Part 22

154 18 3
                                    

“Hmm, baiklah. Saat dia sadar nanti maka aku akan memasukkannya ke penjara!"

Toni membiarkan Azora untuk sembuh dan sehat terlebih dahulu, setelah itu ia akan mengahajarnya sampai babak belur dan mengirimnya ke penjara.

"Ayah, apa Adelia sudah ditemukan?" tanya Kania.

"Belum," ucapnya.

Sesaat kemudian ....

"Ehg ...." Azora akhirnya sadar.

"Hmm, kamu sudah bangun anak muda?" Toni mendekati Azora.

"Ka-kamu siapa?" tanya Azora dengan suara yang masih lemah.

"Orang tuamu sudah kami tangkap dan setelah ini kau akan menyusul mereka juga," lirih Toni.

"Katakan, di mana Adelia?!" tanya Toni setengah membentak, pemuda di depannya pasti tahu keberadaan Adelia.

"A-aku tidak tau," ucap Azora.

"Mungkin dia bersama adikku."

"Di mana adikmu?"

"A-aku tidak tau," lirih Azora. Azora melirik Kania, ia bersyukur gadisnya tidak apa-apa.

"Jangan menatap anakku seperti itu!" tegur Toni. Azora tersenyum miring. Disaat seperti ini malah terlihat santai.

"Jika saja aku tidak mencintai anakmu, sudah pasti kau tidak pernah bertemu dengaannya lagi," ucap Azora. Yang dikatakannya memang benar. Jika Azora tidak menolong Kania, Kania pasti sudah habis di tangan ayahnya.

"Cih, lancang sekali kau!" geram Toni. Ia hendak melayangkan tampran pada Azora, tapi istrinya mencegatnya.

"Tidak baik menampar orang yang lagi sakit, " gumam Ranti. Toni langsung keluar dari ruangan, ia tidak sudi melihat anak itu. Ingin sekali ia menghabisi nyawanya.

________

"Mama, Papa?" Tiba-tiba seorang anak kecil yang berusi empat tahun masuk ke ruang rawat Adelia. Anak kecil itu tengah mencari ibu dan ayahnya.

"Hei, siapa kau?" gertak Gara yang membuat anak kecil itu ingin menangis. Dia anak lelaki yang manis dan imut. Adelia langsung menegur Gara karena sudah membuat anak itu takut.

Gara menggendong anak itu dan membawanya duduk di atas ranjang bersama Adelia.

"Hai, kamu cari siapa?" tanya Adelia. Anak itu langsung memeluk Adelia.

"Heh, jangan memeluk gadisku," ucap Gara. Adelia pun menatap tajam pada Gara.

"Apa kau tidak suka anak-anak?"

"Aku sangat suka, terutama dengan darah dan dagingnya yang manis," lirih Gara. Adelia sedikit menggeser tubuhnya untuk menjauh dari Gara.

"Aku hanya bercanda," ucap Gara.

"Tante, tolong bantu Raka untuk mencari Mama dan Papa," ucapnya. Anak kecil yang bernama Raka itu memohon pada Adelia.

"Anak ini sepertinya tersesat. Gara, tolong kamu cari kedua orang tuanya," suruh Adelia. Wajah Gara seketika berubah menjadi masam. Ia tidak suka disuruh-suruh. Ingat itu!

"Enggak!" tolak Gara.

"Ayolah Gara. Mau, ya?"

"Enggak!" tegas Gara.

Perlahan Adelia turun dari ranjang.

"Mau ke mana? Kamu itu masih belum sembuh." Gara mulai geram.

"Aku ingin mencari orang tua anak ini," lirih Adelia. Selangkah kemudian Adelia mulai oleng, kakinya masih sakit dan belum bisa dijalankan. Gara langsung menangkap Adelia yang hampir terjatuh. Gara mengangkat tubuh Adelia dan mendudukaknnya di tepi ranjang.

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang