part 14

2.8K 275 8
                                    

Siang yang tenang dirumah kediaman Faza. Aira yang baru pulang belajarnya membuka pintu rumah bertingkat dua itu dan masuk menuju kamarnya.

Aira menautkan alisnya saat mengetahui Maira yang sedang istirahat tadi pagi sudah tidak ada dikamarnya.

"Kemana kak Maira? Apa ia sudah kembali pulih?" tanya Aira.

Saat Aira mengedarkan pandangannya tak sengaja matanya menangkap sebuah kertas putih diatas meja yang sudah bertuliskan pesan.

Aira melangkah mendekat lalu mengambil kertas itu dan berusaha membacanya.

---------------

Aira, ini aku Maira, jika kamu sudah membaca kertas ini, aku mohon, jangan beritahu kak Faza jika aku pergi dari pesantren ini, dan jika Faza bertanya dimana aku, berbohong lah demi aku, katakan jika aku sudah kembali ke rumah Aulia,

Titipkan salamku pada Aulia, katakan padanya aku sangat berterimakasih karena ia telah memberikan tempat tinggal yang nyaman dirumahnya.

Dan untuk Faza. Jika nanti ia menyadari aku tidak ada, katakan padanya, jangan pernah mencariku lagi, dan biarkan sekarang masalahku ini hanya aku yang mengurusinya.

Semoga kalian semua kembali bahagia dan juga tenang setelah keberadaanku tidak ada lagi disana.

Maira.
-----------------

Aira menatap tak percaya dengan apa yang ia baca. Maira, dia sudah pergi dari pesantren ini?

Aira melangkah dengan cepat segera menuju rumah Aulia untuk memberitahunya. Tepat didepan pintu diruang tamu ada Aulia disana. Aira menghampirinya dan memberikan kertas itu pada Aulia.

"Kertas apa ini."

"Dari kak Maira."

Aulia membaca setiap kata pada kertas putih itu. Aulia menatap Aira didepannya, keningnya nampak berkerut.

"Di mana Aira menemukan ini?"

"Di atas meja belajar Aira, kak."

Nampak wajah Aulia gelisah tak menentu, ia menghela nafasnya panjang.

"Aira, kita harus mencarinya-"

"Mencari siapa?" Tanya Faza yang sudah ada dibelakang Aira.

Langkah lemahnya mendekat pada Aira. Aulia dengan cepat menyembunyikan kertas itu dibelakang tubuhnya. Aira menggeleng.

"T-tidak ada apa-apa kok, Kak."

Faza menatap wajah Aira dan Aulia menyelidiki. Ada yang disembunyikan dari mereka. Tatapannya beralih pada sesuatu yang disembunyikan Aulia dibalik tubuhnya.

"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Aulia," ucapnya nampak datar.

Aulia menunduk tak menjawabnya.

"Perlihatkan apa yang ada di tanganmu."

Aulia tidak bisa membantah ucapan Faza. Ucapan datarnya selalu saja membuat Aulia pasrah dan memberikan kertas itu padanya. Faza mengambil kertas itu dan segera membacanya.

"Kapan Aira menemukan ini?"

"Barusan, pas Aira pulang dari sekolah dan masuk kamar Aira menemukan kertas itu diatas meja belajar Aira," jelasnya.

Faza meremas kertas itu dengan emosinya dan melemparnya asal.

Sekarang Faza menatap Aulia didepannya. "Bukannya aku menyuruhmu untuk menjaga Maira, apa susahnya menunggu dia sampai ia siuman?"

"Maafkan aku, Mas, aku tadi hanya pergi sebentar untuk mengecek para santri-"

"Jika aku menyuruhmu untuk menjaga Maira maka jaga dia, banyak pembimbing lain yang akan mengurus para santri."

"Maafkan aku," pesal Aulia. Ia menundukkan kepalanya.

"Aira, cari Maira disekitaran pesantren ini, kakak yakin dia masih tidak jauh dari sini," perintah Faza diangguki Aira.

Aira pergi berlalu. Faza bersiap bergegas mengambil jaket dan kunci mobil diruangannya, melangkah melewati Aulia yang masih terdiam. Tapi langkah Faza terhenti setelah Aulia memulai perkataannya lagi.

"Kenapa sebegitu hawatirnya pada Maira?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Aulia.

Sekejap Faza terdiam lalu perlahan ia membalikkan tubuhnya menatap Aulia lekat. Tatapannya begitu datar. Dengan cepat Aulia menunduk.

"Aku tau selicik apa Wira, ia berusaha menyakiti Maira dan ia ingin sekali merenggut kehormatan dan nyawanya. Dan aku, tidak akan pernah membiarkan itu terjadi."

"Apa mas Faza mulai menyukai Maira?" suara Aulia sekarang nampak gemetar. Matanya berkaca-kaca.

"Bukan berarti aku hawatir, aku menyukainya-"

"Aku melihatnya mas, tatapan mata tak pernah berbohong, katakan saja jika mas Faza takut kehilangannya dan mas Faza menyukai Maira, kan?"

Faza diam tak menanggapi, hanya tatapan datar yang diberikannya. Tak lama ia pun menghela nafas lalu menatap kearah lain.

"Aku tidak tau dengan apa yang aku rasa sekarang pada Maira, tapi yang pasti, aku tidak ingin Maira kenapa-napa," ucap Faza sebelum ia pergi meninggalkan Aulia sendiri sekarang.

Aulia menggigit bawah bibirnya kuat-kuat, entah kenapa ia merasa nafasnya begitu sesak. Air mata yang sejak tadi ia tahan tak terbendung lagi, perlahan turun lalu terisak. Aulia menangis.

"Mas Faza, apa Mas tak menyadari jika aku mencintaimu juga? Aku mohon, tetap jaga cintamu dulu padaku, aku mohon Mas ..." lirih Aulia begitu pelan.

Ia kembali terisak.









***
Ditunggu vote, saran dan kritiknya..
Terimakasih yang masih terus setia menunggu dan membaca cerita bidadariku, alMaira.

I Love U pokoknya💞

Bidadariku, Almaira[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang