part 24

3.2K 272 17
                                    


Maira.

Nama itu kembali teringat, melintas begitu saja dipikirannya. Faza menghela nafas lalu mata itu terpejam. Kepalanya bersandar pada kursi ruangan dengan penuh rak buku di sekitarnya. Setahun sudah tanpa kabar. Tanpa ada sosok maira di sampingnya. Kerinduan seolah menerpa lagi dan lagi hatinya yang tak henti ingin menangis. Rasa kehilangan begitu terasa sangat perih.

"Kemana kamu pergi, maira?" Lirih Faza.

Pertanyaan yang sama, Setiap bayangnya teringat, maka pertanyaan itu akan terucap. Entah kemana sosok maira pergi. Seolah menghilang begitu saja. Tak ada yang tahu. Andai waktu bisa terulang, Faza ingin maira disampingnya, menjadi pendamping hidup untuk selamanya. Tapi kenapa penyesalan itu mesti datang terlambat? Ketika yang dicintai pergi menghilang.

Faza masih mencintainya, mencintai maira yang masih sama seperti rasa sebelumnya. Tapi dimana maira berada? Apa ia baik-baik saja disana? Apa ia sedang bahagia sekarang? Atau apa ia sudah menemukan kembali cintanya?

Helaan panjang kembali terdengar. Mata itu perlahan kembali terbuka. Mata teduhnya perlahan berkaca-kaca.

"Maira, apa kamu sudah menemukan pendamping hidupmu disana?"

Tok.. tok.. tok..

"Kak Faza?" Suara Aira terdengar di balik pintu.

Faza yang menyadari itu segera kembali bersikap seperti sebelumnya. Ia berdiri dan menghapus bawah matanya yang mungkin basah. Ia berjalan lalu membuka pintu itu. Senyuman tak lupa di wajahnya menyamarkan kesedihannya itu.

"Iya Aira ada apa?"

Aira terdiam memperhatikan Faza didepannya. Wajahnya ikut menunduk. Lalu tak lama kemudian kembali menatap Faza dengan senyumnya juga.

"Abi memanggil kakak di ruang tamu,  ada ummi juga disana." ucap Aira.

Faza mengangguk mengiyakan.
Diruang tamu sudah duduk Abi Yusuf dan juga umi di sampingnya.

"Iya, bi, ada apa?"

"Abi ingin bicara serius sama kamu, nak, duduklah." Abi yusuf menepuk sofa disampingnya. Faza mengangguk lalu duduk disana.

"Faza, hampir setahun sudah setelah kejadian itu, banyak sekali perubahan yang terjadi padamu, dari sikap, bicaramu, apa kamu sadar itu?" Faza menghela. Ia menunduk.

"Faza sadar, bi." Ucap Faza pelan.

"Kamu tau, Faza, setiap hari kami hawatir dengan keadaanmu yang tidak seperti biasanya. Dan kamu tau, setiap hari juga Abi dan umi mu selalu mencari solusi supaya kamu bisa seperti Faza yang dulu." Abi Yusuf menghentikan bicaranya. Tangannya bergerak mengusap punggung Faza. "Abi memutuskan untuk menjodohkanmu dengan seorang perempuan pilihan Abi, karena Abi yakin itu yang bisa merubah kamu, dan membuatmu kembali seperti dulu Faza."

Faza seketika mengangkat wajahnya, menggeleng pelan sebagai jawaban. "Tidak, bi, itu bukan solusi yang baik, Abi tau, kan, sampai saat ini Faza masih mencintai maira, jika Faza menerima perjodohan ini dan Faza tidak bisa menghilangkan perasaan ini pada maira takutnya Faza malah menyakiti istri Faza kelak. Faza tidak mau sampai itu terjadi, bi, Faza tidak bisa."

"Sekarang, umi tanya, apa yang bisa membuatmu kembali seperti dulu, nak?" Tanya ummi.

"Bertemu dengan maira, dan meminta maaf atas ucapan Faza hari itu, umi." Ucap Faza.

Masih nampak dari sorot mata Faza yang tersimpan rasa penyesalan sampai saat ini. Tatapan sendu itu lalu menunduk helaan nafas terdengar menyusul.

"Faza, bagaimana jika maira sudah bahagia dengan orang lain?" Tanya umi lagi. Bukan tanpa alasan umi bertanya seperti itu karena takut anaknya terlalu berharap.

"Tidak apa-apa, umi, insyaallah Faza ikhlas, berarti bahagianya maira bukanlah bersama faza, ada lelaki yang lebih baik untuk menjadi pendamping hidupnya, dan Faza yakin itulah Takdir Allah untuk maira dan untuk Faza, tugas Faza meminta maaf padanya, dan setelah itu Faza siap untuk menjauh jika maira memang tidak mau Faza ada di hidupnya lagi."

Abi Yusuf dan umi sekilas saling pandang, keduanya tidak bisa memaksa keinginannya, Faza akan tetap pada keputusannya. Keduanya hanya mengiyakan keinginan anaknya.

"Abi tau, kamu sudah mencari maira kemanapun sebisamu, siang malam walau ditengah kesibukanmu mengurus pesantren selalu ada waktu untuk tetap terus mencari maira. Tapi sekarang, carilah maira kemanapun kamu mau, sejauh apapun yang menurutmu maira ada di sana. Ikuti hatimu kemanapun tempat yang kamu ingin tuju sekarang, pesantren ini biar Abi yang mengurusnya."

"Iya, Faza, carilah maira lebih serius lagi, jika maira yang bisa membuatmu kembali seperti semula, yang bisa membuatmu kembali tersenyum bahagia, carilah, nak."

Seulas senyum itu muncul dari keduanya. Nampak senyum itu menenangkan Faza yang langsung mengangguk lalu memeluk Abinya terharu.

"Abi yakin, maira akan kamu temukan, tetaplah berdoa pada Allah, Faza." Faza mengangguk lagi.











***
Segitu dulu ya, Jangan lupa vote nya guys :)

Bye byeee❤️

Follow➡ ️luthfia_Dn

Bidadariku, Almaira[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang