"Jadi, gimana?" tanya Dito memecah keheningan.
"Gue udah tau, tapi..." balas Bara ragu.
"Tau darimana?" tanya Key kepo.
"Orang pintar," jawab Bara.
"Minum tolak angin," celetuk Caca mencairkan suasana.
"Pengen hujat mulu bawaannya ke adik ipar tuh," keluh Key.
"Bukan istriku," jawab Dito saat Bara meliriknya tajam.
"Jahat bener kalian tuh, gainget emang ini rumah siapa!? Aku usir juga ya kalian!" ketus Caca yang mendapat kekehan dari ketiga orang itu.
"Baper amat Bu, jadi orang. Bukan orang kali si Ibu mah," ledek Key.
Caca mendengus sebal.
"Jadi, siapa Ayah dari Listy, Kak?" tanya Dito kembali memfokuskan perbincangan malam ini.
Bara menghela nafas. "Andri."
"Andri mana?" tanya Caca mengerutkan dahinya.
"Gatau aku, Ca. Orang pintarnya baru nemu namanya aja. Lebih detailnya nanti," jelas Bara.
"Orang pintar tuh apa sih maksudnya? Dia bisa ngalahin nilai ekonomi aku waktu SMA kah?" tanya Key yang kurang paham.
"Dukun, gitu aja gatau. Padahal suka pasang susuk juga," cibir Dito sengit.
Key menoyor kepala Dito. "Sialan, nggak usah sok tahu, asli bukan kaleng-kaleng, bibit unggul dari sperma bapak gue ditambah skin care yang mahal nih."
"Sombong amat jadi orang, bukan orang kali si Ibu mah," celetuk Caca mengikuti gaya bicara Key sebelumnya.
"Emang bukan, bidadari gue mah. Lagian hidup kalian sibuk banget ngurusin gue mulu. Oh iya satu lagi, sombong tuh wajar kalo ada yang bisa disombongin." Key menatap sengit Dito dan Caca.
"Keyza..." panggil Bara menatap Key tajam.
Key menyengir tak berdosa. "Apa sayang?"
"Ku getok pala kau, Kak!" ucap Dito frustasi.
"Sayang, adik ipar masa mau getok aku," adu Key manja.
"Serius dong, beneran nggak lagi becanda ini. Demi ketenangan dan keselamatan Aresha soalnya," balas Bara jengah menonton drama absurd dari istri, adik, juga iparnya.
Key, Dito, dan Caca menyengir menatap Bara.
"Emangnya Bi Yati itu dari daerah mana sih, Kak?" tanya Dito.
"Magelang."
Mereka menganggukkan kepalanya. "Ooh," ucap mereka serempak.
Bara yang mendengarnya mendengus sebal.
"Ayok pulang, aku mau ketemu Aresha. Mau lihat dan memastikan keadannya, firasat aku belakangan ini agak buruk untuk Aresha..." ajak Bara pelan.
Key menatap Bara sendu. Ia sangat mengerti perasaan suaminya itu yang selalu khawatir terhadap keadaan putri bungsu mereka.
"Semoga nggak ada apa-apa sama Aresha, ya. Putri aku kuat, aku percaya itu. Ayok pulang, sejak trauma nya dia nggak mau terlalu lama sama siapa pun kecuali kita," ucap Key lalu melangkah pergi duluan.
🥀🥀
Bara, Key, Dito, dan Caca menghampiri Aresha yang sedang duduk diteras rumah.
"Lagi apa, Sha?" tanya Bara ikut duduk disamping Aresha.
Aresha menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.
"Sha, kenapa? Ada yang sakit?" tanya Key panik.
"Kalian darimana aja?" tanya Aresha pelan.
"Kita baru pulang kerja, Sha," jawab Caca yang diangguki mereka.
"Aku takut... banyak kepala kucing dan darah disini," lirih Aresha.
Bara langsung mendekap tubuh Aresha. "Sekarang disini udah ada kita, Sha. Nggak bakal ada kepala kucing itu, percaya sama Papa ya?"
"Papa?" ulang Aresha pelan
Bara menatap haru Aresha. Sejak trauma pura-puranya, Aresha tidak pernah menyebut Bara dan lainnya dengan sebutan Papa, Mama, Papi, Mami, dan Abang.
"Iya, ini Papa."
"Papa..." lirih Aresha dengan kesadaran yang langsung hilang.
Mereka dibuat panik oleh Aresha yang tiba-tiba pingsan.
"Bawa rumah sakit, bego Baraaaa!" geram Dito saat Kakaknya hanya menepuk pelan pipi Aresha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Teen FictionSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...