20. Sisi Lain Para Tetua

3.7K 317 14
                                    

"Kak," ucap Dito saat mereka berada diruang rahasia rumah keluarga Caca.

"Tolong kasih tau kesalahan gue apa? Kenapa Aresha sampe dapet hal yang kayak gini? Gue gagal bukan jadi orang tua?" tanya Bara frustasi.

"Nggak, ini masih dipertengahan, Kak. Kita belum tau diakhir nanti bakal kayak gimana," ucap Dito.

Bara berkata pelan, "Masih dipertengahan? Terus gimana kalo takdir ngambil gue sekarang? Gue tetep jadi orang tua yang gagal, Dit."

"Kak Key..." lirih Caca saat Key masuk kedalam ruang itu. Berpakaian serba hitam.

"Kenapa Ca? Kalo Si brengsek itu nggak ngadopsi Listy, nggak bakal putri Kakak menderita seperti sekarang," ucap Key tenang.

"Key! Nggak usah nyalahin aku terus! Kamu udah bener belum jadi Ibu? Ibu kok nelantarin anaknya waktu kecil. Berkaca sebelum berpikir, Keyza Allena," balas Bara kesal.

Nafas Key memburu menahan emosi. Key menampar Bara dengan kuat. "Gue yang udah berjuang buat lahirin Aresha! Lo enak-enaknya nyalahin gue? Dimana lo saat gue repot-repot ngurusin anak-anak lo? Kerja sana-sini, terus kecantol sama perempuan lain?!"

Bara menggebrak meja bundar itu kencang. "Nggak usah bahas yang dulu! Itu cuma kecelakaan kecil. Lagian itu udah selesai bukan masalahnya? Sampe sekarang gue nggak ada main lagi sama perempuan!"

"Gaenak kan kalo masalah lama diungkit? Makanya jangan ngungkit duluan!" tukas Key.

"Kakakk stop! Kalian berantem nggak akan selesain masalah!" teriak Caca.

"Kalo si brengsek itu nggak mulai, nggak akan terjadi kayak gini, Ca."

"Brengsek gini suami lo, kalo lo lupa, Keyza," balas Bara tajam.

"Sayangnya gue lupa, Bara Aditama."

Dito menghela nafas gusar. "Astagfirullah, enggak emak nggak bapaknya. Bikin nyebut mulu, capek aku tuh."

"Nggak usah ikut-ikut lo!" ucap Key sebal.

Caca menepuk bahu suaminya. "Sabar ya, sayang. Cowok emang selalu salah. "

Dito menarik Caca dalam dekapannya.

"Selalu sabar kok, sini sayang peluk-peluk dulu. Biar yang panas tambah panas," ucap Dito melirik Bara dan Key bergantian.

Bara menatap nyalang Dito, lalu ikut menarik Key dalam pelukannya.

"Nggak usah kepedean, Keyza. Gue cuma gamau kalah aja sama itu cunguk satu." Bara mengusap punggung Key.

Key tidak melawan, Ia membiarkan Bara memeluknya, mencari tempat ternyaman dari sang suami.

"Gue capek kalo gini terus, bunuh diri barengan yuk?"

Bara, Dito, dan Caca menatap Key tidak percaya. Bara langsung memegang dahi istrinya. "Nggak panas."

"Gue capek, kayaknya hidup gue nggak pernah bahagia. Gue nggak mau nurunin kesedihan buat anak-anak gue," lanjut Key.

"Capek ya istirahat dulu, Kak. Berhenti sejenak, pikirin lagi kedepannya mau jalan kemana lagi," ucap Caca yang disetujui Dito.

Key menghela nafas gusar. "Buntu pikiran gue."

"Kok jadi ngomong lo-gue mulu sih, Key!?" geram Bara.

Key mengangkat bahunya acuh. Bara yang melihat itu mengusap rambut Key dengan lembut.

"Jalan kita masih panjang, Key. Bersyukur selagi masih bisa dikasih nafas sama Tuhan. Anak-anak masih butuh bimbingan kita sebagai orang tua," tutur Bara.

"Harusnya kamu biarin aku tetep ikut digengster itu, Bar. Sekarang gengsternya terkenal, banyak yang tunduk sama mereka. Jadi nyelesain kasus kayak gini gampang," sesal Key.

Bara menggeleng tegas. "Tanpa bantuan mereka, kita tetep bisa selesain masalah ini, Keyza. Percaya sama aku."

"Iya, Kak. Stop sesalin masa lalu Kakak yang kurang baik. Mungkin ini karma karena dulu Kakak nakal. Makanya jadi orang baik-baik aja kayak Caca."

Key mendengus mendengar perkataan Caca.

"Iya, Ca. Lo suka belanja, nanti anak lo yang diporotin sama cewek, hati-hati aja. Karma," balas Key tajam.

Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang