Part 21

121 12 0
                                    

Para polisi menggeledah rumah Alex hingga mereka menemukan ruang bawah tanah. Mereka memeriksa ruangan itu dengan penerangan sinter HP lantaran tempat tersebut sangat gelap.

Bau busuk sangat menyengat di indra penciuman mereka. Dan yang paling mengejutkannya lagi adalah banyaknya korban gadis yang sudah busuk tergantung di atas.

Satu-persatu polisi menurunkan gadis-gadis malang itu dan Dinda adalah salah satunya. Mereka akan dibawa pulang untuk dimakamkan.

Polisi lainnya segera memberitahukan kepada orang-orang yang sudah lama kehilangan anaknya untuk datang ke tempat ini. Siapa tau korban-korban itu salah satu dari anak mereka.

Windi menangis melihat anaknya yang sudah berbau busuk."Bangun, Nak!" Windi menggoncang tubuh anaknya, sedetik kemudian ia jatuh pingsan. Suaminya langsung membopong tubuh Windi dan membawanya keluar dari ruang bawah tanah.

Sedangkan Yanti, ia masih mencari anaknya tapi ia tidak menemukannya.

"Di mana kamu, Nak?" Tubuh Yanti luruh ke lantai. Apa yang sudah terjadi di sini? Dan di mana Amel? Begitulah pertanyaan yang muncul di kepala Yanti.

"Aku akan membunuhnya!" geram Arya. Ia juga tidak menemukan keberadaan Adelia.

"Mereka ternyata tidak berdua," ucap Toni sambil melangkah menghampiri Arya.

"Apa maksudmu?"

"Mereka punya dua anak laki-laki," ucap Toni, ia memperlihatkan foto penjahat itu. Semacam foto keluarga. Di bawah foto itu tertulis nama kedua anaknya.

"Dari mana kau dapat ini?"

"Aku menemukannya di dalam kamar mereka," jelas Toni.

"Gara, Azora!" Arya mengepalkan kedua tangannya, kemudian memukulkannya ke dinding.

_________

Hari mulai sore, Adelia sudah selesai diobati. Bajunya sudah diganti dengan baju pasien pada umumnya. Yang mengganti pakainnya adalaj dirinya sendiri. Keadaannya sudah mulai membaik dan sekarang ia tengah tertidur di ranjang rumah sakit dengan pulas.

Gara duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah cantik gadisnya, sesekali ia mengelus pucuk kepalanya dengan lembut. Tadinya ia sudah membayar pengobatan Adelia.

Tidak lama seorang perawat wanita datang membawakan bubur untuk Adelia.

"Sini, Mbak!" titah Gara. Perawat itu langsung memberikan semangkok bubur dan segelas air putih ke pada Gara. Setelah itu ia pergi.

Gara meletakkan segelas air putih itu ke atas meja yang ada di samping ranjang. Lalu ia membangunkan Adelia.

"Bangun kelinci kecil," ucap Gara sambil menekan-nekan wajah Adelia dengan jarinya.

"Egh ...." Adelia membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Erlangga yang sangat dekat dengannya.

"Makan dulu," ucap Gara. Gara membantu Adelia untuk bangun.

"Aku gak mau makan bubur," tolak Adelia.

"Kenapa?" tanya Gara.

"Rasanya gak enak."

"Makan bubur ini atau aku yang akan memakanmu!" ancam Gara sambil menyodorkan sesendok bubur itu ke mulut Adelia. Adelia pun terpaksa mengangguk, ia menerima suapan dari Gara.

Tidak lama Adelia selesai menghabiskan bubur itu."Aku mau minum."

"Ambil sendiri," ucap Gara dengan wajah datarnya. Wajahnya yang tadinya seperti kucing manis sekarang malah berubah menjadi rubah. Entahlah! Adelia juga tidak tau dia kenapa. Sikap Gara memang aneh dan tidak bisa ditebak.

Adelia hendak meraih gelas itu tapi tiba-tiba Gara mengambil duluan.

"Nih, minum." Gara menyodorkan gelas itu ke mulut Adelia. Adelia pun meminum airnya sampai tuntas.

Gara meletakkan gelas itu kembali ke meja bersama mangkoknya.

"Kamu sudah makan?" tanya Adelia.

"Belum ... dan aku ingin memakanmu!" Gara tersenyum miring, ia memajukan wajahnya ke hadapan Adelia. Adelia langsung merasa takut.

"Ka-kamu mau apa?"

"Sudahku bilang, kan? Aku ingin memakanmu!" tutur Gara.

"Kamu ...." Perkataan Adelia terpotong lantaran jari telunjuk Gara sudah menempel di bibirnya. Gara semakin dekat dan Adelia dapat merasakan hembusan nafasnya yang menusuk kulit wajah.

Tanpa aba-aba Gara langsung mencium pipi kanan Adelia sekilas, kemudian ia menjauhkan wajahnya dari hadapan Adelia.

Adelia sontak kaget karena Gara menciumnya. Jantungnya berdetak tidak stabil dan wajahnya langsung memanas. Ia pikir Gara serius ingin memakannya tapi ternyata lelaki itu malah melakukan hal yang tidak terduga. sweet!

"Kenapa kamu mau menolongku segitunya?" tanya Adelia.

"Karena kau adalah milikku," jawab Gara. Ayolah! Bukan jawaban itu yang Adelia mau.

"Maksud kamu?" Adelia kembali bertanya.

"Ternyata kau masih belum paham, ya! Kau itu milikiku, artinya aku mencintaimu," jelas Gara.

Deg!

"Jika kau benar-benar mencintaiku, apa kau bisa berhenti memakan daging manusia, demi aku?"

"Kamu gak suka?" Ayolah Gara mana ada wanita yang suka dengan lelaki kasar, kejam dan tidak normal sepertimu!

"Aku mau kamu menjadi lelaki yang baik," ucap Adelia. Jujur ia takut jika Gara akan marah.

"Aku rasa aku tidak bisa," ucap Gara. Ia sudah ketagihan dengan nikmatnya memakan daging dan meninum darah mereka. Gara hendak beranjak pergi namun dengan cepat Adelia mencegatnya.

"Ada apa lagi?"

Greb!

Adelia memeluk tubuh kekar lelaki itu. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Gara sambil terisak.

"Hiks ... aku mau kamu berubah, Gara."
Gara membalas pelukan gadisnya.

"Jangan menangis. Aku akan turuti semua keinginanmu," bisik Gara di telinga Adelia.

"Benarkah?"

"Iya," ucap Gara.

_______

Toni pulang lebih dalu dengan mobilnya, Ia memang tidak ikut dengan mobil polisi.

Setelah keluar dari hutan, Toni manuju ke rumah sakit, ia ingin tahu bagaimana keadaan anaknya.

Beberapa menit kemudian ia tiba di rumah sakit. Toni memarkirkan mobilnya, kemudian ia turun dan langsung masuk ke dalam.

Toni masuk ke ruang rawatnya Kania.
Namun betapa kegetnya ia ketika melihat seorang pemuda seruang dengan Kania.

"Ehh, kamu sudah kembali. Bagaimana?" tanya Ranti.

"Penjahatnya sudah tertangkap!"

"Ayah sudah pulang?" Kania sudah bangun dari tidurnya.

"Siapa dia?"

"Dia yang menyelamatkan Kania," jawab Ranti.

Sedetik kemudian Toni ingat dengan wajah di foto itu. Wajah yang sama dengan lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang.

Plak ...!

"Ayah!" Kania kaget ketika ayahnya menampar wajah Azora.

"Kenapa kamu menamparnya, Mas?" Ranti juga ikut kaget apa yang sudah suaminya lakukan.

"Dia anak dari penjahat itu! Aku akan melaporkannya pada polisi."

"Ayah, dia masih belum sadar, tolong jangan laporkan ke polisi dulu," mohon Kania pada ayahnya.

"Hmm, baiklah. Saat dia sadar nanti maka aku akan memasukkannya ke penjara!"

Kalau suka jangan lupa Vote :)

Keluarga Erlangga[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang