03. Marvello Sena Aditama

5.4K 393 21
                                    

Marvel menghela nafas gusar, mengusap wajahnya frustasi. "Sialan ini skripsi, kapan selesainya sih?"

Arvi yang baru pulang dari perjalanan bisnis ke Semarang menghampiri adiknya.

"Lo kenapa?" tanya Arvi.

"Skirpsi, Bang bantu kek. Kasih pencerahan gitu buat gue," rengek Marvel.

"Ogah ah, males gue. Yang kuliah lo, yang dapat gelar juga lo. Gue dapet capeknya doang." Arvi meluruskan kakinya yang terasa pegal diatas meja kaca ruang keluarga itu.

"Bang, kaki lo kesanaan dikit kenapa sih!? Itu kena jurnal gue, nanti kusut kayak muka lo!" Marvel berdecak kesal.

"Nggak, itu jauh bego. Gue capek Vel, abis cari uang. Pijitin gue kek." Arvi mulai sesi curhatnya.

Marvel menggeleng tegas. "Ogah ah, males gue. Yang perjalanan bisnis lo, yang punya uang juga lo. Gue mah dapet capeknya doang, lebih baik lo sewa tukang urut aja!" ucap Marvel ketus dan mengikuti gaya bicara Arvi.

"Sialan lo!"

                                                                      

"Bang Alka?" Marvel masuk kedalam kabar Abang pertamanya ini.

"Kenapa Vel?" tanya Alka yang sedang berbaring dikasurnya.

Marvel ikut membaringkan tubuhnya, menghadap ke arah Alka yang menatapnya heran.

Tangan Alka memeriksa kening Marvel.

"Nggak panas, tapi kok ngebul otaknya?" cibir Alka.

"Ya gue emang gapapa, Bang. Abang, bantuin gue dong," ucap Marvel dengan pelan.

"Bantuin apa?" tanya Alka datar, Marvel itu paling beda dari yang lain. Jadi wajar saja kalau ia berjaga-jaga dari Marvel bukan?

"Bikin skripsi."

Alka berdecak kesal, "Kalo nggak mau skripsi, nggak usah kuliah!" omel Alka.

"Kesini tuh buat minta pencerahan, bukan omelan!" Marvel berjalan keluar kamar Alka.

"Lo kalo minta pencerahan ke tukang lampu, Vel! Biar semakin cerah otak lo!" teriak Alka saat Marvel membuka gagang pintunya.

Marvel menatap Alka sinis.

"Gini nih kalo Bapak lo bikin nggak pake bismillah. Nggak bakal ngerti kalo cucunya Mario Teguh lagi minta pencerahan dan bantuan untuk bab lanjut skripsinya."

Alka terkekeh. "Cucunya Mario Teguh kok minta pencerahan. Ambil aja bolham yang ada diatas kepala kakek lo, terus pasang diatas kepala lo. Biar pinternya nurun."

Marvel menatap heran Alka.

"Kakek? Kan diatas kepala kakek gue tali pocong, bukan bohlam."

Alka terdiam beberapa saat, lalu melemparkan sebuah bantal bersarung biru itu pada Marvel.

"Kakek lo yang Mario Teguh, bukan kakek Thomas Aditamaaaaa, woyyyyyy." Teriak Alka kesal.

Marvel terkekeh. "Bego lo, Bang." Lalu meninggalkan kamar Alka tanpa menutup pintunya.

Alka yang melihat Marvel mulai menjauh, melirik ke arah kiri dan kanannya.

"Sial. Gara-gara Marvel gue jadi iseng gini, gimana nanti kalo Aunty Alea, Uncle Arion, Grandpa, juga Abdi ngeprank gue dengan matiin lampu, eh terus mereka pada berdiri didepan jendela. Aaaaaaaa Marvelllllllllll!" Alka menatap jendela sekitar, lalu berlari kencang keluar kamar.

Berlari kencang dan berniat pergi ke kamar kedua orang tuanya. Namun naasnya, saat berlari Alka menabrak seseorang.

"Bego! Lo ngapain lari-lari, nabrak gue kan jadinya," omel orang itu.

Saat menabraknya, Alka terjatuh ke lantai. Ia memeluk kaki orang itu. "Ampun Abdi, Uncle Arion, jangan ngeprank Alka, please."

Orang itu berdecak kesal lalu menendang tubuh kekar Alka. "Lo kira gue setan!?"

Alka memberanikan diri untuk mendongakan kepalanya, menatap seseorang yang ia tabrak tadi.

"Eh... Arvi." Alka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Malu, itu lah yang ia rasakan. Selama ini, Alka dikenal dengan orang dingin plus datar tanpa ekspresinya, kali ini hilang sudah semua wibawanya.

"Ngapain lo!?" tanya Arvi ketus.

"Si Marvel duluan, ngomongin tali pocong," jawab Alka.

Arvi mengangkat alisnya sebelah.

"Gue tidur bareng lo ya..." cicit Alka.

"Nggak ya!" tolak Arvi tegas.

"Untuk kali ini, apapun bakal gue kasih, janji deh." Alka mengacungkan kelingkingnya.

Arvi menghela nafas gusar, "Yaudah."

Senyum merekah tercetak diwajah Alka, ia bangkit dari duduknya lalu merangkul adik kembarnya dan berjalan ke arah kamar Arvi.

Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang