part2

235 22 0
                                    

"Egh ... kita ada di mana?" Adelia baru sadar dari pingsannya, matanya menatap ke sekelilingnya yang sengat gelap.

"Ini gelap hiks ...." Dinda yang berada di sebelah Adelia pun menangis, ia sangat takut pada kegelapan. Tangan dan kaki mereka tengah diborgol.

"Amel mana?" tanya Adelia yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Dinda.

"Hiks ... jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi pada Amel."

"Jangan ngomong yang aneh-aneh!" tegur Adelia. Mereka berdua berusaha untuk melepaskan diri.

Ceklek!

Pintu gudang terbuka dan menampakkan seorang laki-laki sedang tersenyum, ia melangkang mendekat sambil membawa sepiring daging yang sudah dimasak.

"Siapa kamu?" Adelia tidak begitu jelas melihat wajah lelaki yang ada di hadapanya lantaran ruangan tersebut sangat gelap.

"Aku Agara Elangga, panggil saja Gara," ucapnya, lalu ia meletakkan sepiring daging itu ke lantai.

"Kalian belum makan, kan? Cobalah daging ini, ia sangat enak," ucapnya.

"Di mana temanku?" tanya Dinda. 

"Temanmu? Ini sudah dimasak," jawabnya sambil mengambil sepotong daging yang ada di piring itu.

Adelia dan Dinda langsung terkejut, mereka berdua tidak habis pikir pada orang yang ada di hadapannya ini. Apakah benar dia manusia?

"K-kau y-yang benar saja." Dinda masih tidak percaya ia terus mengegelengkan kepalanya seoalah ini hanyalah mimpi dan tidak benar-benar terjadi.

Gara tiba-tiba tertawa."Aku lebih kejam dari psikopat. Aku dan keluargaku pemakan danging manusia, bisa dibilang kanibal dan kalian adalah makananku selanjutnya."

"Hiks ... aku mohon lepaskan kami," mohon Dinda.

"Kalau aku melepaskan kalian, aku dan keluargaku makan apa?"

"DASAR IBLIS BIADAB!" teriak Adelia.

"Beraninya kau," geram Gara lalu ia mengangkat tubuh Adelia seperti karung beras.

"Turunkan aku," ucap Adelia ia memborontak minta dilepas sambil memukul punggung lelaki tersebut dengan tangannya. Bagi Gara pukulan yang gadis itu berikan tidak ada rasa sedikitpun baginya.

"Tolong lepaskan temanku hiks ...." mohon Dinda. Gara tidak peduli dengan permohonan Dinda, dirinya benar-benar marah dengan Adelia.

Gara melangkah keluar dari gudang dan membawa Adelia kesuatu tempat. Sebelumnya ia sudah mengunci kembali gudang tersebut.

"Aku akan memberimu pelajaran," ucapnya.

"Lepaskan aku!"

Buhg!

Tubuh Adelia dihempas begitu saja ke lantai.
Gara membawa Adelia ke ruang pribadinya. Ruangan tersebut terdapat tiga lemari besar yang berisi bermacam-macam senjata.

"Akh ...," jerit Adelia, ia merasa tulang di tubunnya seolah remuk. 

"Kau mau yang mana?" tanya Gara. Adelia hanya diam, jujur saja dirinya sudah sangat ketakutan.

"Bagaimana dengan cambuk?" Gara membuka salah satu lemarinya, ia mengambil sebuah cambuk.

"Mari kita nikmati permainan ini," ucapnya sambil menyeringai lalu ia mulai mencambuk tubuh Adelia.

Plaks!

"Akh ... hentikan hiks ...." Adelia kesakitan tubuhnya penuh dengan luka.

"Hiks ... sakit!"

"Enak, kan?"

Tiba-tiba ibu Gara datang.

"Hentikan Gara! Kamu lupa? Di keluarga kita 
Tidak boleh ada yang namanya menyiksa mangsa, dagingnya akan terasa tidak enak ketika dimakan. Cepat kamu obati dia," suruhnya.

Gara meletakkan cambuknya kembali ke dalam lemari, lalu ia menggendong tubuh gadis itu dan membawanya ke kamar miliknya. Adelia sudah tidak berdaya lagi, ia pasrah dengan takdirnya.

Gara mendorong pintu kamarnya yang tidak dikunci dengan kaki kanan. Ia masuk ke dalam dan membaringkan Adelia di kasurnya.

"Apa kau tau? Menyiksamu itu ternyata sangat menyenangkan!" ucapnya sambil tekekeh.

_____

Di sisi lain Kania sudah pulang dengan naik taksi, ia meresa kesal pada ketiga temannya itu karena meresa dibohongi, ia sudah  menunggu sangat lama di bandara tapi mereka bertiga datang-datang.

"Sebenarnya mereka ke mana, sih? Apa aku samperin aja ya ke rumahnya!"

Kalau suka jangan lupa vote  ❤

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang