"Berarti teteh bakal nikah sama dia?"
Perkataan Ryujin masih Terngiang-ngiang di otak Nakyung. Tetapi setelah mengingat kejadian dimana Renjun putus sama Shasha dia jadi gak mood lagi buat ngehalu.
Dari muka aja keliatan kalo Renjun gak mood buat bahas hal cinta. Apa Nakyung nyerah aja ya? Toh dia cuma di situ-situ aja gak maju-maju.
Rasanya mau ngetawain diri sendiri aja. Emangnya dia siapa? Cuma sahabat. Iya sahabat, dan entah kenapa Nakyung benci buat ngakuin dia cuma sahabat buat Renjun.
Posesif? Emang.
***
"Mau kemana?"
Gerakan tangan Nakyung yang menali sepatu menjadi terhenti saat mendengar suara khas bangun tidur Renjun.
Ia menoleh lalu memasang senyum terbaiknya. Ia pun lanjut menali sepatunya sampai selesai lalu bangkit.
"Jogging, ikut?" Tanya Nakyung. Sebenernya dia cuman nawarin aja sih gak berharap Renjun ikut.
Soalnya Renjun paling gak suka buat olahraga. Apalagi pagi-pagi gini, pasti ada aja alasan buat gak mau olahraga.
"Mau lah, bentar gue siap-siap," Ucap Renjun lalu melesat ke kamarnya. Nakyung terdiam lalu menyender di ambang pintu.
10 menit kemudian Renjun keluar dengan outfit joggingnya. Lebih tepatnya cuma pake kaos putih sama celana hitam.
Mereka berdua pun lanjut jalan. Sepanjang jalan Renjun gak berenti minta foto entah di jalan, di depan rumah orang sampe yang baringan di lapangan juga ada.
"Ren, woy!"
"Hah? Paan?"
"Lo tuh ngelamun terus, tuh ditabrak truk mampus," Ucap Nakyung sambil menunjuk truk yang lewat.
Renjun nyengir habis itu masukin hpnya ke kantong celananya. Habis itu tangannya ngerangkul pundak Nakyung.
"Kok lo berubah sih? Dulu aja suka ngomelin gue, sekarang jadi ngedoain gue yang nggak-nggak," Ucap Renjun.
"Kapan juga gue ngedoain yang nggak-nggak?" Tanya Nakyung. Renjun berpikir.
"Ya ada pokoknya," Ucap Renjun. Nakyung pun mencibir Renjun lalu menyingkirkan lengan Renjun.
"Berat, makan apa aja sih lo? Kok gendutan?" Tanya Nakyung mulai ngadi-ngadi padahal mah cuman mau nyembunyiin saltingnya dia.
"Gue gendut berarti sehat, emang lo dari dulu kurus krempeng kayak gak makan aja tiap harinya,"
"Cih,"
"Karena lo kurusan, gue traktir deh hari ini biar lo nambah gendut," Ucap Renjun lalu menarik lengan Nakyung.
"Ya pelan Ren!" Teriak Nakyung saat merasakan badannya serasa ditarik cukup keras. Namun ucapannya tidak didengarkan Renjun.
Mereka berdua pun sampai di cafe dekat mereka. Cukup menunggu 10 menit hidangan pun diantar ke meja mereka.
Tapi bukan itu masalahnya, melainkan Renjun memesan terlalu banyak. Dari hidangan pembuka, makanan berat sampai pencuci mulut.
"Ren, lo yakin bisa habisin ini semua?" Tanya Nakyung ragu.
"Kan lo yang abisin," Dengan entengnya Renjun bilang gitu. Nakyung melotot gak percaya.
"Enak aja, gue gak bialng ya mau pesen segini," Ucap Nakyung gak terima.
"Iya-iya santai, gue yang abisin kalo gak bisa dibungkus," Ucap Renjun. Nakyung memasang muka datar.
"Makanan disini gak bisa dibungkus," Ucap Nakyung datar.
"Oh yaudah, nanti gue telpon temen gue yang deket sini aja suruh abisin," Ucap Renjun padahal dia gak punya temen yang ada disana.
Nakyung akhirnya nyerah habis itu nyobain satu hidangan yang ada di depan dia. Ternyata enak.
Nakyung yang tadinya gak mood makan langsung habis.
"Tuh enak kan, lanjutin sana marah-marah," Ucap Renjun malah mancing emosi.
"Gue lagi pms ya Ren," Renjun pun terdiam. Gak bisa dia tuh kalo diancem pake cara ini.
Apalagi bayangin Nakyung pas pms beneran. Bawaannya mau nyerah aja jadi sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apologetics [✔]
FanfictionCinta terkadang memang menyakitkan. Ada yang harus merelakan, ada yang harus meninggalkan, dan ada yang harus melupakan. Dan Nakyung harap dia bukan salah satu yang harus melakukan 3 kalimat diatas. ft.renkyung Typo bertebaran. ©goldenjun, 2020