BAB 3

89 37 72
                                    

Happy reading

"Pithecanthropus soloensis merupakan manusia purba yang fosilnya ditemukan di pesisir Bengawan Solo.”

Suara mbak-mbak Google memenuh kamar Kemal. Malam ini rumah cowok seperempat Arab itu menjadi tempat tongkrongan Rama dan teman-temannya. Mereka menagih oleh-oleh Kemal yang baru pulang travelling ke Medan. Prabu tersenyum tipis menyadari Rama sedang browsing di tempat tidur Kemal. Ia sendiri sibuk menyalin PR Fisika. James sedang bermain gitar di pojok kamar dan Geri bernyanyi dengan suara cempreng.

“Sialan tuh cewek.” Rama melempar kacang ke arah Prabu. “Lo dengerin gue nggak sih?”

Prabu berhenti menulis.”Ia gue denger” Ia melirik Kemal lalu beralih ke Rama. “Mal, ada berita baru. Makluk Tuhan yang paling seksi dikatain manusia purba.”

Kemal duduk di sudut tempat tidur sambil bersandar. Ia melirik ponsel Rama. Layarnya menampilkan gambar- gambar manusia purba. “Siapa yang berani ngatain lo sih, Ram? Lo nggak nonjok? Cemen ah. Kita gebukin rame-rame aja. Udah lama nggak berantem, kram tangan gue.”

Rama mendengus. “Gimana gue mau nonjok. Cewek. Kecil lagi.”

Kemal melirik Prabu mencoba bertanya lewat tatapan. Prabu mengangguk. Kemal langsung terbahak. Ia merangkul Rama.

“Rama Adelio dikatain sama cewek? Asli pengen gue pacarin tuh anak. Berani banget.”

Prabu melemparkan bantal kepada Kemal. Sebagai anak basket, naluri Kemal langsung peka. Ia menangkap bantal dari Prabu. “Parahnya lagi, dia nggak terpesona sama muka si Rama.”

Rama berbaring di lantai. Pandangannya menerawang lampu kamar Kemal. James mengumpat karena Geri menyanyikan lagu asal-asalan. “Ganti lagu, njir.”

“Sumpah, kalo gue ketemu langsung gue tembak. Kriteria cewek idaman gue itu dia harus nggak suka sama Rama. ” Kemal terkekeh melihat Rama merengut.

Geri membuka botol soda. Belum sempat diminum, James merampasnya dari Geri. “Rugi banget gue bolos MOS. Gue jadi ketinggalan berita hot. Ini juga admin lamtur sekolah nggak up to date.”

“Siapa sih nama tuh cewek?” tanya Kemal pada Rama.

“Adira Sinta.”

Rama mencoba memejamkan mata. Pikirannya kembali terganggu karena Adira. Rama sedang berpikir bagaimana ia akan membalas kelakuan gadis itu. Tidak ada yang bisa macam-macam pada Rama. Ini pertama kalinya ada junior yang keterlaluan.

“Gue nemu IGnya. Baru difollow langsung di accept. Gue stalk dulu, ah.” Kemal mengguir layar ponselnya.

Prabu mendekat. Mereka stalking berdua. “Lucu ya, Mal. Masih bocah banget.”

Kemal mengangguk. “Badannya kecil. Imut banget.” Kemal mengenggol lengan Geri yang nimbrung tiba-tiba. “Geser dong Ger, heboh benget sih lo jelmaan rayap.”

“Gue juga kan pengen liat. Eh, gue kan punya HP sih. Udah ah gue follow sendiri.” Geri berjalan ke sofa panjang di sudut kamar.

Rama berpindah ke kasur. Ia mencoba memejamkan mata tapi ia masih dengar Kemal berkata, “Cewek ini tipe gue banget dah. Mami papi gue bakalan senang kalo cewek model beginian gue kenalin ke mereka.”
***

Adira memasukkan buku Biologi ke laci. Di belakangnya Wiwid dan Ega sedang mengomel. Mereka berdua mengeluhkan PR yang menumpuk dari Buk Syifa. Ningrum sudah kabur sejak bel. Cewek itu  sedang gencar-gencarnya mengikuti cowok kelas sebelas.

“Sebel deh gue. Baru juga jadi anak SMA udah dapet PR segudang.” Ega masih menulis catatan yang belum ia selesaikan.

Adira memutar kursinya agar bisa menertawai Ega. “Lo kira SMA kayak FTV. Istirahat mulu. Ga, ntar kirimin jawabannya ya. Gue males banget Biologi.”

GAYA TOLAK-MENOLAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang