Happy reading ❤
James mengambil alih tugas menyetir. Dia tidak mau membiarkan Rama membawa mobil dalam keadaan bersungut-sungut. Baru pertama kali dalam sejarah, Rama ditampar oleh gebetan barunya. Semua itu karena kelakuan Adira.
Rama meneguk air mineral dingin berharap kepalanya bisa lebih adem. “Apes banget sih gue. Kenapa harus banget ketemu sama nenek lampir itu?”
James geleng-geleng. Dia juga terkejut menyaksikan drama Adira tapi jauh di lubuk hatiya merasa lucu juga dengan ulah juniornya itu. “Namanya juga jodoh.”
“Ogah gue jodoh sama dia. Nih muka keren gue ternodai. Gue ditampar cewek.” Rama mengelus pipi kirinya.
James berhenti di lampu merah. Pandangannya tetap fous ke jalan raya. “Pasti ada sebabnya dia ngerjain lo.”
Rama mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi instagram. Banyak notifikasi masuk. “Gue ngirimin oreo rasa pasta gigi.”
“Wajarlah kalo lo dikerjain.Gue boleh jujur?”
Rama menaikkan alisnya sebelah. “Apa?”
Lampu merah berganti menjadi hijau. James melajukan mobilnya memecah jalanan ibukota. “Lo jadi kayak anak-anak semenjak ketemu Adira. Nggak Rama banget. Ngerjain dia habis-habisan. Kayak cacing kepanasan kalo nggak menang diri dia.”
Rama membuang muka. Sebagian hatinya tidak suka dirinya disebut-sebut seperti anak-anak. “Karena gue nggak suka aja dibantah dan lo tau kan dia itu pembangkang banget.”
James menghela nafas. “Harusnya kalo lo pengen dipandang sama dia, lo tunjukin dong kebaikan elo.”
“Maksudnya?”
“Dari pengamatan gue, lo itu nggak benci sama dia. Lo cuma caper aja.”
Rama menimpuk kepala James dengan botol ari mineral. “Gue ini Rama. Rama Adelio nggak mungkin caper ke cewek. Apalagi ceweknya nggak banget. Udah muka pas-pasan, kecil, hidup lagi.”
“Lo kesal karena dia nggak ganggep lo ada. Kalo elo emang mau dipandang elo berbuat baik dong ke dia.”
Rama menggaruk leher. Kepalanya memikirkan omongan James. “Lo lagi ngetes gue? Nantangin gue? Oke gue bakal buktiin kalo gue bisa buat Dira suka sama gue.”
“Tau ah susah ngomong sama lo.”
Drrttt….
Ponsel Rama bergetar.
Bukan Buaya Darat
Kemal anak Pak Aji: Ram, malam minggu ditampar cewek. Sabarrr
Geri juragan: Berita apa nih?
Kemal anak Pak Aji: gue abis ngeliat story Dira ngakak
Kemal anak Pak Aji: Nadia cewek kenalan Rama ngamuk
Prabu Nak Soleh: Rama kena azabkah?
Geri juragan: Sabar ini cobaan
Kemal anak Pak Aji: Badai pasti berlalu
Prabu Nak Soleh: tobat kamu nak
Prabu Nak Soleh: udah bapak bilang jangan main cewek
Kemal anak Pak Aji: dengerin abi, Rama. Tobat
Geri juragan: Abi Kemal wkwkkw
***Adira menjatuhkan tubuhnya di kasur. Satu dendam untuk Rama sudah terbalaskan. Rama ditampar didepan Adira. Sungguh salah satu berkah yang patut disyukuri. Ningrum dan Ega menginap di rumahnya. Ningrum baru saja keluar dari kamar mandi, langsung membongkar lemari Adira. Ega masih menyelesaikan tiktok di meja belajar.
Adira menyambungkan ponselnya ke WI-FI. Banyak notifikasi yang masuk. Di tengah perjalanan dari mall ke rumah, Adira mengunggah video Rama ditampar di insta storynya. Adira terkekeh membaca balasan teman-temannya.
From WiwidSulastri Dihhhh beneran itu Kak Rama? Jahat lo.
From LambeSMATunasBangsa Uluh uluhhh Rama serius ditampar shayy?
From HabsyaKemal Itu Rama temen gue?
From MissSean Yamsyong Rama guehhh
“Ngapain lo ketawa sendiri?” Sebuah bantal mendarat dikepala Adira.
“Baca DM orang-orang.”
Ega mematikan ponselnya. Dia duduk di sudut tempat tidur sambil mengunyah keripik kentang. “Lo nggak capek berkelahi terus sama Kak Rama?”
Adira menatap langit-langit kamarnya. “Dia dulu yang mulai gue bales lah.”
“Awalnya berkelahi lama-lama nyaman terus sayang deh.” Ega menaik-naikkan alis mendapat pelototan tajam Adira.
Ningrum memakai baju tidur motif pisang dari lemari Adira. Dia bergabung duduk di tempat tidur. “Ngomong-ngomong nama lo sama doi jodoh lho.”
“Apaan sih?”
Ningrum memutar-mutar rambutnya. “Lo kan Adira Sinta terus Kak Rama ada Ramanya. Rama dan Sinta. Jodoh nggak tuh?”
Adira bergidik membayangkan namanya dijodoh-jodohkan dengan Rama. “Nggak sah ngaco deh.”
“Tapi Ningrum bener sih. Rama Sinta. Gue doain deh lo sama Kak Rama biar lo jauh-jah dari Kemal gue.”
Ningrum melempar guling ke wajah Ega. “Ujung-ujungnya ke Kemal.”
Adira membuang muka. Fokusnya beralih ke ponselnya. Daritadi benda persegi itu bergetar. Adira melirik si penelpon. Nama Rama terpampang di layar. Adira sedikit bingung harus menjawab atau tidak.
“Rama nelpon gue.” Adira menunjukkan ponselnya ke Ega.
“Angkat aja.”
Adira mengusap layar ponselnya lalu menempelkan ke telinganya.
“Halo.”
“Halo Adira selamat malam.”
Kening Adira berkerut. Suara Rama di seberang sana beda dari biasanya. Lebih lembut dan halus. “Ada apa ya?”
“Lo udah nyampe rumah kan?”
“Bukan urusan lo.”
“Mulai sekarang semua tentang lo jadi urusan gue.”
“Jangan ngarep.”
“Gue harus pastiin lo baik-baik aja.”
“Jangan urusin hidup gue.”
“Gue akan selalu ikut campur urusan lo.”
“Idih kenapa?”
“Karena lo milik gue.”
“Sakit jiwa.”
Adira menutup sambungan telepon. Kepalanya rasanya berdenyut sebelah. Apalagi yang akan Rama lakukan padanya. Seeenak jidat Rama berkata akan ikut campur dalam kehidupannya. Cowok itu sudah tidak waras. Adira menarik nafas gusar.
Ega menyikut lengan Adira. “Kak Rama ya?”
Adira mengangguk lemas. “Kayaknya gue bakal dapet masalah lagi deh.”
Drtttt….
Sebuah pesan masuk. Adira malas-malasanmembuka ponselnya.
From Rama: Selamat malam, Adiria. Lo mimpiin gue ya. ❤
Gessss ini nih efek minum obat seminggu rasanya tulisanku ngawur gitu hahahaa maafin ya. Kalian dapan salam dari Rama katanga see on the next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
GAYA TOLAK-MENOLAK [TAMAT]
Teen Fiction[ON GOING] Ibarat magnet, Rama dan Dira itu punya kutup yang sama. Sama-sama Utara atau sama-sama Selatan. Sesuai sifat magnet, kutup yang sama tidak akan pernah bersatu atau disebut 'gaya tolak menolak'. Mereka punya kepala sekeras batu dan hati se...