Aza's Project : Rencana Aza

156K 12K 361
                                    


"Mas, kan Aza udah mulai kuliah nih, nah dari rumah ke kampus kan lumayan jauh ya...," ujar Aza dengan hati-hati.

"Terus?," tanya Juan.

"Hm... Aza mau minta...,"

"Mobil baru?," tanya Juan tepat sasaran.

"Hehe kok tau? Kan tuker tambah aja Mas sama mobil Aza yang di bengkel," Pinta Aza pada suaminya dikala sarapan pagi ini. Baru tiga hari yang lalu Aza tak sengaja menabrakan mobil pemberian Ayahnya dengan trotoar di depan komplek.

"Nanti," jawab Juan.

"Nanti kapan Mas? Mobil itu dibenerin lama banget sih. Kan Aza males naik ojek online lagi Mas kalo lagi buru-buru kuliah kayak kemaren, terus pas pulang juga Aza ke hujanan."

"Naik aja taxi-nya," jawab Juan kembali tanpa melihat kearah Aza.

Aza hanya diam dan mengerucutkan bibir mungilnya. Aza sebal. Juan itu sangat cuek, baru saja Aza merasa senang ketika empat hari yang lalu saat Aza baru masuk kuliah kembali Juan menjemputnya, ternyata bukan disengaja. Hanya karena Juan ingin membeli ketoprak langganannya jaman kuliah di kampus Aza.

Juan memang memiliki almamater di kampus Aza, hanya sekitar 4 semester dan Juan mengikuti student exchange dan memilih melanjutkan kuliahnya di salah satu Universitas Australia. Dan melanjutkan kembali S2 dan S3 di usia mudanya di Inggris. Soal masalah pendidikan, Juan memang tidak usah diragukan. Kepintarannya membuat Aza minder.

"Pagi ini aku anter aja Za," ujar Juan.

"Gak telat kerjanya kamu emang mas?," tanya Aza.

"Kalo kamu bisa makan lebih cepet sih enggak," jawabnya cuek lalu berjalan menuju ruang kerjanya.

"Gimana mau cepet, gue baru mulai makan lo udah selesai juga. Dasar ganteng!" cibir Aza.

Setelah selesai sarapan dengan terburu-buru, Aza segera berpamitan dengan Bi Inah yang merupakan asisten rumah tangga di rumahnya ini.

"Bi duluan ya, jangan lupa masak semur ayam ya, Bi," pinta Aza lalu berlari keluar rumah karena Juan sudah menunggunya di dalam mobil.

"Maaf ya Mas, lama ya aku?," tanya Aza.

"Hm," jawab Juan singkat.

"Dasar hape esia, ngomong aja per karakter," cibir Aza. Juan tidak menjawab dan langsung melajukan mobil Porsche 911-nya yang berwarna biru.

Di sepanjang perjalanan hanya Aza yang sibuk berbicara, mulai dari hal sepele sampai Aza menggoda suami gantengnya itu.

"Percuma tahu Mas Juan ganteng tapi pelit senyum," ujar Aza.

"Yang penting gak pelit duit kan Za?," tanya Juan dengan senyum kecilnya. Mendengar ucapan Juan, Aza pun langsung menampilkan senyum lebarnya.

"Hahaha iya lah, kalo udah pelit senyum, pelit ngomong, pelit sentuh-sentuh Aza dan ditambah pelit duit lagi, Kisah rumah tangga kita bisa masuk acara FTV di ikan terbang Mas, Hati istri yang tersakiti. Ku menangis membayangkan....," ujar Aza dan menyanyikan lagu Rossa yang menjadi ciri khas ftv harian itu.

"Diem Za, suara kamu fales," ujar Juan tanpa. Aza pun langsung membungkam mulutnya. Baru saja ingin menyanyi, Juan sudah membuatnya skak-mat lebih dulu.

Sebenarnya Aza sedikit canggung berbicara seperti ini dengan suaminya itu, karena baru akhir-akhir ini Aza sering berbicara dengan Juan seperti ini.

Selama satu tahun berumah tangga, Juan lebih sibuk di luar. Mereka pergi berdua bisa dihitung pakai jari, hanya sekedar ke rumah orang tua mereka atau datang ke acara keluarga yang memang penting menurut Juan.

Sejak pertama menikah, Juan sering sibuk keluar kota maupun keluar negeri selama berminggu-minggu. Sekalinya pulang ke rumah hanya sekedar menyapa Aza dan makan malam di rumah. Kalau sarapan, Aza tidak pernah bertemu dengan Juan, karena Aza selalu bangun siang. Kadang Aza juga tak tahu kapan Juan kerja maupun kapan Juan libur.

Bahkan untuk saling kirim pesan saja jarang, Aza yang lebih sering kirim pesan. Namun ujung-ujungnya hanya akan dibaca oleh Juan, ia jarang mengirim pesan ke Aza. Aza pun tak begitu peduli, yang Aza pedulikan adalah sebuah pesan singkat Juan di setiap akhir bulan yang berisi, 'Udah aku transfer Za'.

Setahun kemarin pun Aza hanya disibukan dengan dirinya sendiri, dia hanya tidur di rumah, sekedar berkunjung sendiri ke rumah Ibunya dengan alasan Juan dinas, atau Aza ke mall belanja sepuasnya sendiri. Membosankan memang, tapi mau bagaimana lagi?

Juan memang tidak pernah pelit dengan uang, tapi uang tidak bisa membeli segalanya. Aza ingin memiliki rumah tangga seperti umumnya dan normal. Tetapi Aza rasa itu tidak bisa, karena hanya Aza yang berharap dan hanya Aza yang memiliki cinta sepihak.

Memikirkan hal itu membuat hati Aza sakit.

"Nanti pulang aku gak bisa jemput za," ujar Juan.

"Okay, aku naik ojek online lagi," jawab Aza lalu mengulurkan tangannya untuk salim kepada suaminya itu untuk pertama kalinya, eh tidak ini yang ke dua kalinya setelah yang pertama saat akad nikah dulu.

Lalu Aza berpamitan dan keluar mobil dengan cepat. Juan hanya mematung di mobil, ada gelanyar aneh di hatinya saat Aza salim kepadanya. Tidak mau berpikir banyak, Juan langsung melajukan kembali mobilnya menuju kantor.

Aza hanya duduk diam di taman belakang gedung B kampusnya. Aza datang kepagian karena jam kuliahnya dimulai pukul 08.00, dan sekarang baru pukul 07.25.

Aza duduk memandang pohon-pohon dan bunga ditaman itu. Aza memutar kembali pikirannya di mobil tadi, apa bisa Aza dan Juan memiliki rumah tangga pada umumnya?

Kalau Juan yang terlalu kaku, Aza lah yang harus mencairkan suasana.

"Gue yang harus bikin Mas Juan jatuh cinta dan jadi bucin!!!," tekad Aza dengan penuh semangat.

"Gue cantik? Pasti!, masa Mas Juan gak bisa sih suka sama gue? Mulai sekarang Aza akan bikin Mas Juan jatuh cinta pokoknya!!," ujar Aza pada dirinya sendiri.

"Aza?," panggil seseorang dan membuat Aza tekejut.

Ternyata Robi. Datang dengan gaya bad boy-nya menggunakan kemeja flannel kotak-kotak berwarna hitam putih dengan kancing depan terbuka semua dan dalaman kaos hitam.

"Masih pagi udah dateng aja lo Za, ada kelas pagi?," tanyanya.

"Iya nih Rob, sekelas sama Naya sama Sabrina juga. Tapi pada belom dateng mereka," jawab Aza.

"Iya lah, lo yang kepagian banget ini za. Tumben rajin banget"

"Hahaha iya gue bareng sodara gue soalnya," ujar Aza.

"Lo juga pagi banget? Jangan bilang lo nginep lagi dikampus," tanya Aza.

"Hahaha ya engga lah, gue ada urusan kemahasiswaan biasa. Jadi dateng lebih pagi deh," jawab Robi.

"Masih sibuk aja ya Rob, luangin waktu buat cewe lo jangan lupa," ujar Aza.

"Iya Za, makasih ya udah ingetin gue. Dan gue minta maaf ya Za"

"Hah maaf kenapa?," tanya Aza

"Dulu gue terlalu sibuk dan jadi nyia-nyiain lo gitu aja Za sampe lo sendiri yang mundur. Gue galau banget waktu lo tiba-tiba ngilang Za, gue nyia-nyiain cewe secantik, sebaik dan seasik lo waktu itu," ujar Robi. Aza pun jadi terdiam, bingung harus menjawab apa.

"Dan lo hadir lagi sekarang, bikin hati gue jadi tergoyah Za kalo gue boleh jujur," sambung Robi.

"Jangan gitu Rob. Jangan sia-siain cewe lo! Mending lo sibuk sama kegiatan kemahasiswaan lo dari pada lo harus sibuk dengan gue atau perempuan lain yang bikin hati cewe lo sakit. Gue juga gak suka sama cowo yang udah punya cewe, Rob," ujar Aza.

"Iyaa siap Aza, makasih ya Za nasihatnya lagi. Semoga lo dapet cowo yang sebaik diri lo ya, gue duluan ya udah mau mulai nih acaranya," ujar Robi lalu mengacak rambut Aza sebelum pergi meninggalkannya.

Aza kembali terdiam, mengingat kalau dulu Robi sering sekali mengacak rambut Aza sampai Aza kesal. Coba saja Mas Juan sering melakukan sentuhan-sentuhan kecil seperti itu, Aza pasti sangat senang.

Aza's Project [Re-Upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang