Part7

157 16 0
                                    

“Nanti akan ku bungkus kepalanya dan menghadiahkannya pada Adelia,” gumamnya. Kemudian ia tertawa.

Satu jam kemudian Gara sampai ke rumahnya. Ia langsung memarkirkan mobilnya, lalu keluar.

“Bagaimana?” tanya Alex, ia menyambut kepulangan anaknya.

“Dapat,” ucap Gara. Gara mengeluarkan gadis itu dari mobil dan menggendongnya masuk ke dalam rumah. 

Seperti biasa, mangsanya ia kurung di gudang tidak lupa memborgol tangan dan kakinya agar tidak ke mana-mana.

“Sebentar lagi kau akan jadi santapanku,” gumam Gara. Gara keluar dari gudang dan mengunci pintunya. Ia pergi ke kamarnya untuk melihat keadaan gadisnya.

Ceklek!

Gara membuka pintu kamarnya pelan dan ia dapati gadisnya tengah duduk di tepi kasur sambil melamun.

“Apa kau bosan?” tanya Gara membuyarkan lamunan Adelia. Adelia sontak kaget, melihat Gara yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapannya.

“I-iya,” jawab Adelia.

kini Adelia memakai baju kaos putih lengan pendek dan rok berwarna hitam selutut. Ibu Gara yang memberikan baju dan rok itu pada dirinya. Karena pakaian lamanya sudah sobek-sobek dan penuh darah.

“Kau butuh teman, kan? Mari ikut aku!” Gara menggangkat  tubuh Adelia, layaknya karung beras. Ia membawanya keluar dari kamar.

“Kita mau ke mana?”

“Ke gudang,” jawab Gara.

Setelah sampai di depan pintu gudang, Gara  langsung membuka pintu itu.

“Kau mau apa?” tanya Adelia ketika Gara membawanya masuk ke dalam. Gara tidak menjawab ia langsung menurunkan Adelia.

“K-Kania?” Adelia menatap ke gadis yang tengah tersandar di dinding dan masih belum sadarkan diri.

“Apa kau mengenalnya?” Adelia mengganguk.

“Kamu bosan, kan? Bertemanlah dulu dengannya selagi dia masih ada,” ucap Gara sambil tekekeh.

Adeli langsung memohon agar Gara melepaskan temannya, ia tidak mau lagi ada yang jadi korban.

“Aku mohon lepaskan dia hiks ....” mohonnya sambil terisak. Gara langsung memeluk Adelia.

“Jangan menangis, percuma saja. Aku tidak akan melepaskannya,” bisik Gara di telinganya.

Tiba-tiba Gara mendorongnya hingga ia tersungkur ke lantai. Lalu Gara melangkah keluar, meninggalkannya yang tengah terisak. Tidak lupa Gara mengunci pintu gudangnya.

Adelia melangkah ke arah Kania. Kakinya yang luka sudah bisa di gerakkan walau masih terasa perih.

“K-Kania bangun!” Adelia menepuk-nepuk wajah Kania agar segera sadar.

“Ehg ... i-ini di mana?” Kania akhirnya sadar dan ia kebingungan.

“Hiks ... kita terjebak!”

“Adelia? Kamu kenapa ada di sini, apa yang sudah terjadi dan yang lain mana?” Kania bertanya-tanya. Adelia pun mulai menceritakan apa yang sudah terjadi.

“M-mereka kanibal?” Kania terlihat kaget dan ketakutan.

“Iya, mereka memakan daging manusia. Amel dan Dinda sudah menjadi korbannya hanya aku yang tersisa hiks ... aku ketakutan,” ucap Adelia.

Kania langsung memeluk Adelia, memberi ketenangan padanya. 

Setelah Adelia mulai tenang, Kania melepaskan pelukannya.

“T-tangan kamu kenapa?” Kania menatap kedua tangan Adelia yang terlilit kain kasa.

“Ini tidak apa-apa, kok!” jawab Adelia.

“Kamu tau? Ibumu sangat khawatir dia jatuh sakit semenjak kehilanganmu,” ucap Kania.

“Sekarang ibumu juga pasti khawatir. Kita terjebak di sini dan menanti ajal!” Adelia tertawa masam, ia pun ikut tersandar di dinding bersama Kania.

“Eh, tunggu kamu bawa hendpone, kan?” tanya Adelia.

“Coba kamu periksa di saku celanaku,” titahnya. Adelia memeriksanya namun hasilnya tidak ada. Ayolah! Gara tidak mungkin bodoh, ia sudah terlebih dahulu mengambil hendpone nya dan menghancurkannya.

Semenit kemudin Gara datang lagi ke gudang. Untuk melihat keadaan mereka.

“Wah, ternyata kau sudah sadar! Sekarang saatnya menyembelihmu.” Gara mencengkram rambut Kania. 

“Akh ...,” jerit Kania kesakitan.

“Aku mohon lepaskan dia hiks ....” Adelia mencoba menolong temannya. Ia memukul-mukul tangan Gara agar berhenti mencengkram rambut Kania.

“Heh, baiklah aku akan melepaskan temanmu tapi kau yang jadi penggantinya!” Gara menggangkat Adelia seperti karung beras. Adelia memborontak minta di turunkan, ia memukul-mukul punggung Gara. Tapi pukulan yang Adelia berikan tidak ada rasa baginya.

“Tolong lepaskan Adelia, ibunya di rumah sedang sakit,” mohon Kania sambil terisak.

'Oh, jadi nama gadis ini ternyata Adelia,' gumam Gara dalam hati. Gadis yang ia sukai ternyata bernama Adelia dan ia baru tahu lantaran dirinya tidak pernah menanyakan soal nama.

“Itu bukan urusanku!” lirih Gara. Lalu ia beranjak pergi keluar dari gudang dan membawa Adelia ke ruang pribadinya. Entah kenapa rasanya ia ingin menghukum gadisnya saat ini.

Sampai di ruang pribadinya, Gara mendudukkan Adelia di atas meja.

“Kau mau belati kecil atau silet?” tanya Gara. Gara menyuruh Adelia memilih salah satu. 

“Hiks ... hiks!” Bukannya menjawab, Adelia malah menangis dan itu membuat Gara geram.

“Jawab!” bentak Gara.

“A-aku tidak ingin keduanya hiks ...,” jawab Adelia.

“Berhentilah menangis atau aku akan memenggal kepalamu!” ancam Gara sambil menghapus air mata yang mengalir di wajah Adelia, secara kasar.

“Pilih antara satu,” titahnya.

“Hiks ... a-aku tidak ingin--” Adelia tidak dapat meneruskan ucapannya lagi karena Gara langsung mencium bibirnya.

“Jangan menangis lagi atau aku akan melakukan yang lebih dari ini!” ucap Gara setelah melepaskan ciumannya.

Kini mata mereka saling bertemu dan saling menatap. Mata coklat Adelia sangat indah di pandang dan jujur Gara menyukainya. Ingin sekali ia mencongkel mata itu dan menjadikannya gantungan kunci.

_______

Kania berusaha bangkit. Walaupun kaki dan tangannya di borgol, ia masih bisa melompat layaknya hantu pocong.

Kania mendorong pintu gudang itu dengan kepalanya dan akhirnya pintu itu berhasil terbuka lantaran pintu itu tidak dikunci. Mungkin lelaki itu lupa untuk menguncinya! Pikir Kania.

Kania tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia langsung melompat keluar dari gudang. Kania berniat untuk menyelamatkan Adelia dari lelaki itu terlebih dahulu.

Namun Kania bingung harus ke mana mencari Adelia, sebab rumah lelaki itu sangat luas.

Sedetik kemudian mata Kania menatap pada satu ruangan yang ada di ujung. Ia pun segera ke sana dengan melompat.

“Mungkin Adelia ada di dalam. Aku harus memeriksanya,” gumam Kania yang sudah berada di depan pintu, entah ruangan apa ia tidak tahu. Yang jelas ia sangat yakin kalau Adelia ada di dalam.

Kania mengunakan bahunya untuk mendorong pintu itu.

Brak!

Pintu berhasil terbuka dan Kania tejatuh ke lantai.

“Adelia kamu di mana?” Kania tidak bisa melihat apa-apa karena ruangan tersebut terlalu gelap.

“Beraninya kau mengganggu tidurku!” geramnya yang tidak lain adalah Azora.

Kalau suka jangan lupa vote ❤

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang