Part13

187 16 2
                                    

Kehancuran

_________

Adelia segera keluar dari kamarnya mumpung Gara sedang berada di dapur."Aku harus cepat pergi dari sini!"

Namun ketika ia hendak melangkahkan kakinya Gara sudah ada di depannya.

"Mau ke mana?" tanya Gara. Adelia panik, keringatnya bercucuran. Ia bingung harus menjawab apa pada Gara.

"Mau ... mau ...." Adelia kembali mencari alasan yang masuk akal, agar Gara tidak curiga. Kalau sampai Gara tahu jika ia mau kabur, Gara pasti akan kembali marah dan menyiksanya lagi.

"Mau apa?" tanya Gara sambil mengangkat kedua alisnya. Dilihat dari wajahnya saja Gara tau kalau gadisnya ini hanya beralasan.

"Ehh, tadinya aku mau susul kamu ke dapur."

"Ooh, ini minum!" ucap Gara sambil menyodorkan segelah air ke hadapan Adelia.

Adelia pikir Gara percaya dengan alasannya, ia akhirnya dapat bernafas dengan lega.

Adelia hendak mengambil segelas air putih itu namun ....

Prang!

Gara menjatuhkannya ke lantai, hingga gelas itu pecah. Adelia sontak kaget melihat apa yang sudah dilakukan Gara, wajah Gara tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan. Adelia pun melangkah mundur menjauh dari Gara lantaran takut.

"Tadi kau mau kabur, kan?" Gara tersenyum miring.

"E-enggak," jawab Adelia cepat sambil menggelengkan kepalanya berulang-ulang.

"Hmm, benarkah?" Gara mendekatinya lalu ia langsung mencengkeram tangan Adelia dan membawanya kembali masuk ke dalam kamar.

"Kau sudah berani kabur. Aku akan menghukummu," geram Gara.

"Aku mohon jangan siksa aku. Aku janji gak bakalan kabur lagi," mohon Adelia. Gara sedikit mempertimbangkan perkataan Adelia.

"Hmm, baiklah. Kau harus janji gak akan kabur dan kau harus janji untuk mencintaiku juga, seperti aku mencintaimu," ucap Gara. Yang terakhir Adelia tidak bisa. Ia sangat membenci Gara, ia tidak sudi untuk mencintainya.

"Yang terakhir aku tidak bisa," ucap Adelia jujur. Gara langsung mengeram marah, ia mendorong Adelia hingga Adelia terjatuh ke kasur, lalu Gara dengan cepat menindih tubuhnya dan mengunci pergerakannya.

"Kenapa? Apa karena aku telah menghabisi temanmu? Apa karena aku terlalu kasar, kejam, tidak berperasaan dan selalu menyiksamu, melukaimu, membuatmu menangis dan kelaparan?" Mata elang Gara menatap tajam pada Adelia. Adelia mengangguk sambil terisak.

"Jika aku berasal dari keluarga baik. Apa kau mau mencintaiku?" Adelia membalasnya dengan gelengan kepala.

Dia tidak akan pernah bisa mencintai pemuda yang bernama Gara siapapun itu. Titik!

Gara berhenti menindihnya, ia berbaring di sebelah gadisnya, tangan kekarnya ia gunakan untuk memelukanya.

"Maaf," lirih Gara lembut. Ini baru pertama kalinya dalam hidupnya mengucapkan kalimat 'maaf' ia juga tidak tau mengapa kata itu yang keluar dari mulutnya.

'Deg'

Ada perasaan aneh dalam hati Adelia ketika mendengarnya. Singa itu meminta maaf padanya?

"Kau harus memafkanku," gumamnya. Adelia merinding saat hembusan nafas Gara menusuk kulitnya. Jarak mereka sangatlah dekat.

"Kenapa?"

"Karena jika kau tidak menerima maaf dariku maka aku akan memotong lidahmu," jawab Gara entang. Adelia merinding mendengarnya.

"Iya, aku maafkan," ucap Adelia berbohong. Ia tidak akan memaafkan Gara semudah itu setelah apa yang Gara lakukan pada temannya dan dirinya.

"Mine," gumam Gara pelan.

"Kau bilang apa tadi?" Adelia tidak terlalu jelas mendengarnya.

"Aku bilang ... kau itu jelek," bisik Gara di telinganya.

'Tok, tok, tok'

Suara ketukan di luar kamarnya. Gara bangkit dari kasurnya lalu ia segera membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Yah?" tanya Gara. Ternyata ayahnya yang mengetuk pintunya.

"Kau harus segera memusnahkan gadismu. Sebelum dia yang memusnahkan keluarga kita! Kamu lihat, kan gara-gara gadis itu dan temannya yang kau bawa ke sini, keluarga kita jadi berantakan!" ucap ayahnya.

"Mungkin ramalan di buku leluhur kita benar. Bahwa akan ada seorang gadis yang akan menghancurkan keluarga kita. Maka dari itu kau harus menghabisinya atau aku yang akan menghabisinya," lanjutnya lagi.

"Buku leluhur itu hanya kebohongan belaka," ucap Gara.

"Jaga omongan kamu!" bentak ayahnya.

Gisel baru saja bangun dari pingsannya dan di luar ia mendengar suara keributan lagi. Ia pun segera bangkit dan keluar dari kamar.

"H-hentikan!" ucap Gisel yang melihat anak dan ayah tengah berdebat. Gisel melangkah mendekati mereka, ia berniat untuk melerainya.

"Gara, sejak kapan kamu berani melawan sama orang tua?" geram Gisel. Gara menundukkan wajahnya, ia tidak berani menatap ibunya ketika marah.

"Ayah yang cari masalah duluan, Bun!" adu Gara.

"Aku hanya menyuruhmu untuk mengahabisi gadismu. Apa susahnya, sih?" Alex langsung masuk ke kamar Gara tapi ia tidak menemukan keberadaan gadis itu.

Adelia sudah bersembunyi di dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Ia benar-benar takut sekarang.

"Kau sembunyikam di mana dia?" tanya Alex pada anaknya. Gara hanya mengangkat kedua bahunya menandakan ia tidak tahu.

"Mas, kamu kenapa sih? Biarkan saja anak kita jatuh cinta, mereka itu sudah dewasa dan mereka berhak memilih pasangan hidupnya masing-masing. Mereka adalah anakku dan aku yang melahirkannya jadi kamu gak berhak mengatur mereka!" Gisel sudah muak dengan kelakuan suaminya.

"Mereka juga anak aku maka aku juga berhak mengatur hidup mereka!" sahut Alex tidak mau kalah.

"Aku sudah dewasa dan aku bisa mengatur hidupku sendiri. Sebaiknya kalian berdua pergi sebelum amarahku memuncak," ucap Gara.

"Aku beri kau waktu lima hari. Jika kau belum menghabisinya maka aku akan menghabisimu," ancam Alex. Lalu ia langsung pergi.

"Tidak apa- apa, Nak. Ayahmu mungkin mengidap penyakit gila," ucap Gisel sambil menenangkan anaknya.

"Tapi jika yang dikatakan ramalan itu benar, aku harus bagimana?" Gara bingung. Disatu sisi ia sangat mencintai gadis itu dan di sisi lainnya keluarganya akan hancur.

"Habisi saja dia," lirih Gisel. Gisel pun juga pergi keluar dari kamar Gara.

Adelia mendengarkan perdebatan mereka dari dalam kamar mandi, ia merasa sangat-sangat gila terjebak di keluarga iblis.
Ibu, ayah dan anak sama saja! Begitulah pemikiran Adelia.

Gara tau gadisnya sedang bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia pun mengetuk pintunya dan menyuruh gadisnya keluar.

Adelia keluar dari kamar mandi dan Gara langsung memeluknya.

"Jangan takut! Aku akan melindungimu karena aku mencintaimu," ucap Gara.

'Deg'

********

Azora dan Kania langsung dilarikan ke rumah sakit dengan mobil ambulans. Mengenai truk yang ia tabrak untungnya tidak apa-apa.

Beberapa menit kemudian ia tiba di rumah sakit, Azora langsung dimasukkan ke UGD, begitu juga Dengan Kania. Keadaan mereka berdua sangat parah.

#Bersambung!
Pendek
Typo .... 🤧

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang