Si kembar dari keluarga Aditama, Alkara Keano Aditama dan Arvian Kenzhie Aditama.
Berusia 26 tahun, dan masih jomblo, hihi.
Alka menatap lurus Arvi yang berada dihadapannya. Arvi yang sangat fokus dengan laptop diruangan kerjanya itu.
"Ar," sapa Alka.
"Hmm."
"Tatap gue dulu, gue ini Abang lo." Alka berdecak kesal.
"Bentar kenapa sih!?" tanya Arvi kesal.
"Panggil gue Abang," titah Alka.
"Abang."
"Sambil tatap gue, Ar. Emangnya gue lagi komunikasi virtual sama lo? Gue ini lagi ada dihadapan lo."
Arvi menutup laptop putihnya, lalu menatap Alka tajam.
"Jangan begitu tatap Abangnya. Yang sopan sedikit sih," omel Alka.
"Ribet lo, kayak cewek!" ketus Arvi.
Alka terkekeh. "Makanya sampe sekarang gue belum punya cewek karena itu alasannya."
"Gue nggak nanya itu. Dan lo pikir gue peduli gitu?" Arvi menaikan alisnya.
Alka menggebrak meja kerja Arvi.
"Lo sensi banget sama gue, kenapa sih?! Kalo ke yang lain aja hangat banget, ke gue ketus mulu." Alka mengeluarkan unek-uneknya pada Arvi.
Arvi menumpu kaki kanannya diatas paha kaki kiri. "Ya gimana ya, habisnya muka dan hidup lo cocok buat digituin."
Alka memutar bola matanya jengah.
"Kalo lo disuruh pilih, lebih baik Listy atau Aresha?" Alka mengalihkan pembicaraannya.
"Kenapa? Dua-duanya adek gue."
"Kan hidup itu pilihan. Lo harus bisa pilih antara mereka dong."
Arvi menghela nafas kasar, "Aresha. Gue nggak mau berbuat bodoh untuk kedua kalinya, Aresha yang selama ini gue tunggu-tunggu."
Alka tersenyum tipis.
"Jemput dia yuk? Terus jalan-jalan ke Mall," ajak Alka.
Arvi menganggui antusias.
Saat ini, Alka, Arvi, dan Aresha sedang berada di pusat perbelanjaan di Ibu Kota.
"Capek, Bang. Ngapain sih kesini?" keluh Aresha.
"Ya kita jalan-jalan, kan sebentar lagi acara ulang tahun perusahaan yang ke 35 tahun." jawab Alka.
"Kalo capek, ayok digendong sama Abang." Arvi berjongkok dihadapan Aresha.
"Nggak ah, malu," Aresha memalingkan wajahnya, hal itu membuat Alka dan Arvi terkekeh.
"Katanya capek, digendong malu. Dasar cewek," cibir Arvi.
"Bisanya komentar doang, dasar cowok." Aresha membalasnya dengan sengit.
Entah, sejak beberapa tahun lalu sewaktu Aresha bulak-balik ke rumah sakit, tubuhnya semakin lemah. Bisa drop kapan pun jika kelelahan.
"Makan dulu yuk?" ajak Alka.
Arvi dan Aresha mengangguk, berjalan membuntuti Alka.
Mereka berhenti disalah satu restoran yang ada didalam pusat perbelanjaan itu.
"Mau makan apa, hmm?" tanya Arvi mengelus rambut Aresha.
Aresha menatap menu disini dengan mata berbinar. "Ayam geprek level 15."
Alka dan Arvi melotot tak percaya.
"Nggak!" ucap mereka serempak dengan tegas."Mbak, ayam gepreknya level 15 ya." Aresha memberitahu pada waiters yang sedang menunggu mereka.
"Nggak Mbak. Jangan aneh-aneh kamu Sha!" ketus Arvi.
"Pesan yang lain atau nggak jadi makan?" Alka menatap tajam ke arah Aresha.
"Aku pilih nggak jadi makan, dan nggak akan makan sampe aku mati!" Aresha memalingkan wajahnya.
"Sha," lirih Arvi.
"Jangan gitu, ganti nasi goreng aja ya. Nanti perut kamu sakit lho" ucap Alka.
"Mbak, pesenan yang tadi saya jadi ya. Sama minumnya es teh."
"Emm.. tapi Kak, nanti dimarahin kakaknya," ucap waiters itu ragu.
"Mbak, yang pesen siapa?" tanya Aresha.
"Kakak."
"Yang bakal makan siapa?"
"Kakak."
"Yang perutnya bakal sakit siapa?"
"Kakak."
"Yaudah itu tau, semuanya saya yang nanggung."
"Yaudah Mbak terserah dia aja, tapi tambahin porsi kecap ya" ucap Arvi.
"Mbak, saya nasi goreng seafood aja." Alka memesan makanan itu.
"Kalo saya, spagethi aja. Terus minumnya samain aja ya Al? Jus jeruk 2," ucap Arvi.
"Baik, ayam geprek level 15 1 porsi, nasi goreng seafoodnya 1 porsi, spagethi 1 porsi, es teh 1, dan jus jeruk 2. Ada tambahan?" Waiters itu mengucap ulang pesanan.
"Nggak ada," ucap Alka cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Teen FictionSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...