Prolog

8.4K 537 31
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

***

Luna memandang nanar dengan air mata yang menetes, saat melihat hasil pemeriksaan yang baru saja ia dapatkan dari dokter, rasanya dunia Luna hancur seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luna memandang nanar dengan air mata yang menetes, saat melihat hasil pemeriksaan yang baru saja ia dapatkan dari dokter, rasanya dunia Luna hancur seketika. Tubuhnya meluruh ke bawah, merasakan dinginnya ubin yang menusuk kulit kakinya. Kini Luna berada di kamar mandi rumah sakit, melepaskan segala tangisnya yang tak bisa ia tahan di dalam sana. Bagaimana ini bisa terjadi padanya? Ia tak pernah menyangka jika ia akan mengalami ini.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Kenapa harus aku yang mengalami ini?"

Banyak pertanyaan yang ada di pikiran Luna, tentang apa yang terjadi kepadanya sekarang. Rasanya ini berat, hingga ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Apalagi, sekarang ia berada jauh dari keluarganya. Ia tak ingin keluarganya tahu apa yang terjadi padanya, tapi ia butuh seseorang untuk melewati semuanya.

Drtt ... drtt ...

Suara itu membuat Luna terdiam sejenak, lalu mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Ada sebuah panggilan masuk untuknya dari ...

Sakha calling

Luna menggigit bibir bawahnya, ia lupa jika hari ini ada janji untuk bertemu dengan Sakha di suatu tempat. Hanya saja, karena ia merasa ada yang aneh pada dirinya. Membuat Luna pergi ke rumah sakit, bukan menemui Sakha. Sekarang, apa yang harus dilakukannya? Apakah ia harus menemui Sakha yang tengah menunggunya?

"Maafin aku, Sak," ucapnya, tanpa menjawab telepon itu.

Ia butuh waktu sendiri sekarang, untuk memikirkan apa yang harus dilakukannya.

---

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi."

Sakha menghela napasnya gusar, ia sudah beberapa kali mencoba menelefon nomor Luna. Tadi nomor gadis itu masih aktif, hanya saja tidak ada jawaban. Namun, sekarang nomornya sudah tak aktif lagi. Sudah 5 jam lamanya, Sakha menunggu Luna di taman. Tetapi, sampai sekarang kekasihnya itu tak kunjung datang.

"Kamu di mana, sih, Lun? Kenapa belum datang juga? Mana ponsel kamu nggak aktif lagi," gumam Sakha.

Seharusnya mereka ketemuan pukul tiga sore tadi, tapi ini sudah pukul delapan malam. Sakha masih menunggu Luna. Karena takut gadis itu datang terlambat, ia tak mau pulang sebelum gadis itu datang. Ia juga takut, jika ia pulang nanti, Luna baru datang. Untuk itu, Sakha tetap bertahan di sana menunggunya.

Sambil menunggu, Sakha mengalihkan pandangannya ke sekeliling tempat itu, berharap menemukan Luna yang datang ke sana. Namun, saat itu bukanlah Luna yang datang menghampirinya, tapi ia melihat sahabatnya Luna, yaitu Fitri.

"Luna nggak akan datang," ujar gadis itu tiba-tiba, membuat Sakha mengernyitkan dahinya.

"Maksud lo?" tanya Sakha bingung.

"Apa lo nggak tau, kalau Luna udah punya pacar baru?"

"Lo ngomong apa, sih? Kata siapa Luna punya pacar baru, jangan ngada-ngada lo. Luna dan gue masih pacaran, hubungan kita juga baik-baik aja," ujar Sakha, jelas ia tak mengerti maksud gadis itu apa berbicara seperti itu.

"Tapi kenyataannya Luna udah punya pacar baru, bahkan dia pergi sama cowoknya. Dan, justru gue datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari Luna untuk lo. Dia minta putus sama lo, dia juga bilang sama gue. Lo jangan hubungi dia lagi, hubungan lo dan dia selesai sampai di sini," jelas gadis bernama Fitri itu, membuat Sakha tak percaya.

"Lo bohong, 'kan? Mana mungkin Luna bilang kayak gitu," elak Sakha.

"Ngapain gue bohong? Gue itu sahabatnya Luna."

"Terus kenapa dia bilangnya ke lo, nggak ke gue?"

"Gue nggak tau, mungkin Luna udah nggak mau ketemu sama lo lagi."

"Gue nggak percaya, lo pasti bohong!"

"Terserah kalau lo nggak percaya," ujar Fitri, lalu pergi begitu saja meninggalkan Sakha.

Sakha masih bertahan di tempat itu, untuk menunggu Luna. Ia tak akan percaya dengan apa yang diucapkan Fitri padanya, mana mungkin Luna ingin putus darinya. Karena hubungannya baik-baik saja, tidak ada masalah. Jadi, ia akan menunggu sampai Luna datang. Setelah itu, ia akan menanyakan kebenarannya apa nanti.

Hingga tiga puluh menit kemudian, Luna tak kunjung datang ke sana juga. Membuat Sakha bingung, apa yang membuat gadis itu tidak menemuinya? Apakah ucapan Fitri tadi itu, kenyataanya?

***

Garut, 19 Agustus 2020

Tertanda

Reza Lestari


Full Of Secret ✓ [TERBIT : LOTUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang