Part6

172 18 0
                                    

“Masakan Bunda enak banget,” puji Gara.

“Jangan terlalu dipuji nanti dia terbang,” kekeh Alex, suaminya.

Keluarga Erlangga itu tengah makan malam.

“Ibumu cerita kalau kamu suka sama mangsa kita, benarkah?” tanya Alex pada anaknya.

“Iya!” ucap Gara sambil menyantap makanannya.

Kali ini Gisel memasak daging panggang, hati manusi yang sudah oseng-oseng dengan sayur kangkung dan tidak lupa minumannya darah segar. Mereka menyantapnya dengan penuh nikmat.

“Behati-hatilah dia hanya manusia biasa tidak seperti kita jadi jangan pernah merasa iba padanya. Jika dia berani kabur dari sini bunuh saja,” saran Alex. Gara mengangguk lalu ia kembali ke kamarnya karena sudah selesai menyantap makanannya.

“Ibu aku merasa dia bukan wanita sembarangan, di buku ramalan kita tertulis bahwa nanti akan ada seorang gadis yang melenyapkan kita,” ucap Azora.

“Ahh, ramalan itu tidak benar. Tidak akan ada orang yang bisa melenyapkan kita, karena kita ini kuat,” ucap Alex menyeringai.

_________

“Dia sudah tidur tenyata,” gumam Gara. Lalu ia ikut berbaring di sebelah Adelia.

“Besok aku harus pergi ke kota untuk mencari mangsa, apa kau mau ikut? Tidak! Tidak kau bisa kabur nantinya,” kekehnya.

Gara menatap wajah damai Adelia yang sedang tidur. Lalu tangan kekarnya ia gunakan untuk memeluk gadis itu.

“Jika kau berani kabur atau melukai dirimu sendiri maka aku tidak segan-segan menggergaji lehermu sampai putus,” bisik Gara di telinganya, hingga Adelia merasa terganggu.

“Ehg ....” Adelia terbangun dari tidurnya.

“Kenapa bangun? Tidur lagi!” titahnya. Adelia sontak kaget melihat Gara yang hanya berjarak sekilan dari wajahnya.

“Aku mau ke kamar kecil,” lirih Adelia. Tiba-tiba saja ia ingin buang air kecil, namun ia tidak bisa berjalan karena kakinya masih sakit.

“Jadi kau mau mengajakku?”

Adelia menggelengkan kepalanya. Ia hanya ingin Gara membantunya.

“Kaki aku masih sakit,” ucap Adelia. Gara langsung mengangkat tubuh Adelia dan membawanya ke toilet.

“Kau bisa sendiri, kan?”

“Iya,” jawab Adelia. Gara menurunkan Adelia dari gendongannya secara perlahan.

Adelia masuk ke dalam toilet dan menutup pintunya.

“Aku harus bisa bersikap baik dulu dan pergi dari sini secar diam-diam,” gumam Adelia. Ia berencana untuk kabur.

Tidak lama Adelia keluar dari toilet. Gara kembali menggendong dan membawanya ke kasur, membaringkannya kembali.

“Sekarang tidurlah!” Gara memejamkan matanya sambil memeluk Adelia sangat erat. Adelia menjadi risih karenanya.

“Kenapa?” tanya Gara sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Aku gak bisa tidur,” jawab Adelia.

“Kau tinggal memejamkan matamu, apa susahnya? Tidur atau aku akan memotong lidahmu!” geram Gara. Adelia langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Gara.

“Jadilah gadis penurut. Aku tidak suka dibantah,” tutur Gara. Gara kembali menutup matanya.

----------

Pagi hari ....

“Pak, apa anda pernah melihat orang ini?” tanya Kania sambil melihatkan foto teman-temannya pada orang yang berlalu-lalang.

“Enggak, Mbak!”

“Ooh, ya sudah makasih, Pak!” ucap Kania ramah. Kania kembali menanyakan pada orang-orang yang berlalu-lalang.

“Pak, apa anda pernah melihat orang ini?” tanya Kania pada seorang laki-laki yang memakai masker. Kania melihatkan foto teman-temannya pada orang itu.

“Wah, saya rasa saya pernah melihat mereka!” ucap lelaki tersebut. Kania tidak  tahu bahwa dibalik maskernya laki-laki itu tengaj tersenyum licik. Sekarang dia tahu kalau gadis yang di depannya ini adalah teman mereka.

Siapa lelaki itu? Siapa lagi kalau bukan Gara Erlangga. Hari ini ia pergi dari rumah untuk berburu. Adelia sudah ia beri makan nasi dan ibunya yang menjaga gadisnya selama ia pergi. 

“Benarkan! Di mana?”

'Di rumahku,' gumannya dalam hati.

“Ikut aku jika kau ingin tau mereka,” ajaknya. Kania mengikutinya karena ia menurutnya laki-laki tersebut orang baik. Kania masuk ke mobil lelaki itu dan duduk di depan bersamanya.

“Aku pernah melihat seseorang membawa tiga orang wanita. Wajah mereka mirip dengan foto yang kau tunjukkan,” ucap Gara.

“Dia membawanya ke mana? Jangan-jangan temanku di culik! Aku harus melapor pada--” Perkataan Kania terpotong karena Gara menutup mulutnya dengan kain. Semenit kemudian kesadarannya hilang.

“Aku dapat mangsa lagi!” Gara menjalankan mobilnya, ia kembali pulang ke rumah.

“Nanti akan ku bungkus kepalanya dan menghadiahkannya pada Adelia,” gumamnya. Kemudian ia tertawa.

Kalau suka jangan lupa vote ❤

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang