Bara, Key, Dito, juga Caca kini sedang berkumpul diruang rahasia rumah keluarga Caca.
Ah, berbalik ke masa lalu, tempat ini menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.
Bara yang memang jaraknya 2 tahun lebih tua dibanding Dito, tidak pernah takut untuk mengajak Dito agar ikut dikencannya dengan Key. Karena Bara percaya, bahwa Key tidak akan menyukai Dito.
Sampai suatu hari, saat mereka sedang pergi berkencan, mereka bertemu dengan Caca. Gadis nerd dengan gaya andalan kepang dua dirambutnya.
Takdir membawa mereka bersama sampai saat ini.
"Ca, mau ngomong apa?" tanya Key penasaran. Sungguh, saat mereka bersama seperti ini, jiwa muda mereka berkoar-koar.
Caca menceritakan apa yang terjadi dirumah sakit antara Listy dan Aresha.
"Gue percaya sama anak gue," ucap Bara yakin.
"Dia nurunin sifat Bara yang suka banget pake teka-teki," balas Dito.
"Boys juga jaga banget Listy sekarang, sejak tau keadaan Listy yang sakit ginjal," terang Key.
"Jadi?" tanya Caca.
"Biarin Aresha jalanin misinya."
Mereka kaget mendapat jawaban dari Bara.
"Kamu gilaa, Bar! Aku nggak akan biarin anak aku sakit sendirian!" protes Key.
"Terus harus gimana? Kayaknya permainan itu udah dimulai, sayang. Kita nggak boleh ikut campur sama permainan itu. Para Tetua seperti kita, harusnya menikmati permainannya," jelas Bara santai.
Key menjambak rambut Bara. "Nggak waras."
"Ini rekaman CCTV hari itu." Caca memberikan sebuah flashdisk berwarna merah pada mereka.
Dito langsung memasang flashdisk itu. Disana, ada sebuah rekaman Listy dan Aresha berbicara sampai Listy mencabut selang infusnya sendiri.
"Tanggung jawab kamu, Bar. Itu usul kamu buat adopsi Listy," ucap Key.
"Emang Kakak nggak ada rasa kasian sama Listy? Kan Listy yang nemenin Kakak selama ini, Listy juga udah dianggap keluarga banget sama kita," ujar Dito pelan.
Key menghela nafas, ia menatap ponselnya yang berwallpaper foto Aresha.
"Posisi anakku, nggak akan pernah tergantikan sama siapa pun. Aku yang berjuang mati-matian, mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anak-anak. Aku sayang sama Listy, tapi sayangnya nggak ngelewatin rasa sayang ke Aresha. Kalian tau sendiri, gimana aku waktu hamil Aresha. Bulak-balik rumah sakit, cuma buat keadaan putriku baik-baik aja."
Bara menarik Key dalam dekapannya. Ia tau betul bagaimana Key menginginkan seorang putri dari rahimnya.
"Tugas kita cuma satu, untuk saat ini dan kedepannya," ucap Dito.
"Apa?" tanya Caca kepo.
"Cari orang tua dari Listy."
"Lo gilaaa, Dit. Hal itu udah lama terjadi, apa bisa kita temuin lagi? Lo mau buat gue nggak nepatin omongan gue buat jaga Listy?" tanya Bara kesal.
"Dasar Bapak-Bapak, makanya dengerin gue dulu. Ini bukan tentang nggak nepatin omongan lo sebagai lelaki juga ayah. Tapi ini tentang masa depan keluarga kita, sekarang saatnya kita lindungin Aresha. Udah cukup dia menderita sendiri, untuk kali ini dan seterusnya kita harus lindungin Aresha, putri kalian yang punya pikiran macem-macem," ucap Dito yang membuat Caca terkekeh.
"Caca setuju sama apa yang diucap Kak Bara dan Dito. Ikutin alur permainan Aresha, dengan kita nyusun permainan baru dibalik permainan mereka."
"Berlibet sih, tapi... dengan segenap keraguan aku. Aku setuju," ujar Key.
"Tapi... kalo nggak ketemu gimana?" tanya Bara.
"Itu dipikirin nanti aja, Bar. Sekarang kita usahain aja dulu," jawab Dito yakin.
Dito menaruh telapak tangannya diudara diikuti Caca, Key, dan Bara.
"MISI MUDA UNTUK PARA TETUA!" seru Dito.
"YESSSSS!" balas Bara, Key, dan Caca kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Ficção AdolescenteSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...