part19

184 22 3
                                    

Sweet
.
.
.

Selamat membaca!

__________


“Tenanglah aku akan menjagamu,” ucap Gara. Satu hal yang harus kalian ketahui. Saat ini Gara tidak memakai baju. Tadinya ia langsung pergi menyusul Adelia ke hutan dan melupakan keadaannya yang hanya memakai celana pendek selutut.

“Hiks ... hiks ....” Adelia semakin menangis, ia kembali mengeratkan pelukannya pada Gara.

“ADELIA!” Suara teriakan dari ibu Gara semakin dekat. 

“Kita harus pergi,” gumam Gara sambil mengusap wajah cantik Adelia yang basah oleh air mata. Adelia mengangguk, ia melepaskan pelukannya pada Gara.

“Aku takut,” cicit Adelia.

“Kau tidak perlu takut!” lirih Gara.

Kemudian Gara menyuruh Adelia untuk naik ke punggungnya. Ia sudah melihat lutut Adelia yang berdarah karena terjatuh dan entah mengapa hatinya merasa sakit jika gadisnya terluka atau menangis. Adelia langsung naik ke punggungnya, ia mengalungkan tangannya ke leher Gara.

Gara menggendong Adelia dari belakang, ia membawanya kabur sejauh mungkin dari orang tuanya.

“Kamu gak cape?” tanya Adelia. Adelia dapat melihat tubuh Gara yang sudah banjir dengan keringat.

“Turunkan aku!” titah Adelia. Ia tidak tega melihat Gara yang kelelahan menggendongnya.

“Kau diam saja,” ucap Gara.

“Aku bisa jalan sendiri,” ucap Adelia.

“Udah kamu diam saja!” gertak Gara. Adelia langsung terdiam. Gara pun berlari entah menuju ke mana ia juga tidak tau, di sekelilingnya hanya ada pepohonan yang sangat rindang.

Setelah meresa cukup jauh, Gara berhenti sejenak. Nafasnya turun naik.

“Gara aku takut,” cicit Adelia.

“Memangnya apa yang kau takutkan?” tanya Gara.

“Di sini sangat seram. Kalau ada harimau atau serigala bagaimana?”

“Lebih seram mana sama keluargaku?” Tentu lebih seram Gara dari pada hewan buas itu.

“Lebih seram kamu,” ucap Adelia. Bahkan jika serigala bertemu Gara, serigala itu pasti akan lari.

Gara menurunkan Adelia dari punggungnya.“Kita harus bersembunyi dulu. Setelah itu kita kembali lagi dan aku akan membawamu pergi dari sini tanpa sepengatahuan mereka!”

Adelia dan Gara duduk di bawah pohon, mereka berdua bersandar di batang pohonnya. Jujur saja Gara tengah kehausan karena berlari.

“Kamu haus?” tanya Adelia.

“Iya, aku ingin meminum darahmu!” ucap Gara.

“Minum saja darahmu sendiri,” ucap Adelia.

Gara terkekeh, lalu ia benar-benar menuruti apa yang dikatakan Adelia. Ia menggigit tangannya sendiri dengan sangat kuat sampai tangannya mengeluarkan darah. Gara menyesap dan meneguk darahnya sendiri. Adelia sontak menatapnya dengan tatapan horor dan jijik.

Adelia langsung menggeser tubuhnya, menjauh dari Gara. Manusia yang satu ini bukan main-main, padahal tadi Adelia hanya bercanda.

“Akhirnya hausku hilang,” gumam Gara, ia merasa lega.

“Kau mau?” tawar Gara. Adelia menggelengkan kepalanya.

“Darahku ini sangat nikmat. Jika kau meminumnya kau pasti akan ketagihan,” ucap Gara.

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang