Maira perlahan mengerjapkan matanya. Kepalanya dirasa sangat pusing. Tapi ia tidak bisa bergerak. Tubuhnya telah diikat pada sebuah kursi. Maira memberontak tapi ikatan itu benar-benar kuat.
Apa yang terjadi?
Maira kembali teringat saat seseorang menyekapnya dari belakang sampai pingsan. Mengurungnya ditengah bangunan tua tak berpenghuni.
Maira menangis seketika meminta pertolongan tapi tetap saja tak ada seorang pun yang mendengar suaranya. Ia menangis terisak.
"Kak Faza, tolong aku," lirih Maira.
Langkah itu mendekat. Dengan banyak botol beralkohol yang dibawanya. Maira menatap sang pemilik langkah yang mendekat.
"Wira?"
"Halo Maira? Bagaimana? Kamu terkejut?" ucap Wira.
"Lepaskan aku!"
"Gue tidak akan melepaskan Lo, Maira. Ouh iya, sekarang lo berbeda sekali, apa lelaki itu yang membuat Lo menjadi seperti ini, huh? Siapa namanya? Ahh iya, Faza. Lelaki yang kamu cintai itu, kan?"
Maira menatap tajam Wira. Wira tertawa keras melihatnya. Usahanya untuk melepaskan diri dari ikatan membuat Wira gemas.
"Maira, gue tidak bodoh, gue gak akan kejadian hari itu terulang lagi. Memudahkan Lo kabur begitu saja. Apalagi lelaki bernama Faza kembali menolong lo dari gue."
Maira pasrah, ikatannya sangat kuat. Ia menangis tersedu. Menatap Wira dengan lirihnya. "Apa yang kamu mau dariku huh? Kamu mau aku?! Kamu mau nyawaku?! Silangkan tapi jangan pernah ganggu kehidupan kak Faza dan pesantren!" ucap Maira tinggi. Terus menangis.
"Tujuan gue adalah membuat lo dan keluarga Lo sengsara. Tapi cukup Lo yang menjadi korban di sini, karena mereka sudah tua, kasian, kenapa tidak anaknya saja, masih muda, cantik pula."
"Apa yang akan kamu lakukan, huh?!"
Wira mengambil satu botol minuman beralkohol dan membukanya. Sedikit meminumnya lalu tersenyum getir.
"Bukannya dulu lo suka meminum ini? Minumlah."
Maira menutup mulutnya rapat-rapat saat Wira terus tanpa henti memaksanya untuk meminum minuman itu.
"Minumlah Maira!"
Satu legukan berhasil membasahi kerongkang Maira. Ia telah meminumnya. Tangis Maira merambas seketika. Ia sudah berjanji pada Faza tidak akan melakukan hal yang pernah dilakukannya dimasa lalunya. Dan minuman itu berhasil membuat janjinya teringkari.
"Maafkan aku, kak Faza." lirihnya menunduk dalam. Menangis tersedu.
"Sekarang gue tau bagaimana caranya buat lo sengsara, Maira, membuat orang yang lo cintai membenci lo, itukan?"
Maira menatap Wira menahan emosi dan kesalnya. Tapi Wira tak peduli. Ia kembali memaksa Maira meminum satu botol bahkan sekarang Wira mengambil botol lainnya. Dan kembali memberikannya sampai minuman itu bereaksi pada tubuh Maira.
Wira tersenyum puas. Ia membuka ikatan di tubuh itu lalu terjatuh. Maira tak ingat apa-apa sekarang bahkan minuman ini berhasil membuat Maira ketagihan dan mabuk.
"Maira, nah, begini seharusnya kamu, dengan minum-minuman kesukaanmu. Dan ... Ouh iya, lepaskan hijab ini, sangat tidak pantas di wajah cantikmu," ucap Wira melepas hijab biru yang di pakai Maira.
Tak lama kemudian, tiba-tiba Faza datang yang tak kalah membuat Wira terkejut dibelakangnya sudah ada beberapa polisi untuk menangkapnya.
"Ada apa ini?" tanya Wira.
"Tangkap dia pak," ucap datar Faza menatap tajam Wira. Kedua polisi menarik Wira dan memborgol kedua tangannya.
"Kenapa saya ditangkap, pak, salah saya apa!" ucapnya tak terima.
"Beraninya kamu menculik calon istriku," ucap Faza tajam. Wira menatap tidak suka Faza didepannya.
"Gue tidak menculik Maira, dia sendiri yang kesini dan menemaniku meminum minuman itu!"
"Sudah banyak bukti yang saya dapatkan bahkan dari Maira sendiri. bawa dia ke kantor polisi pak."
Wira mengeram keras mengamuk tak terima dengan apa yang dilakukan Faza. Tubuh Wira di giring paksa membuatnya nampak semakin marah.
"Calon istrimu itu tidak akan pernah berubah! Dia tetaplah wanita penggoda dan pemabuk! Dengar itu Faza!" teriak Wira.
Faza tak peduli. Ia berlari kearah Maira lalu terduduk di hadapannya. Tiba-tiba bau alkohol begitu menyengat membuat Faza tak kuat. Menutup hidungnya dengan tangannya.
"Maira, sadarlah Maira," panggil Faza mencoba menyadarkannya.
Tapi minuman itu telah membuatnya benar-benar mabuk, sangat sulit untuk membuka matanya namun ia masih sanggup untuk berdiri.
"Maira apa yang terjadi?"
"Kak Faza, minuman ini sangat enak ..." ucap Maira pelan. Seulas senyum di bibir Maira membuat Faza menjauh perlahan.
"Ma-Maira, kita harus pulang."
"Untuk apa, hm ... Disini saja, bersamaku," suara Maira mulai menggoda.
Tubuh Maira sekarang berdiri. Satu langkah. Hampir saja ia terjatuh tapi Faza dengan cepat membantunya. Jantung Faza mulai berdetak tak karuan. Apalagi saat manik mata wanita itu menatapnya dengan senyuman menggodanya.
Faza melepas pegangan tangannya pada Maira spontan. Langkahnya mulai mundur kembali. Menatap tak percaya Maira yang mulai bertingkah aneh.
"Calon istrimu itu tidak akan pernah berubah! Dia tetaplah wanita penggoda dan pemabuk! Dengar itu Faza!"
Benarkah yang dikatakan Wira. Maira tidak akan pernah berubah, wanita penggoda? Mata Faza memanas, apa benar itu? Pikirnya. Apa Maira lupa ia sudah berjanji untuk tidak meminum minuman itu tapi kini. Bahkan Maira sekarang dalam keadaan mabuk berat.
"Maira, apa yang terjadi? Ke-kenapa kamu meminumnya? Kamu tau aku tidak suka itu?" lirih Faza.
"Ini enak sekali, kak Faza harus mencobanya ..." goda Maira. Tubuhnya kembali terjatuh sekali lagi Faza membantunya. Tapi malah tangan Maira kini mencengkram erat kerah bajunya. Maira menatap Faza yang begitu dekat. Bahkan hembusan nafasnya begitu terasa. Sudut bibir Maira seketika kembali terangkat. Ia tersenyum dan.
Cup!
Satu kecupan di bibir Faza membuat Faza terkejut bukan main. Matanya membulat sempurna. Maira berani melakukan itu? Maira telah menciumnya.
"MAIRA! APA YANG KAMU LAKUKAN!" teriak Faza sangat marah.
Satu dorongan keras membuat Maira menjauh dan kembali terjatuh. Mata Faza seketika memerah menahan emosinya. Tangannya terkepal kuat. Ia tak menyangka Maira akan melakukan hal sekeji itu.
Nafasnya nampak menderu. Faza mengusap bibirnya dengan kasar. Menatap Maira tajam sekali.
"Apa yang telah kamu lakukan sudah sangat keterlaluan, Maira. Aku kecewa padamu. Aku sangat kecewa, Maira!" ucap Faza melangkah pergi meninggalkan Maira sendiri disana.
Benar-benar sangat kecewa. Sampai di dalam mobil pun, Faza tidak bisa melupakan kejadian barusan. Yang di lakukan Maira sudah melewati batas. Mata itu mulai berair lalu menangis. Tubuh itu nampak gemetar seolah dirinyalah berdosa atas kejadian itu.
"Ya Allah," lirih Faza ditengah tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadariku, Almaira[Selesai]
Spiritual"Jadikanlah aku bidadari dihidupmu, walau aku sadar, aku bukanlah wanita yang sempurna untukmu akan dirimu dan akhlakmu yang terlalu sempurna untukku." Almaira Maharani_ "Almaira, seorang wanita yang tak sengaja kutemui dijalan kota. Keinginannya un...