part 21

3K 258 10
                                    

Maira membuka matanya. kepalanya terasa sangat pusing dan juga berat. Tubuhnya juga terasa begitu sakit. Ia dimana? Maira mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tempat ini? Maira melihat dirinya sendiri, rambutnya tergerai panjang tanpa hijab, bau alkohol begitu tercium menyengat di sini.

Disampingnya banyak botol minum berserakan. Maira menggeleng pelan. Nafasnya nampak menderu. Tidak mungkin jika ia telah meminum semua minuman ini.

Maira mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Wira, badannya yang terikat, minuman beralkohol, polisi, Faza.

Faza?

Samar-samar Maira kembali teringat.

Mata Maira memanas seketika. Perlahan tangisnya turun merambas pelan. Kepalanya menggeleng pelan suara isakan begitu jelas. Kenapa ia beraninya melakukan hal seburuk itu pada Faza. Kenapa ia melakukan itu.

Kakinya berusaha berdiri dan melangkah pergi meninggalkan bangunan itu. tangisnya turun tanpa henti.

Faza salah faham. Ia pasti sangat kecewa padanya. bagaimana jika Faza membencinya? Maira menggelengkan kepalanya cepat. ia tidak akan sanggup jika lelaki yang sangat ia cintai membenci dirinya. dan pernikahannya besok? Bagaimana jika Faza membatalkannya? Entahlah, untuk membayangkannya saja Maira tidak sanggup.

langkahnya tepat berhenti di pagar besi. sayup mata merah Maira menatap jauh ke dalam mesjid. Deru nafasnya terdengar masih tersengal. lelaki itu pasti ada sana. Maira menundukkan wajahnya tangisnya kembali turun perlahan. Maira tahu apa yang akan terjadi jika ia menemui Faza. cinta ini, pernikahan ini, apa akan berakhir secepat itu? tangan Maira menyentuh pelan dadanya yang terasa begitu sesak jika semua itu benar terjadi.

Maira harus menjelaskan semua itu. menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. tapi, apa Faza akan percaya padanya? akan percaya dengan apa yang ia katakan nanti? Maira menguatkan hatinya dan kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam pesantren, tempat yang telah memberinya ketenangan kala itu, tempat yang mengajari segalanya. dan tempat dimana ia mengenal cinta.

Tepat disana. Lelaki yang dicarinya berjalan dengan pelan menuju rumahnya, berhenti seketika ketika Maira kini berada didepannya. Nampak tatapan kecewa yang diberikan Faza pada Maira seketika membuat hatinya begitu pengap dan juga sakit.

"Untuk apa kamu kesini?" Suara dingin itu membuat Maira terdiam. Faza sekilas menatapnya lalu mengalihkan pandangannya.

Begitu sesak terlalu sakit. Maira menarik nafasnya menahan tangisnya yang kapan pun bisa turun kembali.

"Kak Faza, aku minta maaf-"

"Maaf?" Faza menatap tajam Maira didepannya. Matanya nampak memerah menahan marahnya. Tangannya terkepal kuat. "Kamu sadar apa yang telah kamu lakukan Maira! Apa kamu sadar, huh?!"

Dari arah lain berlari Aulia menghampiri Maira. Dipeluknya dengan erat Maira yang dengan penuh kelegaan. "Kamu tau, Maira, kita semua mencarimu, kemana saja, hm?" tanya Aulia nampak hawatir.

Maira menatap sebentar Faza, sepertinya Faza belum menjelaskan apapun tentang kejadian beberapa jam lalu. Kenapa Faza tidak menceritakannya pada Aulia? Pertanyaan itu terlintas begitu saja dipikirannya.

"Aulia, aku mohon, pergilah dari sini," perintah Faza membuat Aulia bingung. Apa yang sedang terjadi?

"Ada apa ini?" tanya Aulia.

langkah Maira mendekat pada Faza yang tak henti menatapnya penuh kecewa.

"Kak, Aku bisa jelaskan semua itu, tadi pagi seseorang mengirimiku sebuah pesan. Menyuruhku ke alamat tempat butik tapi aku tak menyangka jika Wira yang telah menjebakku disana. dia memberiku minuman-minuman itu dan aku tidak sadar saat melakukan itu- "

Bidadariku, Almaira[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang