Part4

209 20 0
                                    

“Lah, terus mereka ke mana?”

“Dari tadi Kania udah telepon mereka tapi gak ada yang angkat,” ucap Kania.

“Coba kita cek ke rumah Adelia dan Amel, siapa tau mereka ada di sana,” ajak Yanti, ibunya Dinda.

“Kebetukan aku bawa motor, Tante bisa bareng aku aja,” ucap Kania.

“Baik!” sahut Yanti. Lalu ia mengunci rumahnya terlebih dahulu.

Mereka berdua langsung pergi menuju rumah Amel.

Beberapa menit kemudian mereka sampai ke pekarangan rumahnya. Yanti turun dari motor Kania ia langsung memanggil pemilik rumah.

“Windi!” panggil Yanti sambil mengetuk-ngetuk pintu rumahnya.

“Iya sebentar!” sahutnya. Pemilik rumah tersebut membukakan pintu.

“Ehh, Yanti ada apa?” tanya Windi, ibunya Amel. Selain Amel dan Dinda beteman, ibu mereka juga berteman akrab.

“Amelnya ada?”

“Amel? Dia sudah pergi dari tadi,” jawab Windi.

“Amel pergi ke mana tante?” tanya Kania.

“Ehh, kamu bukannya Kania temannya Amel? Tadi Amel bilang dia mau pergi ke bandara jemput kamu,” jelas Windi.

“Begini, Wind. Kania cerita ke aku kalau mereka gak jemput dia di bandara, telepon juga gak diangkat-angkat,” ucap Yanti

“Kalau begitu aku yang coba telepon Amel.” Windi masuk ke rumahnya, ia mengambil benda pipih yang ada di meja. Ia mencoba mengubungi anaknya.

“Bagaimana?”

“Enggak diangkat juga! Aduh itu anak ke mana? Semoga aja tidak terjadi hal buruk,” ucap Windi.

“Kita tunggu sampai malam kalau mereka belum balik juga baru kita laporkan pada polisi,” ucap Yanti. Setelah itu Kania mengantar ibunya Dinda pulang ke rumahnya.

Windi dan Yanti mencoba setenang mungkin. Berharap hal buruk tidak menimpa pada anaknya.

______

Setelah membunuh Dinda, mereka mebawanya ke rumah. Gara yang mengangkat tubuh Dinda dan ayahnya membawa kakinya yang sudah terpisah.

Sampai di rumah, Alex dan Gisel membawa tubuh mangsanya ke ruang bawah tanah. Mereka akan memutilasi tubuhnya dan menjadikannya koleksi yang ke 100. Genap!

Gara pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya yang berlumuran darah. Soal memutilasi ia tidak ingin ikutan.

Ceklek!

Ia membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Lalu Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis yang ia cambuk tidak ada di kamarnya.

“Ke mana dia?” geram Gara tangannya mengepal sangat kuat. Salah sendiri kenapa  tadi tidak mengunci pintu kamar? Bodoh!

Gara ke luar dari kamar dan ia melangkah menuju gudang akan tetapi langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara perempuan di kamar kakaknya.

Azora Erlangga adalah kakaknya. Kakanya jarang keluar kamar, ia hanya keluar di jam makan dan selalu mengurung dirinya di kegelapan. Gara juga tidak terlalu akrab dengannya.

“Aku mohon lepaskan aku hiks ... aku mau pulang!” Suara di dalam sana. Gara sudah berada di depan pintu kamar kakaknya. Ia sangat marah lantaran suara perempuan itu adalah suara gadisnya. Gadisnya??

“Beraninya dia mengambil milikku,” geram Gara.

Brak!

Gara membuka pintu kamarnya dengan kasar. Pintu itu terbuka lebar.

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang