Part1

506 25 0
                                    

Pagi yang cerah. Tiga gadis akan pergi ke bandara untuk menjemput temannya yang  pulang sehabis liburan di London, mereka betiga ialah Dinda, Amel, Adelia. Mereka pergi dengan taksi online yang sudah dipesan.

"Jadi gak sabar ketemu Kania," ujar Dinda. Teman yang mereka jemput bernama Kania.

"Hah, palingan lo mau oleh-olehnya," ujar Adelia.

"Nah, itu lo tau!" kekeh Dinda. Mereka bertiga duduk di belakang.

"Bang, cepetan dikit!" suruh Amel pada sopir taksi itu.

"Sabar atuh Mel," ujar Dinda.

"Iya!" sahut sopir taksi sambil tersenyum licik. Mereka bertiga tidak tahu bahwa lelaki tersebut hanya berpura-pura menjadi sopir taksi. Lalu siapa dia?

'Aku dapat mangsa lagi' gumamnya dalam hati.

"Sopir taksinya tampan ya," bisik Dinda pada Adelia.

"Matamu jelalatan!" ujar Adelia.

Sopir itu menempuh jalan yang berbeda di mana seharusnya belok kanan, ia malah belok kiri. Amel yang menyadari itu, ia langsung protes.

"Bang, kok belok kiri? Ke bandara seharusnya belok kanan!" protes Amel ia menatap google maps di layar ponselnya.

"Ini jalan pintas. Biar lebih cepat kita  sampai ke bandara," ucapnya. Padahal dia akan membawa ketiga gadis itu ke rumahnya.

"Jalan pintas? Tapi di google maps, ini jalan masuk hutan," ujar Amel.

"Udah kalian tenang saja! Percaya sama saya," ucapnya.

Adelia jadi curiga ia tidak percaya bahwa jalan yang dilalui adalah jalan pintas, lantaran jalan yang mereka tempuh benar-benar memasuki hutan.

"Serem," ucap Dinda, matanya menatap keluar jendela mobil. Ia yang duduk di tengah pun menjadi takut.

"Apa masih jauh Bang? Kayaknya Abang salah jalan, deh!"  Amel sudah gelisah dari tadi.

Saat ini mereka berada di tengah-tengah hutan.

"Kita hampir sampai!" Amel dan Adelia mengerutkan keningnya. Apa maksud dari kata sudah sampai?

Di depan terlihat sebuah rumah yang sangat besar. Lelaki tersebut semakin tersenyum dan ia memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah besar itu.

"Bang, kok berhenti di sini sih?" Kecurigaan Amel semakin bertambah. Sedangkan Adelia dan Dinda, mereka berdua juga kebingungan.

"Ini rumah siapa?" tanya Dinda.

"Abang jangan macem-mecem! Mau aku laporin ke polisi?" ancam Amel.

"Kita sudah sampai," ucapnya.

Bruss! 

Tiba-tiba lelaki itu menyemprotkan sebuah gas kewajah Amel, Dinda dan Adelia. Gas itu tidak beracun hanya saja itu akan membuat mereka pingsan.

"Uhuk ... uhuk ...." Mereka bertiga batuk-batuk lalu jatuh pingsan. 

"Rencanaku berhasil! Bahkan polisi tidak bisa menemukan keberadaanku," kekehnya.

"Malam ini masak apa ya? Kayaknya daging panggang enak juga," gumamnya sambil keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

"Bagaimana perburuanmu hari ini?" tanya ayahnya.

"Berhasil! Di mana ibu?"

"Ibumu ada di dapur," jawab ayahnya.

"Aku dapat tiga mangsa," ucapnya lalu ia duduk di sopa bersama ayahnya.

"Bawa dua mangsamu itu ke gudang dan yang satunya kita masak untuk makan siang," ujar ayahnya yang dibalas dengan anggukkan oleh anaknya.

________

"Mereka mana, sih? Katanya tadi mau jemput! Tapi ini sudah dua jam lebih aku tungguin gak dateng-dateng," keluh seorang gadis.

Kalau suka jangan lupa vote :)
Aku maksa  🤣

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang