22. Maaf dan Kata Sayang

60 17 4
                                    

HEYYO SELAMAT MALAM MINGGU GUYS!!!

☀️☀️☀️

"Peluang paling besar kesakitan itu berasal dari orang yang paling kita sayang"

☀️☀️☀️☀️

Al, Reyfan, Rarffa, Affan, Alvaro, dan Valdo. Mereka berenam tengah berdiri menantang sang surya sambil hormat kepada sang saka merah putih. Mereka mendapatkan 3 hukuman sekaligus.

Yang pertama, mereka harus hormat didepan tiang bendera hingga jam pulang sekolah tiba, yang kedua, mereka harus membersihkan kelas dan memperbaiki fasilitas yang telah mereka rusak, dan yang terakhir mereka mendapatkan surat panggilan orang tua, ini yang akan menentukan hukuman paling berat apa yang harus mereka dapatkan pasca perkelahian tadi.

Khalisya ditemani oleh Aqilla dan Karina keluar dari uks. Keadaan khalisya masih lemah namun ia keras kepala ingin menemui kakaknya yang tengah dijemur dilapangan.

Sesampainya di lapangan ternyata sudah sepi hanya tinggal Reyfan sendiri yang tidak beranjak dari posisinya. Entah apa alasannya hanya Reyfan-lah yang tahu. Tanpa sadar air mata Khalisya kembali mengalir saat ia menatap Reyfan. Ada rasa sakit yang menyayat hatinya setiap kali ia melihat wajah Reyfan yang penuh memar.

Keberadaan Khalisya nyatanya disadari oleh Reyfan lalu menghampirinya.

"A-ku.. obatin ya?" Tawar Khalisya. Langsung diangguki oleh Reyfan tanpa membantah. Dengan telaten Khalisya mengobati setiap luka yang bertengger di wajah tampan Reyfan.

Posisi mereka yang sangat dekat, membuat Reyfan bisa mengamati sangat jelas wajah Khalisya yang kacau, bakan matanya masih terlihat sembab.

"Maaf." Ucap Reyfan tiba-tiba. Khalisya menjauh kan wajahnya dari Reyfan, ia hendak berdiri dan pergi namun langkahnya kembali terhenti saat Reyfan memeluk tubuhnya dari belakang.

"Maaf.. Maaf.." Ucap Reyfan lirih. Khalisya menarik tangan Reyfan untuk pelepeskan pelukannya. Lalu ia membalikkan tubuhnya berhdapan dengan Reyfan.

Khalisya kembali menggelen. "Kenapa? Kenapa Fan? Sampai kapan Fan? Aku udah capek."

"Enggak Sya, aku mohon."

"Buat apa Fan, untuk apa dipertahankan kalau hanya untuk saling menyakiti?."

"Gue sayang elo Sya."

"Aku lebih sayang kamu Fan." Entah kesadaran dari mana untuk pertama kalinya Khalisya mengakui perasaannya.

Andai bukan dalam situasai seperti ini, mungkin saja Reyfan akan sangat bahagia karena cintnya terbalas. Namun, faktanya ini bukan sama sekali waktu yang tepat untuk membicarakan perasaan.

"Kenapa kamu nggak pukul aku aja Fan, lampiasin seluruh rasa benci kamu, rasa marah kamu ke aku, kalau itu semua bisa bikin amarah kamu reda. Pukul aku sesuka kamu, bahkan sampai mati pun aku rela. Aku kasih tau kamu, kelemahan kak al itu adalah aku, dengan kamu pukul aku bunuh aku sekalipun itu akan membuat kamu lebih lega, karena udah membuat Kak Al kehilangan hidupnya. Kamu bisa bahagia kalau kamu ngelakuin itu."

"Enggak Sya."

"Kenapa enggak? Karena kamu lebih suka nyiksa aku kayak gini kan? Kak Al adalah orang yang paling berharga buat aku Fan, dia segalanya, kamu nyakitin dia sama aja kamu nyakitin aku. Kalau kamu marah sama dia, pukul aku, habisin aku Fan, biar kamu puas."

"Cukup Sya, gue nggak akan ngelakuin itu. Gue sayang sama elo sya, nggak mungkin gue nyakitin lo"

"Tapi kamu udah nyakitin aku Fan." Lirih Khalisya pada akhirnya.

"Gue sayang elo Sya." Ucap Reyfan kembali membuat Khalisya menatapnya dalam.

"Kalau gitu buktiin. Lepasin aku Fan. Aku nggak bisa sama-sama sama orang yang selalu nyakitin orang yang aku sayang. Aku rela kasih semua kebahagiaan aku buat orang lain agar mereka bahagia. Aku pengen Fan melihat orang-orang yang aku sayang bisa saling menyayangi bukan saling menyakiti."

Khalisya mengambil jeda sejenak mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan.

"Satu kali, dua kali, aku berusaha faham, tapi untuk yang ketiga kali maaf aku nggak bisa. Aku sayang sama Kak Al, dan kamu sayang sama Bianca, dia kan alasan semua ini terjadi. Yaudah aku dan kamu punya alasan masing-masing kan. Kamu jalanin hidup kamu, dan aku jalanin hidup aku."

"Enggak Sya." Tolak Reyfan mentah-mentah lalu menarik paksa Khalisya dalam dekapannya.

"Kamu jahat Fan, kamu egois, kamu egois, egois." Jerit khalisya tertahankan. Khalisya terus meronta dan memukul dada Reyfan sekuat tenaga agar melepaskannya.

Perlahan dekapan Reyfan melunak, ia membiarkan khalisya terduduk dilantai, ia lalu ia ikut berjongkok dihadapan Khalisya, yang tengah kembali menangis. Jujur hati Reyfan perih melihat gadis yang sangat ia sayangi menangis seperti ini, namun apa boleh buat.

Tangan Reyfan kembali terulur mengusap rambut Khalisya lembut, lalu merapikannya dan menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah sembab gadisnya itu. Reyfan menangkup wajah Khalisya agar gadis itu mendongak menatapnya.

Ia menyatukan keningnya dan kening Khalisya, jarak keduanya sangat dekat, bahkan hidung mereka pun saling bersentuhan.

"Gue emang egois, gue emang jahat, tapi gue sayang sama lo Sya. Gue nggak mau kehilangan elo. Tolong, gue mohon jangan pernah minta agar gue nglepasin lo. Karena itu nggak akan pernah gue lakuin. Gue sayang lo Khalisya Khansa Az-Zahwa entah sejak kapan." Ucap Reyfan tulus, lalu mengecup lembut kening Khalisya. Reyfan kembali mendekap tubuh mungil khalisya masuk kedalam pelukannya yang hangat tanpa ada penolakan. 

☀️☀️☀️

☀️☀️☀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☀️☀️☀️

Apa cuma author yang baper sendirian..?? Huhuhu 😭

See you next part 💕💕💕

☀️☀️☀️

☀️☀️☀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Khalisya (Matahari Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang