Aresha membuka sebuah paket yang tergeletak diteras rumahnya. Entah siapa yang mengirim, disana hanya tertera sebuah tulisan.
Untuk Aresha
Aresha membuka kotak itu. Aresha menatap isinya tidak percaya, lalu melemparkan kotak itu ke sembarang arah.
"Sialan. Kurang kerjaan banget yang ngirim gituan," ucap Aresha bergidik ngeri.
Aresha menghampiri kamar Listy, disana terlihat Marvel sedang menyuapi Listy.
"Lo apa-apaan ngirim kotak itu!?" tuding Aresha tajam.
"Kotak apa?" tanya Listy heran.
"Kepala kucing yang mati, inget dosa, men,"balas Aresha.
"Gajelas. Kakak dari tadi diem disini! Kamu jangan nuduh Kakak yang macem-macem tanpa bukti ya!"
"Iya, Sha. Nggak baik nuduh tanpa bukti gitu. Soudzon jatohnya," ucap Marvel ikut-ikutan.
Aresha tersenyum kecut. "Oke, sorry."
Aresha berjalan gontai ke kamarnya. Pergi ke kamar mandi dengan langkah pelan.
"Kurang ajar yang ngirim gituan." Aresha langsung memuntahkan apa yang ia makan tadi. Sungguh, hal itu membuat Aresha jijik.
Aresha terus memuntahkan sampai yang keluar hanya air. Wajahnya sudat pucat pasi karena terbayang kepala kucing juga darah.
Aresha berjongkok dilantai kamar mandi, tenaganya sudah terkuras habis akibat mual dan muntah itu.
"Siallllllll," kesal Aresha memegangi perutnya.
Kaki Aresha terkulai lemas sampai ia berbaring dilantai kamar mandinya.
"Tolong," lirih Aresha lemas.
Ia memilih merangkak agar bisa keluar dari kamar mandi, dengan susah payah namun gagal.
"Tolonggg..." ucap Aresha pelan. Sungguh, ini adalah tenaga terakhir Aresha.
Ia menyumpah serapah seseorang yang mengirim kotak bangkai itu. Kejadian saat Aresha membuka isi kotak itu terus berputar diotak Aresha.
"Maaaa... Paaa..." panggil Aresha.
Sudah, Aresha sudah tidak kuat untuk menahannya. Mual dan Muntahnya sangat menguras tenaga, sampai tiba-tiba matanya terpejam dan kesadarannya hilang.
[ilang kmn y? ad yg tau?]
Jangan ditanya seberapa panik keluarga Aditama, bahkan mereka sampai melupakan Listy saat mengetahui Aresha yang pingsan dikamar mandi.
Mereka tengah memandang Aresha yang terbaring lemah diranjang rumah sakit itu.
"Siapa yang teror itu?" tanya Dito pada akhirnya.
Marvel menggeleng. "Sasha bilang, Listy."
Bara tercengang mendengar jawaban Marvel. Ia mengepalkan tangannya kuat. Lalu meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apapun.
"Papa kenapa?" tanya Gavin.
"Jangan dikejar," ucap Dito saat melihat Farell ingin mengejar sang ayah.
"Tapi kalo Papa macam-macam gimana, Pi? Papa kalo udah marah kan nggak kekontrol gitu," protes Farell.
"Kalo Papa apa-apain Listy gimana?" tanya Rian pelan.
"Boys, percaya, Papa kalian bakal baik-baik aja," tutur Dito.
Key mendekat ke ranjang Aresha. Ia mengelus rambut hitam putrinya.
"Mereka bangunin iblis yang selama ini tidur," ucap Key dingin.
Aura diruangan itu seketika panas setelah Key mengucapkan itu.
"Kak," ucap Dito dan Caca bersamaan. Napas mereka semua tercekat mendapat aura dingin dari Key.
Key bangkit dari duduknya, lalu berbalik menatap keluarganya.
Key menyeringai. "Mengusik, harus mau diusik balik. Dito, Caca, Kakak titip anak-anak."
Setelah itu Key melangkah pergj meninggalkan mereka.
"Mi, Mama kenapa nyeremin gitu sih?" Marvel berdecak kesal melihat tingkah sang ibu.
"Banyak yang nggak kalian ketahuin tentang Keyza Allena, Boys," balas Caca misterius.
Rian berkacak pinggang melihatnya. "Sok banget pada misterius, dikira ini dipanggung sulap apa!"
"Goblok kok dipiara," ucap Marvel terkekeh.
Dering ponsel Raffa berbunyi, mengalihkan pembicaraan mereka semua.
"Siapa?" tanya Alka.
"Aira," jawab Raffa.
Ia segera mengangkat telfon itu. Dengan beberapa menit, sambungannya terputus.
"Kenapa?" tanya Arvi.
"Listy," ucap pelan Raffa.
"Masa?" tanya Farell.
Raffa mengangguk.
"Bodo," ketus Farell.
"Si bego, gue kira bakal nanya 'kenapa?'eh gatau-taunya, hebat banget Vel abang lo," heboh Gavin sambil bertepuk ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Teen FictionSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...