23. Perhatian Diam-Diam

55 15 1
                                    

"Jika yang terbaik adalah menyerah, aku tetap memilih berjuang meskipun diam-diam"

☀️☀️☀️


Sudah empat belas hari berganti. Semuanya kembali berjalan seperti biasanya. Pasca perkelahian antara Reyfan dan Al yang menyeret anggota geng sekaligus sahabat mereka masing-masing, mereka sempat mendapatkan hukuman skorsing selama satu minggu.

Kini semuanya sudah kembali normal, meskipun masih dengan keadaan yang sama, masih sama-sama menyimpan rasa dendam didada mereka masing-masing namun hingga sejauh ini belum ada perkelahian lagi antara mereka.

Bianca, ia masih merasa takut saat berhadapan dengan Al pasca kejadian itu. Namun bukan berarti ia berhenti untuk memperjuangkan orang yang ia cintai. Ia sekarang lebih menggunakan cara yang lebih tertutup untuk menarik perhatian Al, setiap pagi ia sering kali menyiapkan bekal untuk Al yang ia letakkan di atas meja milik cowok itu lengkap dengan sticky note yang berisi kata-kata manis yang ditulis Bianca.

Bianca tidak tahu apakah Al menerima apa yang dia berikan atau tidak, mau Al membuangnya sekalipun Bianca tidak peduli yang terpenting adalah Al tidak marah padanya, seperti saat terakhir kali Bianca memberikan bekal kepada secara langsung.

Bianca tidak tahu harus sampai kapan ia memperjuangkan Al yang sama sekali tak merespon dirinya. bahkan ia sudah memasang muka tembok selama ia bersekolah disini. Banyak yang mencibir bahkan menghujat Bianca dengan terang-terangan.

Hari ini Bianca sudah duduk manis dipinggir lapangan outdoor menonton Reyfan yang sedang bermain basket bersama dengan teman-temannya. Sebenarnya bukan hanya Reyfan yang menguasai penglihatannya, namun juga Al yang juga sedang berjalan berada diseberang lapangan sedang berjalan bersama teman-temannya.

Bianca tersenyum miris saat indra penglihatannya menangkap sebuah benda berwarna biru mudah yang ada digenggaman Al, namun detik berikutnya senyumnya memudar tatkala dengan gampangnya Al membuang kotak bekal itu ke tong sampah.

"Gausah cemberut gitu, jelek tau." Ejek Reyfan.

"Ish, apaan sih."

Reyfan malah terkekeh melihat ekspresi Bianca yang sedang kesal seperti itu. "Besok gue beliin seratus kalo lo mau."

"Gamau." Bianca mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Gue capek Rey, gue pengen balik aja ikut papi sama mami."

"Ngomong apaan sih, asal banget." Tegur Reyfan.

"Gue capek Rey, mau sampek kapan gue kayak gini. Gue pakek cara terang dia frontal banget, giliran gue pakek cara gelap tetep aja, sama aja." Keluh Bianca.

Reyfan diam mengusap lembut surai Bianca yang kini menyenderkan kepalanya di bahunya. Saat bianca dan Reyfan hanyut dalam dunia mereka. Ada gadis yang tengah berdiri diatas balkon depan kelasnya yang menahan sesak melihat pemandangan itu di bawah sana. Khalisya tidak tahan lagi, ia lalu berbalik menuju kelasnya bergabung dengan kudua sahabatnya.

Tanpa Khalisya sadari sejak tadi ada juga  sepasang mata yang juga mengamatinya. Dia Alvaro, tangannya mengepal saat melihat tatapan sendu Khalisya ketika memandang sepasang sahabat yang terlihat seperti sepasang kekasih itu.

Walaupun hubungannya dengan Khalisya tidaklah baik hingga sekarang, namun tetap saja Khalisya adalah orang yang memiliki tempat spesial di hati Alvaro. Tentu saja, hal itu tak akan pernah tega melihat khalisya merasakan sakit, terlebih lagi itu karena Reyfan, sahabatnya sendiri.

☀️☀️☀️

Khalisya berjalan bersama dengan kedua sahabatnya menuju ke kantin. Sesampainya di kantin keadaan sudah padat sekali hingga tak ada bangku kosong yang tersisa. Jika ada Al pasti ia akan mencarikan tempat, tapi sayangnya Al sedang tidak ada.

"Yah nggak ada tempat kosong, gimana ya." Keluh Karina.

"Kita kesana aja yuk, gabung sama Alvaro." Saran Aqilla.

"Ah iya, ide bagust tuh." Pekik karina girang. "Yuk Sya."

"Eh-" belum sempat Khalisya menolak Karina dan Aqilla langsung menariknya.

Ingin sekali Khalisya menolak untuk bergabung dengan meja Reyfan dan kawan-kawannya. disana juga ada Bianca yang sedari tadi menempel disebelah Reyfan.

"Hai sayang."

"Hai beb."

Sapa Karina dan Aqilla berbarengan menyapa pacar mereka masing-masing. Bahkan tanpa aba-aba mereka langsung duduk dan melupakan Khalisya yang masih berdiri. Bahkan Reyfan saja masih asik dengan Bianca tanpa menghiraukan kehadiran gadis itu.

Entah apa yang sedang mereka lakukan. Khalisya hanya bisa melihat mereka yang fokus pada handphone lengkap dengan hedset yang bertengger ditelinga Bianca dan Reyfan bahkan sesekali mereka tertawa bersama.

Khalisya sebal menahan sesak hatinya, bahkan yang dilapangan tadi saja belum selesai membuat Khalisya meradang lalu ditambah lagi ini. Khalisya memutuskan untuk pergi saja dari sana. Toh tak ada yang peduli juga bukan.

"Mau kemana Sya?" Tanya Alvaro. Saat menyadari Khalisya hendak pergi.

Khalisya menoleh. Ternyata semua mata yang berada dimeja itu sudah beralih menatapnya. Terkecuali reyfan dan bianca yang acuh saja. "A-ku ma-mau ke kelas aja." Jawab Khalisya pelan.

Khalisya hendak meninggalkan mereka namun kembali Alvaro yang menahannya. Mereka tahu sebenarnya apa yang menjadi alasan khalisya menghindar, namun tidak ada yang berani berkomentar. Terkecuali Alvaro yang amarahnya sudah memuncak.

Brakk. Alvaro menggebrak meja, membuat semua orang terlonjak kaget. Bahkan tak sampai disitu, Alvaro mengambil paska handpone yang sedari tadi mengalihkan perhatian Reyfan dan Bianca lalu membantingnya hingga hancur.

"Handphone gue." Pekik Bianca syok.

"Varo apa-apaan lo." Hardik Reyfan yang sama kagetnya dengan Bianca.

"Kenapa nggak terima?" Kata Alvaro tajam kepada Bianca. "Gue bisa gantiin sepuluh kalo mau."

"Lo-." Ucap Bianca terputus.

"Ro lo kenapa sih?" Tanya Valdo.

"Ternyata lebih penting handphone daripada perasaan Khalisya." Ucap Alvaro, tanpa menanggapi pertanyaan Valdo.

Reyfan mengerutkan kening pertanda tidak mengerti. "Maksud lo apaan bawa-bawa Khalisya?" Tanya Reyfan.

"Lo nggak sadar dari tadi, Khalisya disini tapi lo malah asik-asikan sama dia. Lo anggep apa Khalisya." Ujar Alvaro.

"Alva udah. Nggak enak juga diihatin orang banyak." Bujuk Khalisya.

Alvaro menghela nafasnya kasar berusaha meredam amarahnya. Tanpa mengatakan apapun Alvaro menarik Khalisya pergi. Melupakan keberadaan Aqilla yang megepalkan tangannya kuat-kuat. 

☀️☀️☀️

Apa kabar guys..??

??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Khalisya (Matahari Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang