Chapter XIII. Crooked

1K 159 22
                                    

"Seriusan gue pake baju ini aja, Sar?"


Lama aku memandangi pantulan diriku di cermin seraya memegang dress berwarna hitam pekat. Aku memiringkan kepala, mencoba membayangkan apabila dress yang panjangnya sedikit di bawah lutut ini dipakai di tubuhku.


"Iyalah, itu bagus, Kak, beneran!" seru Sara dari seberang telepon. "Sekali-kali pake baju seksi! Gue jamin, nih ya, Mas Sakti pasti nganga liat lo nanti! Kartika, who?"


Aku tertawa mendengar ucapan Sara yang menggebu-gebu. "Sar, yang ada gue udah bisa ngebayangin muka anak-anak yang bakal ngeledekin gue kalo liat gue pake baju ini."


"Kak, please deh, baju lo itu ngga seberapa kebukanya dibanding kostum kita perform nanti."


Ya ampun, hampir saja aku melupakan kostum performance dance kami nanti. Iya juga ya. Dress-ku ini sih tidak ada apa-apanya.


"Body Luminizer yang baru kita beli kemaren jangan lupa dipake, oke? Biar nanti glowing-nya ngalahin lampu sorot," ujar Sara.


"Iyaaaa, yaudah gue mandi dulu ya, sampe ketemu nanti langsung di ballroom."


"Siaaap! Byeee!"


Aku menekan tombol end call di layar telepon genggam dan kembali memandangi dress yang sekarang tergeletak di atas kasur. Dress bermodel off shoulder dari bahan beludru dan cutting bagian punggung yang cukup rendah ini memang terlihat sangat elegan.


Pertama kali melihat dress ini dipakaikan pada manekin suatu toko terkenal, seketika aku membayangkan diriku bagaikan Bond Girl yang sedang menghadiri acara makan malam – bersama James Bond tentunya – apabila memakainya.


Membutuhkan waktu cukup lama untukku berpikir dan akhirnya mengeluarkan tiga perempat uang THR-ku demi memasukkan dress itu dalam lemariku. Lumayan sekaligus untuk berjaga-jaga kalau aku harus menemani bosku dulu, Pak Rasjid, menghadiri acara resmi. Namun, belum sempat aku memakainya, Pak Rasjid sudah keburu berpulang dan beginilah nasib baju termahalku, hanya teronggok di dalam lemari selama empat tahun.


Untunglah saat Sara datang ke apartemenku untuk memberi saran baju apa yang harus aku pakai ke acara anniversary RA Ent. kali ini, ia spontan menyuruhku untuk memakai dress ini dalam detik pertama ia melihatnya. Keraguanku atas pilihannya dan juga ketidakinginan untuk menjadi pusat perhatian, berkali-kali ditebas oleh Sara. 'It's always better to overdress than underdress, Kak.' Begitulah prinsip hidup Sara yang selalu ia ucapkan agar tertanam juga di kepalaku. Setelah melalui negoisasi panjang, akhirnya aku setuju. Toh menghemat juga, aku tidak perlu beli baju baru.


Aku melirik jam tanganku di atas nakas. Masih ada waktu empat jam sebelum acara dimulai. Aku bergegas masuk kamar mandi dan menaruh bath bomb ke dalam bath tub. Tidak ada salahnya memanjakan diri dengan berendam dan bersih-bersih selama mungkin mumpung aku lagi terbebas dari tugasku mengurus Eunoia, pun aku hanya sendiri di kamar ini.


Khusus untuk merayakan anniversary RA Ent., Pak Radit memesan berpuluh-puluh kamar di Hotel R yang masih termasuk dalam kepemilikan grup RA di daerah Nusa Dua untuk seluruh karyawan yang hadir dan juga artis-artisnya. Seharusnya aku berbagi kamar dengan Mbak Diyah dari divisi Marketing, namun sejak kemarin aku menguasai kamar ini seorang diri mengingat Mbak Diyah mendadak membatalkan keikutsertaannya saat anaknya yang berusia sembilan tahun harus diopname karena DBD. Kemarin aku berhasil melewatkan malam sendirian, toh sepertinya tidak angker juga hotel ini.

Eunoia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang