Part16

134 17 0
                                    

“Akh ...,” jerit Adelia.

“Sakit ya? Apa kau ingin yang lebih parah lagi?!”

“E-enggak!” Adelia menggelengkan kepalanya. Gara tersenyum misterius,  lalu ia memajukan wajahnya.

“Gara mau apa?” Adelia lantas takut ketika melihat Gara yang menyeringai.

“Aku mau menambah lukamu,” bisik Gara di telinganya. Adelia pun berusaha mendorong tubuh kekar Gara agar menjauh dari hadapannya.

“Ayolah! Jangan mendorongku begitu karena aku tidak ingin jauh darimu!” ucap Gara. Sedetik kemudian ia mencium pipi kanan Adelia sekilas.

Adelia sontak terkejut. Ia berpikir Gara akan melukainya tapi ternyata Gara malah menciumnya dan jantung sialnya di dalam sana berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Lelaki yang ada di depannya sangat sulit untuk ditebak, sikapnya seperti bonglon yang mudah berubah-ubah. Kadang ganas seperti singa, kadang juga seperti kucing nan menggemaskan.

Adelia tidak tau apa yang tengah terjadi ada dirinya. Apa dia sudah jatuh cinta pada Gara?

'Andai lelaki yang ada di depanku ini normal, pasti aku akan .... ahh, sudahlah!' gumam Adelia dalam hatinya.

“Kau gadis manisku!” Tiga kata yang keluar dari mulut Gara mampu membuat wajahnya memanas dan memerah. Adelia menundukkan wajahnya, ia tidak mau Gara mengetahui wajahnya yang sudah semerah tomat.

“Tidak usah malu,” titah Gara. Gara menjauhkan wajahnya dari hadapan Adelia. 
Ia kembali menjalankan mobilnya, membelah jalanan yang sepi.

Malam semakin larut dan gelap, di jalan hanya ada penerangan dari mobil Gara.

“Kita mau ke mana?” tanya Adelia.

“Ke rumah Nenek dan Kakek,” jawab Gara. 

Keluarganya saja sudah tidak normal, lalu bagiamana nenek dan kakenya? Adelia sangat penasaran.

Beberapa menit kemudian mereka sampai. Gara memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah itu ia turun dari mobilnya, begitu juga dengan Adelia.

Adelia tidak habis pikir, ternyata rumah neneknya sama saja dengan rumahnya yang tinggal menyendiri di tengah hutan. Sebuah rumah kayu yang tidak terlalu besar tapi cukup menyeramkan. Itulah pandangan Adelia.

“Nenek!” panggil Gara sambil mengetuk pintu rumah neneknya. Tidak lama sang pemilik rumah membukakan pintunya.

“Gara?” lirih wanita tua, tidak lain adalah neneknya. Lalu neneknya menyuruh mereka berdua untuk masuk.

“Kakek mana?” tanya Gara yang tidak melihat keberadaan kakeknya.

“Kakekmu sudah tidur,” ucapnya.

Adelia dan Gara duduk di sopa ruang tamu.

“Dia siapa?” tanyanya pada cucunya.

“Dia gadisku, Nek!” jawab Gara. Adelia pun mengenalkan dirinya.

“Kalau begitu Nenek mau bikin minuman dulu. Kalian pasti haus, kan?” Gara hanya mengangguk.

Nenek Gara pergi ke dapur, ia amat senang karena cucunya mengunjunginya. Lalu ia kembali lagi dengan membawa nampan yang berisi dua gelas yang beiri darah dan sepiring cemilan bola mata yang sudah digorenganya sejak tadi.

'Cepat amat?' gerutu Adelia dalam hatinya.

Wanitu tua itu meletakkan nampan itu ke meja.

“Silahkan diminum dulu,” ucapnya.

Adelia lantas kaget dan ia ingin muntah ketika melihat makanan dan minuman yang ada di depannya. Sepiring bola mata yang sudah digoreng dan segelas darah? Adelia masih hanya manusia normal.

Gara meminum darah itu dengan nikmat, lalu ia juga mengambil bola mata yang sudah digoreng dan melahapnya. Adelia melihatnya dengan ngeri dan horor.

“Kamu gak minum?” tanya nenek Gara pada Adelia.

“Adelia gak haus, Nek!” lirih Adelia yang membuat Gara terkekeh. Gadisnya ini benar-benar ahli dalam membuat alasan.

“Sebenarnya Gara ke sini mau nginap di rumah Nenek. Boleh, kan?”

“Tentu saja boleh!”

“Hmm, Nek ada obat gak?” tanya Gara pada neneknya. Ia ingin mengobati luka Adelia.

“Buka saja laci yang ada di sana,” suruhnya sambil menunjuk sebuah laci yang ada di pojokan.

“Iya! Sebaiknya Nenek tidur saja, ini juga udah larut,” titah Gara. Neneknya pun mengangguk dan ia langsung beranjak pergi ke kamarnya.

Gara membuka laci itu dan ia mengambil obat dan kain kasa. Lalu Gara kembali duduk di sebelah Adelia.

“Mendekatlah!” suruh Gara.

“Aku bisa obati sendiri,” ucap Adelia. Wajah Gara langsung merubah menjadi suram dan Adelia menjadi takut. Adelia terpaksa mendekat padanya.

Gara mulai mengoles leher Adelia dengan obat, setelah itu ia melilitnya dengan kain kasa.

“Bukalah sedikit bajumu. Aku ingin mengobati luka yang ada di perutmu,” ucap Gara. Adelia membuka sedikit bajunya, ia tidak bisa menolak karena Gara bisa-bisa berubah menjadi singa.

Gara dapat melihat satu goresan yang tidak terlalu dalam di perut Adelia.

“Akh ...,” jerit Adelia saat Gara menekan lukanya. Darah kentalnya kembali keluar dan membuat Gara ingin menghisapnya lantaran rasa darah dari gadisnya beda dari yang lain. Sangat enak dan manis!

Adelia langsung bangkit dari duduknya, ia sudah tau gerak-gerik Gara.

“S-sebenarnya kau itu mau mengobati lukaku atau mau minum darahku?” tanya Adelia.

“Dua-duanya,” ucap Gara sambil menarik tubuh Adelia dan mendudukkannya di pahanya.

“J-jangan!” mohon Adelia. Ia kembali ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat, Gara dapat merasakannya.

“Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu,” ucap Gara. Gara membersihkan darahnya terlebih dahulu dengan tisu, setelah itu ia mengolesnya dengan obat luka lalu ia meniup-niupnya agar rasa perihnya hilang.

Di tempat lain ....

“Wah, aku tidak menyangka kau akan terbaring lemah begini,” ucap Alex pada anaknya. Di dalam ruangan hanya ada mereka berdua. Entah bagaimana ayahnya sampai tahu kalau dia dirawat di rumah sakit.

“Ayah harus membunuhnya,” lirih Alex.

“Kalau kau membunuhnya maka aku akan membongkar identitas kita sebagai pemakan daging manusia kepada orang-orang!” ancam Gara.

“Setelah menghabisinya maka aku akan menghabisimu juga, supaya kau tidak dapat membongkarnya.” Alex mengikat tangan dan kaki Azora dan ia juga menutup mulut Azora dengan kain.

Alex melangkah keluar dari ruang rawat Azora. Alex juga sudah mengetahui kalau kamar Azora bersebelahan dengan kamar rawat gadis itu.

'Aku benci Ayah ....'

_______

“Bagimana, Pak? Apa anak saya sudah ditemukan?!”

“Maaf, sampai saat ini kami belum berhasil menemukannya!”

“Anda sebenarnya bisa kerja gak, sih? Dia adalah anak kesayanganku dan satu-satunya!”

#kalau suka jangan lupa vote :)

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang