20.cape

749 87 31
                                        

part ter gak jelas ever! *2

***

"Dev tapi aku malu,tadi banyak banget yang hate comment nya,ribuan. Mereka pasti bakal mikir aku murahan." Ucap Anneth dengan isakan nya yang bertambah keras.

"Neth,dengerin gw. Setiap orang punya cara nya sendiri untuk mengungkapkan perasaan. Ya mungkin cara lu dengan memeperjuangkan,bukan memendam. Dan itu gak bisa di sebut murahan." Ucap Deven.

Deven mengeratkan pelukan nya pada Anneth,tak peduli jika luka nya tertekan. Tapi Anneth malah melepas pelukan mereka lalu mengusap air mata nya.

"Aku mau pulang ya. Bentar lagi Iden sampe kan?" Ucap Anneth mengambil tas nya yang terletak di atas sofa.

Deven menatap nya heran.

"Jangan pulang, ini udah malem. Mami papi mu juga suruh kmu nginep di sini." Ucap Deven berusaha melarang nya.

"Gak Dev. Aku malu. Aku malu di tuduh yang engga-engga sama orang di luar sana. Aku takut nya ada orang jahil yang tau aku disini berdua sama kamu,trus dia masukin ke akun gosip, aku capek. Aku juga gamau kamu terlibat sama masalah aku. Permisi." Ucap Anneth melangkah keluar ruangan Deven.

"Neth!" Pekik Deven emosi. Siapa yang berani-berani nya menyebarkan fnoto Anneth beserta hoax-hoax itu? Menyebalkan.

"Sus! Suster!" Pekik Deven.

"Iya ada apa?" Sahut nya terburu-buru.

"Tolong bawakan saya kursi roda,cepet!" Ucap Deven. Suster dengan cepat keluar ruangan Deven untuk mengambil kursi roda. Saat ia kembali, Deven menaiki kursi roda secara perlahan.

Sebenarnya Deven bisa saja berjalan, hanya saja ia belum mempunyai cukup tenaga untuk itu. Deven mengejar Anneth menggunakan kursi roda nya tanpa bantuan suster itu.

Saat Deven menemukan Anneth, ia melihat Anneth sedang dalam pelukan Wiliam. Entah kenapa Wiliam bisa ada di sini. Dan Deven merasakan sesuatu yang berdenyut perih di dada nya.

Dengan perlahan Deven menghampiri mereka berdua membuat mereka melepas pelukan nya.

"Kok lu bisa di sini Wil?" Tanya Deven agak sinis.

"Gw gantiin Iden. Iden gak bisa kesini kata nya. Nih gw bawain makanan nya." Ucap Wiliam mengangkat sebuah kantong plastik.

"Aku pulang ya." Ucap Anneth hendak berjalan menjauhi mereka namun Deven mencekal pergelangan tangan nya.

"Jangan, ini udah malem,bahaya." Ucap Deven sangat lembut.

Anneth luluh! Bagaimana bisa Deven mengeluarkan nada itu saat kondisi seperti ini.

"Aku mau pulang Dev, aku capek, aku sakit hati di bilang murahan. Mulai skrng kita pura-pura gak kenal kaya di awal ya, lu juga ya Wil. Bilangin sama Iden juga." Ucap Anneth.

Deven mengeratkan cekalan nya pada lengan Anneth.

"Neth, ayo balik ke kamar gw. Gw masih lemes, tadi ortu lu nyuruh lu nemenin gw Neth." Ucap Deven.

"Ayo Neth." Ucap Wiliam menggandeng tangan Anneth sambil mendorong kursi roda Deven ke arah ruangan nya.

"Wil,gw mau pulang." Ucap Anneth.

"Ini udah malem Anneth, jangan keras kepala. Tunggu besok pagi aja, lo pasti pulang kok!!" Sentak Wiliam membuat Anneth menurut.

Saat tiba di ruangan Deven, Anneth langsung duduk di sofa memangku tas nya dengan wajah menatap lantai.

Saat Wiliam hendak membantu nya menaiki ranjang,Deven menolak nya. Deven berdiri perlahan lalu berjalan hati-hati sambil membawa infus nya ke arah Anneth.

"Huh!" Deven menghembuskan nafas panjang.

Deven menarik pundak Anneth untuk bersandar di lengan nya, namun Anneth buru-buru menegakkan tubuh nya.

"Apa sih?!" Ucap nya tak suka.

"Lho kenapa lu yang marah-marah? Harus nya gw yang marah-marah. Lu susah banget sih di bilangin." Ucap Deven mulai kesal.

"Yaudah marahin aja terus, aku emang selalu salah." Ucap Anneth menyandarkan kepala nya ke pegangan sofa.

Deven mengusap wajah nya kasar.

"Neth, udah ya, mending lu lupain dulu masalah orang yang nyebarin berita gak jelas itu. Lo harus fokus dulu jagain Deven, kasian dia baru sadar masa lo udah ngambek-ngambek gini. Dia aja sampe rela pergi nyusul lu tadi." Ucap Wiliam mengelus kepala Anneth yang terbaring di pegangan sofa.

Anneth mengangkat kepala nya dan bersandar di lengan Deven.

"Yaudah maaf." Ucap Anneth.

"Dah sana makan dlu, habis makan langsung tidur." Ucap Deven mengelus rambut Anneth. Anneth sudah tak menangis lagi, ia memilih melupakan nya sejenak.

Bukan nya makan,Anneth malah mengeluarkan ponsel nya dan membaca komentar-komentar di postingan itu lagi.

"Murahan,gatel,ganjen,-" ucap Anneth mulai terbiasa menyebutkan satu-satu kata yang paling banyak di sebut di komen.

"Ck, udah tau bikin sakit, masih aja di liatin." Potong Deven merebut ponsel Anneth.

"Makan trs tidur!" Tegas nya.

"Cepet Neth,ga ngantuk." Keluh Wiliam.

"Iya bawel!" Anneth melangkahkan kaki nya menuju kursi yang berada di samping ranjang Deven.

Deven pun di bantu Wiliam berjalan menaiki ranjang nya.

"Dev." Panggil Anneth.

"Apa sayang?" Sahut nya lembut.

"EH TUNGGU! KOK SAYANG SAYANGAN?! JANGAN-JANGAN KALIAN-"

Kehebohan Wiliam di potong oleh Anneth.

"Gak Wil, dia gak waras."

"Dih, lupa lo siapa yang ngejar-ngejar gw hah?!" Sewot Deven.

"Yaudah sih biasa aja!!" Jawab Anneth lebih sewot.

"Apaan manggil-manggil?"

"Mau ngomong sesuatu, tapi janji jangan marah." Ucap Anneth menyodorkan jari kelingking nya.

"Elah kaya bocah aja janji pake kelingking, udah lah neth, to the point." Malas nya.

"Janji dulu!" Kekeuh Anneth di turuti Deven yang sudah malas.

"Kenapa kamu gak coba bicara sama mama kamu? Siapa tau mama kamu punya alasan sama kelakuan nya waktu itu. Aku selalu di ajarin sama mami, kalo kita itu harus mendengarkan penjelasan orang lain dan harus saling memaafkan. Itu juga yang mami bilang saat aku marah sama kamu, masa kamu mau marah terus-terusan sama mama yang melahirkan kamu susah payah?" Ucap Anneth membuat Deven mematung.

"Mmm,Dev,mendingan lu tidur ,udah malem, dan mendingan lu lanjutin makan nya Neth." Ucap Wiliam mengalihkan pembicaraan saat merasa ini sudah memasuki topik yang sensitif.

"Liam apaan sih, gw mau denger jawaban Deven. Gimana Dev? Kamu mau kan tanya dan dengerin penjelasan mama kamu dulu?" Tanya Anneth lagi.

***

H U J A N [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang