Ending

7K 320 27
                                    

Tak ada yang tahu akan takdir setiap mahkluk di kemudian hari. Ketika cinta yang terpisah jauh kini bersatu dalam ikatan suci. Penantian, kesedihan, telah kembali menyatukan cinta diantara dua insan yang saling mencintai.

Faza menjabat tangan ayah maira didepannya. Dengan satu tarikan nafas. Tanpa ragu ijab itu telah terucap, kini wanita yang paling ia cinta telah sah menjadi pendamping hidupnya. Dengan rasa syukur akan takdir Allah yang sangat indah tak pernah ia duga.

Acara pernikahannya telah selesai, Faza masih berbincang diluar. Kini dikamarnya maira terduduk di ranjangnya masih dengan riasan dan pakaian pengantin yang dipakainya. Maira menangis. Tangisan yang sejak tadi ia tahan.

Tak lama Suara ketukkan pintu terdengar dari pintu. Dengan cepat maira menghapus sisa tangisnya dan berusaha menampilkan tersenyumnya saat nampak Faza yang kini sudah ada dihadapannya. Faza menautkan kedua alisnya. Menatap maira dengan matanya yang nampak merah.

"Maira, kamu menangis?" Tanya Faza. Dengan cepat maira menggeleng.

"Aku tidak menangis." Ucap maira. Faza tersenyum.

Tangan Faza terangkat mengusap puncak kepala maira dengan lembut. Tangannya beralih menyentuh dagu maira membuat maira tertegun saat tatapan Faza padanya begitu terasa dekat. menatap lekat maira.

"Ada apa, hm?" Ucap Faza begitu lembut.

Tatapan itu membuat maira malah tak bisa menahannya lagi. maira menangis terisak menatap Faza yang kini bingung dengan apa yang membuat wanitanya itu menangis.

"Ada apa maira, kenapa kamu menangis."

"Kak Faza, aku hanya tidak menyangka dengan apa yang telah terjadi hari ini. Kakak telah menikahiku, lelaki yang telah menolongku hari itu, lelaki yang telah mengajariku banyak hal dan lelaki yang aku cintai kini dia adalah suamiku."

Faza tersenyum.

"Kamu tau apa yang sedang aku pikirkan sekarang, maira?" Maira menggeleng. Tangisnya mereda.

Satu dekapan hangat yang diberikan Faza membuat maira tak bisa berkata-kata. Ia terdiam saat lelaki yang ia cintai itu memeluknya begitu erat. Faza terpejam dengan sebuah helaan nafasnya.

"Aku mengira aku akan kehilanganmu dan aku mengira, aku tidak akan pernah bertemu lagi denganmu, maira. Dan Kamu tau apa yang tak henti terucap di hati dan bibirku sekarang? Aku tak henti bersyukur, Allah telah menakdirkan dirimu untukku."

Dalam dekapannya maira tersenyum. Mendengar setiap perkataan Faza membuat maira terbuai dalam cinta, Rasa syukur juga terucap dihatinya. Tak luput dari skenario Allah yang sangat indah dalam hidupnya.

***

Maira menatap langit malam di jendela kamarnya sekarang. Suasana malam selalu membuatnya tenang dan damai dengan cahaya bulan dan gemerlap bintang sebagai penghias malam. Masyaallah. Indah sekali bukan?

Angin malam meniup-niup ujung rambut panjang maira yang sengaja di gerai. Matanya lalu terpejam. Seseorang melingkarkan tangannya di pinggang maira, bahunya ia jadikan sebagai sandarannya sekarang. Tingkahnya membuat maira tersenyum geli. Faza ini, selalu saja manja padanya.

"Maira, kamu tau tidak?" ucapnya

"Tidak."

"Aku belum mengatakan sesuatu kamu malah langsung jawab tidak." Cemberutnya. Maira tertawa pelan.

"Yaudah iya, ada apa kak faza?" tanya maira menatap faza yang terpejam memeluknya dari belakang.

Faza kini melepas tangannya di pinggang maira. membalikan tubuhnya menatap faza sekarang dengan senyuman tak pernah pudar di wajah keduanya. Faza menatapnya begitu lekat. Sorot matanya sungguh sangat menenangkan maira.

Bidadariku, Almaira[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang