Raffa, Alka, Arvi, Farell, Gavin, Marvel, Rian, dan Aira sedang menyidang Aresha.
Aresha menatap jengah para kakak-kakaknya.
"Abang dapat aduan dari dr. Aksara, Dia Dokter yang rawat Listy. Katanya, kamu keruangan Dia terus marah-marah?" tanya Raffa mengintimidasi.
"Oh ya? Dia bilang gitu?" bukannya menjawab Aresha malah berbalik nanya dengan ekspresi pura-pura kaget.
Raffa menatap Aresha tajam.
"Abang nggak suka sama sifat kamu yang sekarang. Aresha yang Abang kenal nggak kayak gini, Dia gadis lemah lembut juga kuat. Bahkan Abang nggak kenal kamu yang sekarang. Banyak hal yang berubah dari kamu, kamu yang nggak sopan sama Listy, kamu yang keterlaluan berbicara ke Papa," jelas Raffa sebagai Abang yang paling tua.
Aresha menghela nafas, mendengarkan penuturan Raffa dengan jelas.
"Aku nggak suka sama sifat kalian yang sekarang, aku juga nggak kenal sama diriku yang sekarang. Ada beberapa hal yang berubah dari kalian. Salah satunya tentang Listy, kalian selalu nyalahin aku tentang kesopanan. Aku akuin, aku emang nggak sopan. Selama 10 tahun hidup sendiri, nggak ada yang ngajarin aku tentang kesopanan. Jadi, siapa yang harus tetap disalahin? Aku?" Aresha tertawa sumbang.
"Aku nggak tau, kenapa Tuhan ciptain aku dengan keterlibatan masa lalu. Susah rasanya harus bangkit dari masa lalu yang kelam. Mohon maaf, sebelum berbicara ada baiknya berkaca dimasa lalu, sudah sejauh mana kita menyakiti orang biar bisa lebih baik lagi buat kedepannya. Kalian selalu bilang "itu kejadian udah lama, lupain aja. Listy juga nerima kamu." iya, Listy yang nerima lupain kejadian itu. Tapi aku nggak. Sebuah luka dihati, nggak akan hilang walau dalam kurun waktu seribu tahun pun. Nyatanya, keikhlasan nggak semudah yang kalian ucapin," jelas Aresha panjang.
"Sashaaaa..." Aira mengelus pundak Aresha yang bergetar.
"Kak Air, sesama cewek kan kita? Tolong tempatin diri Kakak di aku. Aku yang makan semua kepaitan hidup ini. Dimana mereka?" Aresha menunjuk semua Abangnya.
"Mereka nggak tau apapun yang terjadi dibelakang aku dan Listy, Kak. Aku bukannya aduan ke kalian. Tapi tolong, kalo mau menegakkan kebenaran, liat didua sisi. Kalian liat di sisi Listy aja, jatohnya pilih kasih." ucap Aresha bergetar.
Aira menarik Aresha dalam dekapannya. Tangis Aresha pecah seketika.
"Sha, apa yang Abang nggak tau dibalik kalian? Bilang sama Abang," ucap Farell mendekat ke arah Aresha.
Aresha menggenggam tangan Farell, membawanya genggamannya ke dada Farell.
[Inget, dada Farell woi]
"Naluri seorang Kakak. Sebrengsek, dan seenggak pedulinya Kakak, dia punya feeling yang kuat tentang baik dan buruk lingkungan adiknya." ucap Aresha pelan.
Arvi menatap Aresha sendu, gemuruh didadanya menambah kesesakan hatinya.
"Abang nggak mau berbuat bodoh untuk kesekian kalinya, Sha. Nggak tau udah berapa kali Abang nyakitin kamu dengan tindakan nggak sengaja Abang. Apapun nanti yang terjadi, Abang bakal ada dipihak kamu." ucap Arvi yang diangguki Gavin dan Rian.
Aresha tersenyum. "Lelaki itu, dibuktikan dari perbuatan yang ia ucapkan."
"Aku belum bisa bilang semuanya. Saat ini, kita dihadapkan sama sebuah drama. Entah siapa yang akan kalah dan menang pada akhirnya, aku tetap sayang kalian. Satu lagi, suatu saat nanti, tolong percaya sama apa yang aku ucapin. Aku bakal selesain drama ini secepatnya." Aresha menggenggam tangan Aira, lalu menatapnya dalam.
"Kak, titip Bang Raffa. Aku tau, Kakak ngerasain apa yang aku rasain. Aku pengen semuanya berakhir, termasuk aku," ucap Aresha lalu pergi ke kamar meninggalkan mereka yang dipenuhi teka-teki dari ucapan Aresha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Fiksi RemajaSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...