Happy reading ❤
Kata orang jangan pernah memendam perasaan. Semakin banyak dipendam, rasanya semakin sesak. Itulah yang sedang Adira lakukan. Dia tidak mau mengubur rasa bencinya pada Rama. Selagi bisa dilampiaskan kenapa tidak. Saat melihat Rama bersantai ria di jam olahraga, dia menendang Rama dari belakang dilanjutkan dengan pukulan membabibuta pada cowok itu.
Karena keberanian itu juga Adira harus menerima hukuman membersihkan kaca perpustakaan. Tapi hukuman bukan masalah yang penting hati Adira sedikit lega sepatunya bisa meninggalkan jejak di bibir seorang pentolan sekolah.
“Woi, gue ngomong. Lo dengerin nggak sih?” Rama melempar kemoceng mengenai siku Adira. Tapi cewek itu tidak bereaksi apa-apa. “Cewek setengah macan, lo mendadak budek ya?”
Adira menyeka keringatnya di dahi. Dia sudah membersihkan belasan jendela sedangkan Rama hanya mengoceh di sampingnya. Cowok itu masih tidak terima karena Adira sudah mempermalukannya.
“Kacang goreng dijual dadakan. Rama ganteng dicuken si macan.” Rama menusuk-nusuk kemoceng ke telinga Adira. Sontak, gadis itu menepis tangannya.
“Ih, harus banget deket-deket gue. Di sono tuh banyak kaca. Lo bisa bersihin di sana. Katanya lo benci sama gue.”
Rama menaikkan alis mendengar pernyataan Adira. Dia memang benar-benar benci Adira. Semua sisi dari cewek itu ia benci. Apalagi Adira tidak pernah menganggapnya senior yang harus dihormati. Sebisa mungkin dia akan terus menggangu Adira sampai dia mengakui kemenangan Rama.
“Lo kenapa diem. Atau jangan-jangan lo udah kesemsem sama gue. Makanya nempel mulu. Jangan ngimpi deh. Jijik gue.” Adira mencuci kain lap miliknya lalu pergi meninggalkan Rama. Tugasnya sudah selesai.
“WOIII, MAK LAMPIR JANGAN SO CANTIK LO!!!”
Adira masih dapat mendengar teriakan Rama dengan jelas. Tapi dia tidak peduli. Adira menuruni tangga lalu belok kanan menuju koridor kelas sepuluh. Kelasnya berada di ujung lorong. Di depan lab Kimia Adira melewati empat orang senior cewek. Adira kenal dengan tiga orang yang sedang berdiri di samping tiang. Karena mereka paling heboh saat MOS. Yang duduk di bangku Adira tidak tahu. Wajahnya asing dan terkesan dingin. Tidak ada senyum ditambah matanya sinis.
“Berhenti lo,” perintah Dwi senior terkenal galak.
Adira pura-pura tidak mendengar walaupun sadar Dwi sedang berbicara dengannya. “Ck. Adira gue bilang berhenti.” Dwi menaikkan volume suaranya.
Mau tidak mau Adira berhenti. Entah permainan apalagi yang akan dihadapi Adira. Sepengetahuannya, dia tidak pernah mencari masalah dengan siapapun kecuali Rama. Dia menghela nafas sebelum bebaik badan. “Ada apa, Kak?”
Dwi tersenyum sinis begitu juga dengan Wike dan Vio. “Dasar masih bau kencur udah gatel.”
Adira tidak mau tersulut emosi. Dia terkekeh sambil menggaruk paha belakangnya. “Lo tau aja gue gatel-gatel. Udah ke dokter tapi belum sembuh juga. Kenapa mau bantu garuk?”
Ketiga cewek itu melempar tatapan tajam. Adira hanya menahan tawa. Sesekali dia melirik ke arah senior asing itu. Cewek itu balik menatap tanpa ekspresi.
“Lo, nggak usah banyak tingkah deh di sekolah ini. Lo kira lo siapa mukulin Rama. Mau cari perhatian kan lo?” Vio menarik dasi Adira.
Adira mulai kesal. Awalnya dia tidak ingin menambah lawan tapi kelakuan seniornya itu sudah melewati batas Adira. Dia menepis tangan Vio kasar. “Lo jangan pernah ngatur gue. Mau gue perhatian sama Rama, mau gue nyium Rama sekalian, mau gue nonjok dia terserah gue lah. Lo pembantunya dia?”
Ketiga senior Adira merasa terhina. Mereka tidak menyangka reaksi Adira. Vio mencengkram lengan Adira. Cewek berbedak tebal itu menarik Adira kasar. Adira meronta namun Wike dan Dwi ikut-ikutan menarik tangan Adira. Untung saja si cewek asing tetap duduk di bangkunya.
“Widihh beraninya keroyokan lo ya, Gue tantangin satu lawan satu. Gue punya kakak ganteng mau nggak?” Adira dihiraukan. Sepertinya mereka ingin menarik Adira ke belakang lab.
“Ehmm.” Semua mata menatap seorang cowok di belakang mereka. “Jangan ganggu dia.”
Adira tidak dapat menyembungikan kagetnya. Cowok yang menolongnya di kubangan muncul lagi. Adira mengerjab memastikan cowok itu bukan halusinsasi. Cowok itu mendekatinya. Dia menarik tangan Adira. Keempat senior itu hanya mendengus. Mereka marah-marah sambil menjauhi Adira. Sebelum pergi, si senior asing melirik Adira. Tajam.
“Makasih ya,” ucap Adira. “Eh kenalin gue Dira. Lo?”
Cowok itu mengangguk. “Gue buru-buru. Duluan ya.”
***“Rama masuk lambe turah sekolah ,nyet. Potonya lucu banget. Mirip kodok kejepit” James menunjukkan ponselnya kepada Kemal.
Kemal sedang tidur-tiduran di meja ketua OSIS. Kemal cs bisa memakai ruangan OSIS sesuka mereka ketika ruangan itu sedang kosong. Bukan karena Prabu anggota OSIS tapi karena Rama dekat dengan Hana wakil ketua OSIS. “Mana sih. Gue nggak liat, cing.”
“Nih, baca captionnya. ,Duhh shayyy babang Rama digebukin cewek. Yaamsyong banget. Itu cewek mantan preman tanag abang ato lagi kerasukan jin tomang. Kacian bebeb Rama. Gws cinnn.’ Sumpah ngakak.” James mebaca dengan nada kemayu ala-ala emak-emak kompleks menggosip di tukang sayur.
“Kak Jems, SS dong. Kirim ke gue,” ucap Hana.
Rama sedang duduk bersila di lantai sambil bersandar ke dindidng. Dia memejamkan mata namun masih mendengar semua ocehan teman-temaannya. “Emang bangsat tuh si Adira. Tercemar muka ganteng gue.”
Prabu melempar gulungan kertas ke muka Rama. “Jangan pernah lo bilang bangsat ke cewek.”
Rama mendengus. Dia sudah hafal kebiasaan Prabu jika ada yang berani kasar pada cewek. Dia bisa ceramah panjang lebar. Menjelaskan cewek hidup berdasarkan perasaan. Makanya jangan pernah sakiti hatinya. Rama suka menyanggah, kalau cewek hidup didominasi oleh perasaan kenapa suka menyalahkan kaum cowok.
“Gue makin cinta aja sama Adira. Gue bilangin ke mami gue dah biar cepet ngelamar si Dira. Walaupun nggak sebohay mantan gue, Kemal tetap cinta.” Kemal memandangi layar ponselnya. Tiba-tiba spidol mendarat di jidatnya.
“Langsung gas Kak. Jangan kasih kendor. Tembak terus,” seloroh Hana.
Kemal terbahak sambil memegangi perut. Kebiasaan dari balita. “Tunggu dulu gue ngumpulin nyali. Nembak macan susah. Beda sama nembak cabe.”
“Na, temenin gue yuk.” Rama duduk di meja Hana. Refleks, Hana mengehentikan kegiatannya mengetik proposal acara OSIS.
“Kemana?”
“Beli Oreo.” Rama menggandeng Hana sehingga cewek itu hanya menurut.
Ketiga temannya saling bertukar pandag lalu terkekeh berjamaah.
Hadehhh gak bosen2 ya berkelahinya. Betah amat kayak tom and geri. Eh geri bukannya temennya si Rama yakk? Tau ahhh pokoknya see you on tje nexct chapter aja deh
KAMU SEDANG MEMBACA
GAYA TOLAK-MENOLAK [TAMAT]
Novela Juvenil[ON GOING] Ibarat magnet, Rama dan Dira itu punya kutup yang sama. Sama-sama Utara atau sama-sama Selatan. Sesuai sifat magnet, kutup yang sama tidak akan pernah bersatu atau disebut 'gaya tolak menolak'. Mereka punya kepala sekeras batu dan hati se...