Faza menghentikan mobilnya di sebuah mesjid besar ditengah kota, dengan nuansa berwarna putih mesjid itu sangat indah dan juga megah, dikelilingi pohon-pohon tinggi membuat nampak teduh dan sejuk saat dipandang. Faza mengeluarkan kameranya menyandarkan tubuhnya di pintu mobil lalu memotretnya.Tangan faza terus memotret apa saja yang dilewatinya saat melangkah, mesjid ini memang sangat indah, taman luas didepannya membuat siapa saja akan betah duduk bersantai lama di sana. Setelah merasa cukup Faza mencari tempat duduk dekat sebuah pohon besar.
Faza melihat kembali layar kamera dengan hasil setiap potretan yang dibuatnya, tetapi mata itu tiba tiba tertuju pada satu foto, Faza memicingkan matanya, didalam foto itu sebuah mesjid dengan undakan tangga yang banyak, di teras itu seorang wanita bercadar tengah duduk menulis di sebuah buku catatannya.
"Maira."
Faza menghela nafasnya dan dengan cepat menjauhkan kamera yang dipegang dari pandangannya, menyimpannya di samping lalu mengusap wajahnya frustasi.
"Astagfirullah." Gumamnya pelan.
Faza sangat berharap jika dirinya dapat dipertemukan kembali Dengan maira tapi kenapa setiap kali melihat wanita dengan perawakannya yang sama seolah itulah maira. Ini bukan yang pertama kalinya terjadi.
Di mesjid sebelumnya saat ia mengira jika seorang wanita disana ada maira tetapi dugaan ternyata salah, dia bukan maira, di mesjid lain kejadian sama terulang, bahkan dapat diitung sampai lima kali terulang ketika dugaannya itu maira tetapi ternyata bukan. Yang akhirnya hanya kecewa dan bahkan hampir putus asa.
Faza takut malah perkiraannya salah lagi. Dan akhirnya berujung kecewa untuk kesekian kalinya.
Sudah puluhan mesjid dan juga tempat yang ia singgahi, berharap dan terus berharap jika maira ada disalah satu tempat yang ia datangi, tetapi kenapa kali ini rasanya Faza ingin sekali menyerah, lelah tanpa ada hasil yang ia dapatkan. Faza kembali menghela nafasnya dengan kasar. menyandarkan tubuhnya di kursi panjang, menenggadahkan pandangannya ke atas langit.
"Maira, dimana kamu sekarang?"
Faza melihat jam dipergelangan tangannya, hampir pukul tiga, sebentar lagi adzan. Faza memilih menunggu adzan dan shalat di dalam mesjid itu.
Di tengah jalannya menuju tempat wudhu faza masih berkutik dengan kamera yang dipegangnya menghapus gambar wanita bercadar itu dan menyimpan gambar yang dirasanya sangat bagus. Tetapi disaat tengah sibuk dengan kameranya Faza berpapasan dengan wanita bercadar yang ada dalam fotonya tadi. kesibukannya saat itu terhenti, begitu juga langkahnya. Faza membalikkan tubuhnya menatap wanita yang baru saja berpapasan dengannya.
"Maira." Gumam Faza. "Aggrrhh, astagfirullah, ya Allah, kenapa aku seperti ini." Ucap Faza menundukkan pandangannya lalu kembali berbalik, ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi padanya. Wanita bercadar itu selalu saja mengingatkannya pada maira.
Tapi ini benar-benar aneh, kenapa rasanya keberadaan maira sangat dekat dengannya? Dekat sekali, apa maira benar ada di mesjid ini. Faza masih terdiam di tempatnya lalu berusaha tersenyum.
"Insyaallah, maira, secepatnya aku akan menemukanmu." Ucap Faza menyemangati dirinya sendiri.
Faza pun kembali melanjutkan lagkahnya untuk wudhu lalu masuk mesjid, ketika duduk Faza di barisan pertama. muadzin yang duduk disampingnya, bertanya.
"Assalamualaikum, anak muda, saya muadzin disini, saya rasa saya baru melihat mu disini?"
"Iya pak, saya mampir untuk shalat di mesjid ini,"
"Asalmu dari mana, nak?"
"Di Kalipati, pak."
"Masyaallah jauh sekali, Apa kamu kemari ada urusan atau hanya untuk berjalan-jalan?"
"Saya mengunjungi setiap masjid yg ada di kota ini pak, hanya untuk mencari seseorang."
"Siapa, mungkin bapak bisa bantu."
Faza mengeluarkan ponselnya dan diperlihatkan foto maira yang tengah tersenyum dengan senyuman khasnya, foto maira satu-satunya yang ia punya. Mata itu memicing cukup lama, Faza selalu berharap bapak ini mengangguk tapi bapak itu lalu menggeleng tidak tahu. Memberikan sedikit rasa kecewa di hati Faza.
"Entah kenapa wanita ini seperti tidak asing lagi di mata saya, seolah saya pernah melihat dari mata wanita ini, tapi sepertinya itu hanya perasaan saya saja, saya belum pernah melihat wanita ini." Ucap bapak itu menggeleng pelan.
"Iya, tidak apa-apa pak." Sahut Faza.
"Insyaallah semoga Allah mempermudah jalanmu untuk mencari wanita ini." Faza mengangguk,"Ouh iya, kamu mau adzan?"
Faza sekilas terkejut, lalu menggeleng berusaha menolak karena tidak enak ia hanya pengunjung di mesjid ini. tapi Mu'adzin itu berusaha untuk menawarkannya yang akhirnya Faza pun mengangguk mengiyakan permintaan bapak itu.
Faza berdiri di depan sebuah pengeras suara. Tangan kanannya diangkat dekat pada telinganya. Mata itu terpejam lalu menariknya nafas pelan. Faza melantun adzannya begitu indah dan juga merdu. Nampak tenang setiap hati yang mendengarnya.
setiap kalimat seolah kembali mengingatkannya pada bayang maira, sampai tak terasa di tengah adzannya dengan mata yg masih terpejam itu lalu berair tak lama jatuh membasahi pipinya. Sampai selesai adzan Faza kembali menguatkan hatinya. Rindu pada maira kini tak bisa dielaknya lagi. Diusapnya punggung Faza oleh muadzin itu.
"Kenapa nak, hm?"
"Saya ingin sekali bertemu dengan perempuan ini pak, banyak kesalahan yg saya lakukan pada wanita ini, saya ingin meminta maaf padanya."
"Apa dia, wanita yg kamu cintai?" Faza mengangguk.
"Iya pak, saya mencintainya, berbulan-bulan saya mencari wanita ini, tapi sampai kapan pak, saya bisa menemukannya?"
"Yakinlah, akan takdir Allah, jika Dia berkehendak, insyaallah kamu akan bertemu dengan wanita yang kamu cintai itu. Kamu berikhtiar sebisa mungkin, sisanya kita bertawakal hanya kepada Allah." Faza mengangguk.
"Iya. Terimakasih banyak, pak." Bapak itu tersenyum, senyum yg sekilas menenangkan hati faza yg sejak tadi kembali bergemuruh.
Selepas shalat, Faza memilih duduk di mesjid yang mulai sepi oleh para jemaah yang kembali pada aktivitas mereka diluar, tangannya membuka Al-Qur'an lalu lantunan ayat-ayat suci itu menggema pelan di seisi mesjid itu. Berusaha menenangkan hatinya sekarang. Menenangkan bisikan hati yang selalu terus mempertanyakan keberadaannya.
Maira.
Kamu dimana?
Apa kamu baik-baik saja?
***
Yeeee.. beberapa part menuju ending!
Byebyee❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadariku, Almaira[Selesai]
Spiritual"Jadikanlah aku bidadari dihidupmu, walau aku sadar, aku bukanlah wanita yang sempurna untukmu akan dirimu dan akhlakmu yang terlalu sempurna untukku." Almaira Maharani_ "Almaira, seorang wanita yang tak sengaja kutemui dijalan kota. Keinginannya un...