Faza mengemudikan mobilnya ditengah ramainya hilir mudik kendaraan di jalan kota. Menuju tempat yang tertuju, tempat dimana sebuah akad akan berlangsung sebentar lagi.
Setelah sampai nampak ramai tamu undangan yang datang. Faza keluar dari mobil sambil membenarkan kemeja putih yang di pakainya. Pernikahan yang tiada lain adalah dari seorang perempuan yang begitu dikenalnya.
"Selamat ya, Aulia, Ilham, semoga kalian selalu berbahagia."
"Aamiin." Ucap Aulia dan Ilham bersamaan.
"Iya terimakasih, mas, tapi sekarang aku mau bertanya, sampai kapan mau seperti ini terus, mas, tidak pernah lagi kulihat wajah ramah dengan senyum seorang Faza seperti dulu. Aku tau, mas masih mencintai maira, kan? Sampai saat ini kamu masih terus teringat dirinya?"
"Setiap saat, Aulia." ucapnya pelan. Aulia tersenyum kecil.
"Setiap saat Aku selalu berdoa pada Allah, semoga mas Faza dan dan juga maira bisa bertemu kembali."
"Tapi aku berpikir kembali lagi, apa aku siap bertemu dengan maira dengan apa yang telah aku lakukan beberapa bulan lalu? apa ia akan memaafkanku? Apa ia akan menerimaku kembali hadir dalam kehidupannya?"
"Kenapa berfikir seperti itu? Maira pasti memaafkanmu, mas, mas Faza masih ingat? Ketika maira mengatakan kesungguhannya saat ia mengatakan jika dirinya sangat mencintaimu, aku yakin sampai saat ini, maira masih mencintaimu juga, mas Faza."
Faza menggeleng pelan, "semua ini salah, seharusnya maira tidak mencintai lelaki sepertiku, lelaki yang telah menuduh dan berkata kasar padanya, lelaki yang telah merendahkan harga dirinya lalu mengusirnya." Mata Faza berkaca-kaca, ia menghela pelan nafasnya. "Aulia, aku menyesal, aku benar-benar menyesal telah mengatakan semua itu dan aku menyesal telah mengusirnya. Aulia, apa maira akan memaafkan aku, apa ia akan memaafkan setiap perkataanku yang sangat kurang ajar padanya?"
Aulia ikut menghela berusaha tersenyum, "mas Faza percayakan, akan takdir Allah? Dan aku yakin di setiap doa yang terselip di setiap sujud kita, Allah pasti akan mengabulkannya, Allah akan mempertemukan kalian kembali suatu hari nanti, tetaplah berdoa, insyaallah."
Faza mengangguk di dalam diamnya, wajahnya masih menunduk menguatkan hatinya.
"Ouh iya, mas Faza, aku ingin memberitahumu sesuatu tentang maira, mungkin itu bisa menjadi salah satu petunjuk dimana keberadaan maira."
"Apa itu?"
"Di rumah yang dulu aku tinggali di pesantren, di lemari kamarku didalamnya ada barang-barang berharga milik maira yang ia tinggalkan di sana dulu, Salah satunya cacatan miliknya. aku pernah tak sengaja melihatnya menulis pada sebuah catatan hariannya yang ia selalu tulis dan aku yakin disana maira mengungkapkan segalanya. Mungkin tempat tinggalnya? keberadaan orang tuanya?"
"Maira sudah memberi tahu tempat tinggalnya waktu itu, dan tempat pertama kali yang aku datangi adalah rumahnya dan maira tidak ada disana. tapi mungkin ada petunjuk lain yang memberitahukan keberadaan maira dalam catatan itu." ucap faza. "Baiklah, Aulia, terimakasih telah memberitahuku." lanjutnya, Aulia mengangguk lalu tersenyum.
"sama-sama, Jangan pernah lelah untuk mencarinya, mas, aku yakin mas faza pasti akan bertemu dengan maira secepatnya." faza balas mengangguk.
***
Setelah pulang dari acara pernikahannya Aulia, dengan tak sabaran Faza mengambil kunci dan membuka kembali pintu rumah yang telah lama tak lagi di tinggali Aulia. Sesuai dengan yang dikatakan Aulia, Faza membuka lemari dikamar itu dan benar, barang-barang milik maira masih tersimpan rapi walau telah berdebu.
Faza menautkan kedua alisnya. Sebuah bingkisan yang di berinya saat itu, saat belum seminggu mengenal maira. Masih tersimpan rapi bahkan tidak rusak sedikit pun. maira benar-benar menjaga barang pemberiannya dengan baik. Faza pun mengambilnya, mengeluarkan isinya yang ternyata hijab berwarna biru yang dibelinya khusus untuk maira ketika masih belajar mengenal Islam dan hijab itu masih ada.
Faza seketika teringat kembali kenangan bersama maira. ia hanya menghela ketika kenangan bersama maira seolah terlintas kembali begitu saja di pikirannya yang membuat faza seketika merasa menyesal lagi saat teringat ucapan yang membuat maira pergi dan tak kembali lagi.
Faza pun melanjutkan kembali mencari catatan yang dimaksud Aulia. tak lama faza pun menemukannya. lalu mendudukkan tubuhnya sambil membaca catatan maira lebih tepatnya mencari tau keberadaan maira lewat catatan yang dipegangnya sekarang. membuka lembar perlembar dari catatan yang mulai menguning karna lama tersimpan didalam tempat yang berdebu.
Catatan itu menuliskan semua yang terjadi ketika maira berada di pesantren ini. di dalam catatannya juga faza mendapati begitu tulusnya maira dalam memperdalam agama Allah.Ketika pertama kali ia menginjakkan kakinya di sana. Hal hal tentang kesedihan dan ada juga tentang diri faza yang begitu dikagumi maira.
Aku mengaguminya, lelaki baik yang telah menolongku malam itu.
Lelaki yang telah mengajariku banyak hal untuk mengenal-Nya.
Tapi ...
Apa aku pantas mengharapkan dia?
Sedangkan diriku, jauh dari kata wanita baik untuknya.
Membaca setiap kata yang tertulis di dalam catatan Maira itu malah membuat Faza nampak sedih. "Tidak Maira, harusnya aku yang berfikir, apa laki-laki sepertiku yang telah menuduhmu dan mengusirmu ini pantas untuk memilikimu? Maira, sungguh, maafkan aku." sesal Faza menatap lirih pada catatan itu.
Faza membuka lembar berikutnya. disana tertulis Maira yang begitu menyukai mesjid, bahkan diakhir catatannya ia hanya menuliskan jika ia ingin mengelilingi semua mesjid bersama Faza hanya untuk melihat-lihat indahnya setiap rumah Allah. tanggal ditulisnya lebar terakhir adalah 20 januari tepat seminggu dari tanggal itu adalah hari dimana seharusnya berlangsungnya pernikahan dirinya dan Maira.
Faza mengangkat wajahnya sekarang, ia nampak berfikir "kenapa tidak untuk mencarinya di setiap mesjid di seluruh kota? mungkin saja maira ada disalah satu mesjid disana. atau mungkin juga seseorang akan mengenal Maira jika ku tunjukkan fotonya?" Faza tersenyum kecil sambil menutup catatan itu.
"Aku akan terus berusaha mencarimu, Maira."
***
maaf ya guys baru bisa up sekarang, ini juga disempetin ditengah ujian sekolah..
maklumi juga ya jika ceritanya masih banyak kekurangan. jangan lupa vote dan follow akun wp ku juga buat yang belum :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadariku, Almaira[Selesai]
Spiritual"Jadikanlah aku bidadari dihidupmu, walau aku sadar, aku bukanlah wanita yang sempurna untukmu akan dirimu dan akhlakmu yang terlalu sempurna untukku." Almaira Maharani_ "Almaira, seorang wanita yang tak sengaja kutemui dijalan kota. Keinginannya un...