"Maaf ya, Mas, aku harus resign di saat berduka begini."
Mas Andrei mengalihkan pandangannya dari surat pengunduran diriku yang beberapa menit ia baca tanpa suara.
"It's okay, Irina, ngga perlu minta maaf. Lo memang butuh istirahat juga," ujarnya sembari melipat surat dan menyelipkannya di antara kertas-kertas buku agendanya.
Siang ini aku sengaja menemui Mas Andrei sesaat setelah ia selesai meeting dengan Mbak Ayu dan tim Artist Management-nya. Dari gosip-gosip di grup chat kantor yang aku baca sejak kemarin, Pak Radit berencana meluncurkan artis solo baru untuk mengisi kekosongan selama Eunoia tidak beraktivitas yang entah sampai kapan dan Mas Andrei ditunjuk untuk bertanggung jawab atas proses pembentukan artis solo entah siapa itu.
"Maaf juga kemarin aku ngga jadi lanjut rekrutmen di W. Aku jadi ngerepotin Mas Andrei." Aku berucap penuh penyesalan. Walau bagaimanapun Mas Andrei juga yang telah membantuku mendapatkan tawaran itu dan akhirnya aku mundur dari proses yang sudah setengah jalan membuatku merasa bersalah karena menyia-nyiakan bantuannya.
"Santai, Na, kalau emang itu keputusan lo ya masa gue maksa sih," jawab Mas Andrei tanpa beban. Ia bahkan tidak menanyakan alasan kemunduranku dari rekrutmen itu. "Thank you untuk semua kerja keras lo lima tahun ini di Eunoia. Keputusan gue buat narik lo dari CLAUDIE berarti tepat ya."
"Mas Andrei penyelamat aku sih saat itu. Aku ngga kebayang kalo harus jadi public figure dan kehidupan aku disorot 24 jam sampai stres kayak Marsha. Lagipula aku terlalu tua untuk banyak gerak kayak mereka, Mas."
"Lo ngga pernah terlalu tua untuk menjadi sesuatu, Irina. Lo memang terlahir untuk ada di balik layar aja."
Aku menatap laki-laki empat puluh tahunan yang sudah menjadi bosku selama lima tahun lebih ini. Selama aku bekerja dengannya, ia seperti mentor buatku. Berbeda dengan Pak Radit yang emosional dan selalu mengadakan sesi keramas, istilah yang orang-orang RA gunakan saat Pak Radit menyemprot siapapun yang ia anggap tidak becus dengan omelan dan makian, Mas Andrei lebih santai. Walaupun aku tahu jabatan Executive Producer yang ia bawa pun tidak selalu mudah untuknya namun ia tidak pernah menunjukkan kefrustasian atas beban pekerjaannya itu ke siapapun rekan kerjanya. Bahkan Bara yang sering berulah pun tidak bosan-bosannya hanya ia berikan wejangan panjang.
"Ada di balik layar bukan hal yang buruk. Semua orang born to be a star. Panggungnya ada di mana, ya itu beda cerita. Semacam Bara, Jivan, Sakti, Wama, Dipta, mereka bintang di panggung secara harafiah. Tapi kan banyak juga orang-orang yang bekerja keras di balik ke-bintang-an mereka. Contohnya lo, record producer, stylist, tim marketing, tim talent, almarhum Andi, you name it. Coba lo bayangin kalau ngga ada Andi, ngga mungkin kalian ngejar schedule, kan? Eunoia bisa seperti sekarang ini karena orang-orang di belakangnya juga yang passionately mengerjakan pekerjaan mereka dan akhirnya bisa terus support Eunoia. Kita semua saling terkait, ngga bisa itu kita self-claimed kita sukses sendiri. Pasti ada kerja keras orang-orang di balik kesuksesan itu. Mungkin doa orang tua, restu pacar –"
Aku terbatuk saat mendengar kata terakhir Mas Andrei. Entah kenapa merasa tersindir walau aku tahu ia sama sekali tidak bermaksud ke sana. Ia tahu hubunganku dengan Sakti saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia [Completed]
Fanfiction[On-going revision] Irina Mahika adalah seorang karyawan biasa yang mulanya bekerja sebagai Personal Assistant pendiri salah satu agensi ternama. Namun, kepergian Pak Rasjid yang mendadak empat tahun lalu membuat Irina nyaris kehilangan pekerjaannya...