalu segera melanjutkan makannya. Nakyung yang menyadari respon Renjun pun hanya senyum lalu menatap Shasha.

"Makasih ya Kyung," Ucap Shasha. Bukannya menjawab Nakyung malah menggeleng membuat mereka semua bingung.

"Renjun kok yang nawarin tapi nyuruh gue," Ucap Nakyung. Shasha ketawa canggung lalu beralih menatap Renjun.

"Makasih ya Jun, sorry gue kira Nakyung yang nawarin," Ucap Shasha diangguki Renjun. Di dalam hati lelaki itu bersorak senang.

Mereka masih gak percaya sama ucapan Nakyung. Ya mana ada sih orang yang bilang gitu buat sahabatnya.

Author juga gak mau ya walaupun bantuin doinya temen biar deket. Author kan suka diucapin makasih.

Jangan ditiru author mah.
Gak baek.

Selama makan Nakyung hanya melihat keakraban Shasha dan Renjun. Kayaknya mereka berdua makin deket.

"Hhh yang penting sahabat lo bahagia Kyung," Ucapnya pada dirinya sendiri. Tapi yang pasti dia berbicara dalam batin.