Aresha sedang membaca buku, berbaring dikasur king sizenya sambil cekikikan.
"Hei, baca apa itu?" tanya Dito yang tiba-tiba berada dikamar Aresha.
"Buku."
Dito mengacak rambut Aresha pelan, betapa bahagianya Tuhan masih berbaik hati untuk tidak mengambil Aresha yang ke sekian kalinya.
"Ih, Papi," rengek Aresha yang membuat Dito terkekeh.
"Kenapa cantik?" goda Dito.
"Kesannya tuh kayak... sugar dady," balas Aresha dengan kesal.
"Kok sugar dady? Bukannya hot dady?" tanya Dito heran.
"Habisnya muji-muji cantik, udah kayak om-om aja deh. Hot dady itu cocoknya buat yang sayang sama anaknya."
"Papi sayang kok sama Sasha, dan lainnya."
Aresha memutar bola matanya malas. "Capek ngomong sama cowok, emang semua cowok tuh sama aja! Nggak pada peka jadi makhluk hidup. Jadi gagang sapu aja lah sana."
Dito terkekeh mendengar penuturan Aresha.
"Kasian kalo jadi gagang sapu, masa suaminya Mami kurus dan kecil gitu. Nggak cocok, nggak ada gagah-gagahnya," balas Dito tidak mau kalah.
Aresha menutup bukunya, lalu duduk dihadapan Dito.
"Dasar cowok!"
"Sha," ucap Bara mendekati anak gadisnya yang sedang beruncang-uncang kaki diayunan yang berada ditaman belakang.
"Apa?"
Bara menggeleng, lalu duduk disamping Aresha.
"Pa! Sempit tau," keluh Aresha.
"Yaudah sini pangku aja," titah Bara enteng.
Aresha menatap Bara dengan penuh tanya.
"Sha, jangan mikir macam-macam lagi kamu." Bara memperingati Aresha agar pikiran putrinya tidak liar.
Aresha mendengus sebal.
"Ya gimana nggak mikir macam-macam. Waspada itu perlu, Pa."
Bara menyilangkan kedua lengan kekarnya didepan dada. Berdecak pelan karena pikiran kotor putrinya.
"Astagfirullah, Papa nyebut terus tau, Sha. Pikiran kamu ini ada masalah apa sih sama Papa? Kalo Papa deket-deket gini nethink mulu?" tanya Bara kesal.
Aresha memalingkan pandangannya ke arah lain. "Takut Pa, mau jaga-jaga aja. Banyak kok di tv, ayah yang suka macem-macem ke anak perempuannya."
Aresha sangat takut sekali pada Bara dan Dito, bukan takut karena omelannya. Tetapi, takut jika Bara dan Dito mempunyai niat lebih, dan seperti berita-berita di tv.
"Sha, Papa ini Papa kamu lho. Mana mungkin Papa berbuat yang nggak-nggak. Kamu itu kebanyakan nonton berita diluar sana yang seharusnya nggak kamu liat. Kan jadi seperti ini pikiran kamunya, ngawur!" Bar berkata panjang dengan nada kesal.
Ya wajar kah Aresha takut terhadap Papa dan Papinya? Mereka itu seperti sugar dady untuk Aresha. Maklum, Aresha biasa tinggal sendiri, tidak pernah mendapat perhatian dari seorang Ayah. Sekalinya dapat, kenapa terlalu berlebihan?
"Ya namanya juga orang takut, Pa," balas Aresha pelan.
Pernah waktu itu Aresha tidak mau menemui Bara dan Dito, padahal Aresha baru saja dibelikan barang-barang branded dari Papa dan Papinya. Bukannya senang, hal itu membuat Aresha takut. Ia, takut jika Papa dan Papinya suka padanya dan berbuat hal yang diluar batas.
Saat keluarganya tahu pikiran Aresha, mereka terkikik geli. Tidak menyangka Aresha berpikir sejauh itu. Bagi keluarganya, hal itu biasa saja dan tidak berlebihan.
Akibatnya, para Abang-Abangnya pun ikut menjadi sasaran kecuekannya. Aresha saat itu hanya ingin bersama Mama, Mami, dan Listy saja. Ia benar-benar dibuat gila oleh pikirannya.
"Bagi Papa ini udah biasa tau, Papa kan nggak nemenin kamu tumbuh kembang, jadi bukannya wajar kayak gini?" tanya Bara pelan yang membuat rasa bersalah dihati Aresha timbul.
"Aku aja yang belum terbiasa, Pa. Semuanya butuh waktu bukan? Mungkin emang sekarang belum waktunya aja. Ya... tapi namanya orang takut mah tetep aja takut!" balas Aresha agak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Teen FictionSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...