Part8

154 16 0
                                    

“Adelia kamu di mana?” Kania tidak bisa melihat apa-apa karena tempat tersebut terlalu gelap.

“Beraninya kau mengganggu tidurku!” geramnya yang tidak lain adalah Azora.

“S-siapa k-kau?” tanya Kania gugup.

“Seharusnya aku yang bertanya itu padamu. Kenapa kau masuk ke kamarku? Apa kau mau mati!” Azora paling tidak suka kalau tidurnya diganggu. Azora bangkit dari kasurnya, ia mendekat pada gadis yang telah menggangunya.

“Tolong lepaskan temanku hiks ...,” mohon Adelia, ia mengira kalau orang yang di depannya ini adalah lelaki yang membawa Adelia. Kania tidak bisa melihat wajah lelaki tersebut dengan jelas lantaran gelap.

“Kau memohon pada orang yang salah! Aku tidak tahu apa-apa tentang temanmu jadi pergilah selagi aku berbaik hati,” ucap Azora. Azora membantu Kania yang kesusahan untuk berdiri.

Kania baru sadar bahwa orang yang di depannya ini bukan lelaki tadi karena suara mereka berbeda.

“B-bisa tidak kau lepaskan borgol ini?”

“Kalau kau mau lepas dari borgol itu kau tinggal potong saja tanganmu dan kakimu,” ucap Azora enteng. Usulan yang bagus!

“Tidak usah,” ucap Kania. Kania langsung berbalik.

“Aku harus cepat-cepat pergi dari sini sebelum dia berubah pikiran,” gumam Kania dalam hatinya.

Namun ketika ia hendak pergi, Azora menarik baju belakangnya dengan kuat  hingga ia berhasil terjatuh ke belakang, tapi Azora menangkanya.

“Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja, hah? Tidak!” ucap Azora menyeringai.

Azora menggendong gadis itu, ia menutup kembali pintu kamarnya yang terbuka. Lalu mendudukkan gadis itu di atas kasurnya.

“K-kau mau apa?” Kania sangat ketakutan. Azora tidak menjawab pertanyaan dari Kania, tangannya meraih korek dan lilin yang ada di atas nakas, lalu ia menyalakan lilin itu.

“Siapa namamu?” tanya Azora. Di dalam kamar hanya ada cahaya redup dari lilin di tangannya. Kania dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas di depannya.

“K-kania,” jawabnya sambil menunduk takut.

“Hmm, nama yang bagus! Aku Azora Erlangga. Pasti adikku, kan yang membawamu ke sini?”

'Ohh, ternyata dia ini kakanya?' Kania membatin. Kania merasa bahwa setelah ini hidupnya akan habis di tangan lelaki yang ada di hadapannya.

“Adikku itu ternyata suka sekali ya membawa wanita cantik ke sini,” gumam Azora. Kenapa mangsa Gara selalu wanita? Karena menerutnya daging dan darah wanita lebih segar dan manis dibandingkan pria.

“Tadi aku sempat mendengar kau memanggil nama Adelia, apa dia temanmu?” Kania mengangguk.

“A-ku mohon hiks ... lepaskan kami!” Kania terisak, air mata mengalir sangat derah di wajahnya, memohon agar lelaki di depannya ini berbaik hati. Berbaik hati?

Azora menggelengkan kepalanya.

“Mine!”

Semalam Azora gagal mendapatkan Adelia tapi temannya boleh juga! Ditambah Kania sama cantiknya dengan Adelia.

________

'Hening'

kata itulah yang mewakili pada Adelia dan Gara. Tidak ada satu kata pun yang terkeluar dari mulut Gara apalagi Adelia.

Adelia masih duduk di atas meja sambil menundukkan wajahnya ke bawah. Ia tidak berani menatap ke depan, karena di depannya ada Gara yang dari tadi menatapnya sangat dalam tanpa henti.

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang