Aresha menghela nafas gusar.
"Sashaaaaa! Tunggu gue dong," teriak Angga dari belakang.
"Nggak usah panggil gue Sasha, itu panggilan khusus keluarga gue. Dan lo, bukan keluarga gue!" ketus Aresha.
Angga menaikan alisnya sebelah. "Jadi?"
"Apa!?"
"Lo mau gue jadi suami lo? Supaya gue bisa panggil lo Sasha atau mungkin sayang atau istriku?" goda Angga.
Aresha melangkahkan kakinya, malas berdebat dengan Angga.
"Jadi lo adeknya Marvellll? Kalo lo gatau, Marvel itu temen gue!" teriak Angga didepan gedung fakultas.
Aresha menghiraukan ucapan Angga. "Aby temennya Gavin, Angga temennya Marvel. Kapan sih gue dapet cowok yang nggak temenan sama abang-abang gue?! Kan ujungnya pasti kandas," gerutu Aresha kesal.
Aresha mendengus sebal, sedari pulang kuliah Angga terus saja menghubunginya.
Entah ada maksud terselubung atau tidak, kegabutan Angga sangat merugikan untuk Aresha.
"Dekkk, itu angkat dulu telfonnya," ucap Listy yang melihat Aresha terus fokus pada tv besar dihadapannya.
Aresha menoleh sekilas ke arah Listy. "Males ah."
"Sopan dikit dong sama aku!" cibir Listy.
"Kurang sopan apa lagi sih gue!?" tanya Aresha kesal, ia bangkit dari duduknya lalu menghentakan kaki kesal. Melenggang pergi dari ruang keluarga itu.
Listy menatap nanar punggung Aresha yang menjauh.
"Lis?"
Listy menoleh pada seseorang yang memanggilnya. Disana ada Raffa yang sedang menyeret koper hitamnya.
Listy menghampiri Raffa. "Abangggg, Listy rinduuuuu"
Raffa terkekeh, ia mengusap puncak kepala Listy.
"Tadi Abang liat kamu sama Sasha. Sasha nggak berubah? Masih kurang sopan sama kamu?" tanya Raffa.
Listy tersenyum kecut, "Gapapa kok Bang. Listy sadar kesalahan Listy nggak bisa dimaaffin."
"Tapi Lis, itu kan udah lama. Kejadian itu udah beberapa tahun lalu, harusnya Sasha bisa lupain hal itu."
"Gapapa Abang. Udah Abang mandi aja, bau tau!" Listy menutup hidungnya.
"Selamat pagi," sapa seorang perempuan cantik dihadapan Aresha.
"Ya, pagi juga. Cari siapa?" tanya Aresha datar.
Pagi ini, Aresha sedang menyiram taman didepan rumahnya. Tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran seorang perempuan yang tak melepas senyum.
"Aku Aira, pacarnya Raffa. Kalo kamu Sasha ya?" tebaknya.
"Serius?" tanya Aresha tidak percaya.
"Dua rius."
"Oh, Raffa ada didalam. Masuk aja."
"Kamu nggak ada niat nganterin aku ke dalam gitu?" tanyanya menatap Aresha tidak percaya.
"Nggak," jawab Aresha singkat.
Aira mendengus sebal, lalu melangkahkan kakinya kedalam rumah keluarga Aditama itu.
Aresha berbalik badan sebentar, menatap punggung Aira yang berada didepan pintu. Sepertinya, ia menunggu orang yang akan membuka pintu.
Aresha memetik satu tangkai bunga mawar tanpa alat. Tangannya berdarah karena terkena duri itu. "Lo cantik, tapi nyakitin. Iya, kayak keluarga gue. Keliatannya dari luar harmonis, tapi tetep aja didalamnya gue ngerasa asing. Jadi, gue harus bersikap apa sama semesta yang selalu kasih kejutan disetiap hari gue?" Aresha berlirih pelan, menatap tangkai mawar itu yang penuh darah.
"Sakit. Kapan gue bakal bahagia? Gue takut Aira macem-macem kayak Listy. Sebuah luka nggak akan pernah hilang walau dengan waktu seribu tahun."
Aresha membuang mawar itu ke sembarang arah. Jika dulu bunga adalah kehidupannya, maka untuk kali ini, ia sangat membenci bunga, sama seperti ia membenci hidupnya.
"Ke dalem ah. Mau kenal sama Aira." Aresha mengusap air matanya yang tiba-tiba lolos. Ia harus menjauhkan pikirian itu. Tidak baik untuk soudzon, jadi lebih baik jalanin aja dulu.
Lihat, Aresha seperti mempunyai kepribadian ganda. Satu waktu, ia bisa menjadi dua pribadi yang berbeda. Sedih, dan pura-pura tegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Teen FictionSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...