Part 12

171 19 3
                                    

“Membawanya ke rumah sakit,” jawab Azora.

“Tidak boleh!” larang Alex.

“Ayah, gak bisa melarang aku!” bentak Azora. Azora tidak punya waktu untuk berdebat dengan ayahnya sekarang.

“Hmm, baiklah kalau dia sampai kabur dan identitas kita terbongkar, kepalamu akan kupenggal,” tegas ayahnya. Azora menatap ayahnya tajam sambil mengangukkan kepalanya.

Azora membaringkan Kania di kursi belakang dan menutup pintunya. Azora memutari mobil, membuka pintu depan mobilnya dan masuk ke dalam.

“Bertahanlah!” gumamnya. Azora langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Setelah Azora pergi ayahnya yang mengintip di balik pintu sontak tersenyum menyeringai.

“Dasar anak kurang ajar! Hukumanmu sudah menunggu dan lihatlah nanti,” gumam Alex. Sebelumnya ia sudah sabotase mobil anaknya. Jahat bukan? Memang begitu, keluarga Gara memang tidak ada yang normal.

*******

Gara menyuruh Adelia untuk duduk di sopa panjang samping lemari. Adelia hanya menurut, ia pun segera duduk. Gara ikut duduk di sebelah Adelia.

“Hadap belakang,” suruh Gara. Adelia langsung menghadap ke belakang.

Gara menatap rambut lurus nan panjang milik gadisnya yang tergerai indah, ia pun langsung mengepang rambutnya dan di ujungnya ia ikat engan gelang karet miliknya.

Adelia terheran melihat apa yang Gara lalukan padanya.“Kau belajar dari mana?”

“Aku sering melihat Ayah mengepang rambut Bunda dan aku juga ingin melakukan hal itu padamu.” Terkesan manis! Tapi Adelia tidak boleh luluh dengan lelaki yang ada di belakangnya itu, sebab lelaki itu sangat gila dan kejam.

“Selain mengepang rambut aku juga suka mengepang usus manusia,” bisik Gara di telinga Adelia. Adelia yang mendengar itu langsung merinding.

Sedetik kemudian Adelia terkejut lantaran tangan kekar Gara melingkar di perutnya. 
Jujur saja Adelia tidak suka, ia sangat risih.

“Diamlah atau aku akan menggigit lehermu,” gumam Gara. Lalu ia mengangkat tubuh Adelia dan meletakkannya di pangkuannya.

“Aku mau ke kamar kecil,” ucap Adelia mencari alasan.

“Kau mau apa?” tanya Gara. Di lihat dari wajah Adelia, Gara bisa menebak dan langsung tau kalau Adelia hanya beralasan saja.

“Aku mau buang air kecil,” lirih Adelia pelan.

“Aku tidak mau berpisah denganmu walau hanya sedetik! Kencing saja di celana,” tutur Gara sambil mengeratkan pelukannya. Adelia gagal mengelabuinya.

Kruk! Kruk!

Tiba-tiba perut Adelia berbunyi dengan nyaring. Ia sangat lapar sekarang.

“Hmm, bunyi apa itu? Tadi kau menolak nasi goreng buatanku, jadi aku tidak akan memberimu makan.” Siapa juga yang mau minta makan? Adelia masih waras. Ia rela berpuasa sebulan dari pada makan daging sesama jenis.

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang