PART 26

35 15 68
                                    

Happy reading ❤

Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Rama tidak bisa tenang sama sekali. Bahkan saat Adira membawa motor dengan kecepatan yang lumayan kencang, Rama terus saja menggerutu karena dia ingin segera sampai ke tempat dimana Hana dirawat. Kabar kecelakaan gadis itu sangat mengejutkan bagi Rama. Hana adalah sahabatnya perempuannya satu-satunya. Hana yang selalu mengerti Rama. Dan Rama sangat sayang pada gadis itu.

Di depan Rama, Adira tetap fokus pada jalanan yang lumayan sepi, namun tetap saja di sela-sela melajukan motor matic itu, Adira mencuri pandang pada Rama. Dia bisa melihat wajah Rama penuh ketakutan sekarang. Adira paham Rama pasti sangat mencemaskan Hana karena dia adalah cewek satu-satunya yang disayangi Rama secara tulus. Meski Rama dicap sebagai playboy cap sempak baru, Adira yakin kedekatannya dengan Hana murnidari hati. Entah sejak kapan Adira merasa perhatian Rama pada Hana membuatnya merasa galau.

“Kak Hana di ruangan mana?” tanya Adira setelah mereka sampai di pelataran parkir salah satu rumah sakit swasta di daerah Kuningan.

Rama menggelengkan kepala. Dia merogoh saku lalu terlihat serius membaca sebuah pesan. “Masih di IGD. Lo gimana? Mau langsung balik?”

Adira menghiraukan pertanyaan Rama. Tanpa sadar dia menggandeng cowok jangkung itu lalu menariknya ke arah ruangan IGD. “Gue temenin lo sampe ketemu Kak Hana.”

Rama sempat tercengang. Dia merasa ada yang aneh dengan perlakuan Adira. Cewek itu berubah perhatian meski wajah juteknya masih belum berubah. Namun setidaknya Rama merasa senang mendapat perhatian dari Adira. Walapun cewek itu jutek hanya pada dirinya, Rama tetap bangga. Karena menurut Rama, dia itu istimewa sehingga Adira hanya judes padanya.

“Gimana keadaan Hana?”

Rama langsung menghampiri Kemal yang sedang duduk berhimpitan di kursi tunggu. Kemal terlihat pucat sehingga Prabu langsung mengambil alih untuk menjawab.
“Hana masih belum sadar.”

Rama mengerang frustasi. Adira melepas pergelangan tangan Rama yang semula masih dia gandeng. Ada perasaan sesak ketika melihat Rama begitu takut kehilangan Hana. Namun Adira langsung menyangkal. Dia bukan siapa-siapa Rama. Lagipula bukankah dia suka kesal pada cowok itu?

Geri berdiri lalu melirik Adira. “Dir, lo duduk gih.”

James menggeser bokongnya mendekat ke arah Kemal agar Adira memiliki cukup ruang untuk duduk. “Lo kok bisa sama Rama?”

“Gue yang anterin dia, Kak. Dia panik banget tadi, makanya gue takut kenapa-napa.”

James mangut-mangut menanggapi Adira sementara Rama sedang berbincang dengan orangtua Hana di dekat pintu ruangan Hana. Kelima cowok itu sedang menunggu Hana sadar sambil memanjatkan doa di hati masing-masing agar sahabat mereka bisa bangkit. Saat suasana terasa hening, seorang dokter wanita keluar dari ruangan.

“Keluarga Adriana Hana?” tanya sang dokter.

Seorang lelaki paruh baya yang merupakan ayah Hana langsung mendekat. Mereka terlibat percakapan serius selama beberapa menit. Setelah dokter itu pergi, Ayah Hana mendekat pada Rama dan teman-temannya.

“Gimana kondisi Hana, Om?” James mewakili pertanyaan keempat temannya.

“Hana butuh empat kantung darah. Golongan darahnya sama dengan Om, tapi kondisi saya tidak memungkinkan untuk donor. Persediaan di PMI untuk golongan darah Hana sedang kosong.”

Geri mengacak rambutnya frustasi. “Golongan darah Hana apa Om?”

“Dia B. Ada yang bisa bantu donor?”

“SAYA OM!” jawab Rama dan Adira serempak.

Rama menoleh pada Adira begitu juga cewek itu. “Lo bisa donor?”

GAYA TOLAK-MENOLAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang