Quenna Aresha Aditama, ingat? Ini adalah squel dari posessive brothers.
Tentang Aresha, yang memaafkan semuanya.
Ia kira dengan memaafkan semuanya, kebahagiaan akan datang padanya disuatu saat.
Tapi, Aresha tidak kunjung menemukannya setelah beberapa tahun ini.
Ini tahun ke dua ia menjadi seorang mahasiswa, yang berarti ia sudah menginjak semester ke 4.
"Abiiiiii," lirih Aresha menatap foto dirinya dan Abi.
"Jodoh nggak kemana ya, Bi. Paling ke temen." Aresha tersenyum kecut.
Abi-nya, bukan jodoh yang Tuhan kirim untuk Aresha.
"Sha, kamu boleh nangis kok." Marvel yang baru tiba langsung merengkuh tubuh Aresha.
Aresha menggeleng kuat, "Aku nggak mau air mataku jatoh sia-sia buat orang kayak Abi. Itu yang aku ucapin ke Karin waktu itu, dan bakal terus berlanjut sepanjang hidupku."
Marvel menghela nafas gusar.
"Kamu perlu nangis untuk ngeluarin semua rasa sedih kamu, Sha."
"Kalo aku bilang nggak, ya nggak!" Aresha membentak Marvel.
Aresha berlari dari taman belakang rumahnya itu, meninggalkan Marvel yang menatap nanar punggung Aresha.
"Lo bego, Bi. Jadi lamaran lo itu bohong? Lo udah nyakitin Listy dan Aresha, dua wanita yang gue jaga mati-matian selain Mama dan Mami." Marvel mengepalkan tangannya kuat.
Seseorang menepuk bahu Marvel dan berkata, "Vel, lo nggak seharusnya gitu. Semuanya udah diatur, ya mungkin emang Aresha nggak jodoh sama Abi."
Marvel menoleh kearahnya, "Gue ikut sakit hati aja, Abang mana yang nggak sakit adeknya dipermainin sama seseorang, Yan?"
Iya, dia Rian. Menghela nafas gusar, sulit jika berhubungan dengan percintaan.
Aku memilih kembali pada saat itu, bukan tanpa alasan. Karena rasaku, padamu masih sama. Masih terasa nyaman saat bersamamu.
Tapi untuk sekarang, atas luka yang kau torek lebih dalam dari yang dulu, aku memilih menyerah. Tidak berharap lagi pada takdir yang akan membawa kesenangan pada mereka yang ikhlas dan memaafkan.
Aku belajar untuk egois, dari semua luka yang kau dan mereka beri. Egois, mungkin itu satu-satunya kekuatanku, kekuatan yang akan dibenci oleh orang-orang.
Abi, aku ikhlaskan kamu untuk yang pertama dan terkahir kalinya.
_____________________________________
Aresha menutup diarynya, menarik nafas panjang dan memejamkan matanya.
"Gue nggak kenal diri gue yang sekarang. Boleh gue balik ke dulu aja? Dimana gue sendiri dan kuat," lirih Aresha.
Aresha menampar pipinya kuat.
"Dimana Aresha yang dulu!? Aresha yang kuat walau sendiri. Kenapa saat bertemu keluarga lo jadi lemah gini, Sha. Kenapa!?" Aresha menjambak rambutnya frustasi.
Cairan bening itu lolos dari sudut mata Aresha. Turun begitu deras tanpa henti.
"Sakit. Gue harus tetap kuat untuk diri gue. Tapi gue lemah, kenapa Tuhan? Kenapa nggak pernah ada kebahagiaan yang datang buat Eca? Apa Eca gapantes bahagia? Apa kebahagiaan cuma buat orang jahat? Eca belajar memaafkan untuk kebahagiaan kedepannya."
Aresha berjalan keluar balkonnya, duduk dilantai dengan menelungkupkan kepalanya.
Menangis dalam diam, ya hanya itu yang bisa Aresha lakukan saat ini.
Semilir angin menyapu rambut Aresha yang digulung ke atas itu, membuat Aresha mendongakan kepalanya.
"Kenapa capek banget rasanya pura-pura bahagia?" Aresha berkata parau, menatap langit malam yang mendung.
Aresha menepuk dadanya, seolah menciptakan rasa sakit diluar agar tidak membeludak didalam. Membuat kesesakan tiada obat.
"Sakit... sakit... sakit," gumam Aresha.
"Bang Abdi dimana? Kalo Eca sedih pasti Bang Abdi bakal ngajak Eca buat pergi, sekarang Eca mau pergi. Boleh?" tanya Aresha entah pada siapa.
Tidak ada yang menjawab, selain semilir angin yang membuat anak rambutnya berterbangan.
"Bang Abdi udah bener-bener pergi?" Aresha menatap sekelilingnya.
Tidak, ia tidak menemukan Abdi yang biasanya selalu disamping Aresha.
"Manusia kelakuan kayak setan, setan kelakuannya lebih parah. Kenapa pada ninggalin gue sih?" Aresha menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)
Novela JuvenilSeiring berjalannya waktu, seseorang yang dulunya singgah dan berjanji untuk tetap ada, kini hilang entah kemana. Tidak ada yang bisa singgah untuk jangka waktu yang lama, itu bagi Aresha. Semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang perg...